Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Maso Minta, Mahalnya Melamar Nona Timor

21 Oktober 2016   17:55 Diperbarui: 21 Oktober 2016   18:51 11470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadis-gadis Rote membawa dulang berisi seserahan dalam prosesi maso minta (dok.pri).

"Kalo ada yang mo maso minta, nona tarima saja, jang ale pikir beta lai, perkara cinta beta cinta, mo sayang paling sayang, marsio mo biking apa, parcuma beta susah di rantau". Yang artinya (kalau ada yang mau melamar, nona terima saja, jangan pikirkan saya, perkara cinta saya cinta dan sayang, tetapi apa boleh buat, percuma saya sedang susah di rantau).

Tetiba saya teringat lagu tersebut saat berada di tengah-tengah Pulau Timor yang kebetulan sedang mengikuti prosesi maso minta/ lamaran. Disinilah unik dan peliknya prosesi sebelum kedua mempelai melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Budaya melamar, masing-masing daerah memilik tradisinya sendiri-sendiri. Bagi kawasan Indonesia timur, lamaran acapkali menjadi sesuatu yang menakutkan. Bukan takut menghadapi keluarga mempelai, tetapi takut akan harga mas kawin yang dipatok. Konon di beberapa daerah, untuk melamar perempuan sudah dipasang tarif didasarkan gelar pendidikan.

Semakin tinggi gelarnya, maka semakin mahal harga mas kawinnya. Ada juga yang menepatkan dengan tari berepa ekor hewan ternak seperti; sapi, kudan atau babi. Lebih ekstrim lagi, bukan hanya ekor tetapi ada juga yang meminta berapa kandang. Bahkan ada juga permintaan yang kadang kelewat batas, seperti adat di flores yang harus membawa gading, jelas-jelas di sana tidak ada gajah.

Cara mengenalkan anggota keluarga yakni dengan menari bersama (dok.pri).
Cara mengenalkan anggota keluarga yakni dengan menari bersama (dok.pri).
Saya terkesima dengan lelaki asal Rote yang ingin melamar gadis pujaanya asal Timor dari suku Amnuban. Dia jauh-jauh dari pulau Rote membawa keluarga besarnya untuk melakukan prosesi maso minta. Tak beda dengan adat di jawa yang harus membawa seserahan, di sana juga membawa seserahan yang disebut dengan dulang.

Mempelai lelaki akan membawa minimal 5 dulang yang isinya barang-barang berharga. Dulang-dulang tersebut diberikan kepada; calon mempelai wanita, ibu mertua, ayah mertua, keluarga besar, dan tokoh adat. Uniknya, pihak perempuan juga akan memberikan dulang yang sama, namun biasanya harganya dibawah dari dulang pihak laki-laki.

Juru bicara akan menjadi ujung tombak dalam maso minta (dok.pri).
Juru bicara akan menjadi ujung tombak dalam maso minta (dok.pri).
Prosesi diawali dengan kedatangan calon mempelai laki-laki berserta keluarga besarnya. Lewat seorang juru bicara, mereka mengutarakan maksud dan tujuannya kepada pihak perempuan. Dalam prosesi ini, juru bicara adalah ujung tombak dalam keluarga. Lewat bahasa-bahasa daerah dengan nada yang cepat dan tidak saya pahami mereka berkomunikasi layaknya sedang tawar menawar.

Benar saja, saya bertanya kepada pak Nahor Tasekeb yang merupakan Kepala Desa di daerah tersebut apa yang mereka lakukan. "mas mereka sedang tawar menawar mas kawin, mau berapa banyak dan dalam wujud barang atau uang. Pihak perempuan akan memberikan tawaran dan pihak laki-laki tinggal setuju atau keberatan. Jika keberatan dengan harga, maka akan ditawar dan begitu seterusnya sampai ada kesepakatan".

Sebelum prosesi maso minta biasanya sudah ada kesepakatan dahulu jauh-jauh hari. Maso minta seoalah sebagai sebuah ritual yang harus dijalankan, berbeda dengan jaman dahulu. Di Timor, adat maso minta juga dikenal dengan istilah "kasih terang" yang artinya menerangkan jika ada seorang laki-laki yang sedang meminang perempuan maka lelaki lain harus mengerti untuk langkah mundur.

calon mempelai lelaki menjemput sendiri mempelai perempuan dan pastikan tidak salah ambil daripada denda adat (dok.pri).
calon mempelai lelaki menjemput sendiri mempelai perempuan dan pastikan tidak salah ambil daripada denda adat (dok.pri).
Ketika kepakatan keuda belah pihak sudah tercapai maka akan ditandai diterimnya sirih pinang lalu dilanjukan penyerahan dulang. Saat yang ditunggu-tunggu, calon pengantin laki-laki harus menjemput sendiri gadis pujaannya di dalam kamar. Sementara itu, di dalam kamar perempuan ada beberapa sodaranya juga dirias tak kalah cantik dengan calom mempelai.

Harapannya, mempelai laki-laki salah ambil anak gadis, maka sebagai hukumannya harus membayar denda adat. Mungkin jika saya disuruh demikian, tabungan saya bakalan ludes buat bayar denda adat, karena wajahnya mirip semua dan cantik-cantik pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun