[caption caption="Agung Praksoso, mantan kondektur yang banting stir menjadi Wali Kotang (Dok.Domas)"][/caption]“Dengan hanya melihat saya langsung tahu berapa ukurannya..!” gertaknya, dan wanita yang ditunjuknya nampak tersipu malu. Memang terkesan sedikit vulgar, namun itulah yang disebut dengan kepakaran dari sebuah kerja keras yang berbuah kesuksesan. Siapa menyangka sesosok mantan kondektur ini bertransformasi menjadi seorang pengusaha pakaian dalam wanita. Dialah Agung Prasetyo yang dikenal dengan Agung BH yang terkenal seantero Solo raya.
Unik memang seorang Agung BH ini jika melihat kisahnya. Bapak 3 anak ini, pada saat masih lajang adalah kondektur bus antar kota. 11 tahun menjalani profesi menjadi kondektur dengan 11 PO yang berbeda. “Mulyo Indah, Karya Jaya, Sumber Kencono, Mandala, Langsung Jaya, Panorama Indah, Jaya Utama, dan lain sebagainya” Dia masih hafal nama-nama bus beserta jurusannya, jangankan itu setiap tikungan dan lubang jalan yang dilalui dia juga hafal luar kepala.
Menjadi kondektur sebenarnya bukan pilihan hidupnya, tetapi karena tidak ada pilihan lain. Pernah suatu saat dia hendak menarik uang karcis penumpang. Bus Langsung Jaya jurusan Solo – Yogyakarta begitu penuh sesak. “hayo yang depan mundur ke belakang, yang belakang maju ke depan” sergahnya pada penumpang. Saat itulah dia merasakan betapa sesaknya kehidupan yang membuat jengah hidupnya. Sembari bersenandika “saya harus merubah nasib” mengawali kisahnya menjadi pejabat Wali Kota-ng.
Kisah bermula saat dia ditolak calon mertuanya saat hendak melamar, Dengan langkah gontai dia berjalan dari rumah pacarnya untuk pulang, Alasan karena dia seorang kondekturlah yang membuat dia ditolak oleh ayah gadis pujaannya, “Yen mangan kaya ratu, yen turu kaya asu” begitu dia berkisah saat menjadi kondektur, Arti perkataannya adalah saat dia makan seperti ratu karena enak-enak menunya, tetapi saat tidur seperti anjing, karena di pinggir jalan. Dengan kegigihannya, akhirnya dia berhasil melamar dan menikahi gadis pujaannya, tetapi bayang-bayang kondektur tetapi menjadi momok yang selalu menghantuinya.
[caption caption="Berawal melihat jemuran pakaian dalam yang kemudian menginspirasi untuk membuka peluang usaha (dok.Domas)."]

Matematika pakaian dalamlah tetiba membuncah dan membuatnya berhenti menjadi kondektur. Pada tahun 2009, genap 11 tahun dia menjadi kondektur dan memutuskan menjual seekor sapinya dijual dan laku 1,6 juta dan menjadi modal awal kulakan BH. Dengan tekad dia berbelanja pakaian dalam di Tanah Abang – Jakarta dan mendapat barang sebanyak setengah karung. Dengan tekad besar dia kembali ke Solo untuk menjajakan pakaian dalamnya,
Langkah awal sangat terjal karena semak berduri yang tajam sesaat hendak pertama kali membuka lapaknya. Tercatat dia berjualan di pasar Wonogiri, Sukoharjo, dan Klewer, namun tak satu pun yang laku. Rasa frustasi sempat menghampiri, namun 11 tahun hidup di jalanan sudah menempa mentalnya menjadi manusia yang tangguh, Sembari kembali menjadi penarik bus dia kembali fokus pada jualan BHnya. Lambat namun pasti dia menemukan ritme bagaimana bisa mencuri hati para pembelinya, sebelum dia menawarkan dagangannya.
Singkat kisah, dalam beberapa tahun dia sudah merajai pasaran pakaian dalam. Agung Prasetyo sudah bertransformasi menjadi Agung BH yang hingga saat ini menjadi brand-nya. 13 kios di pasar Klewer, dan di luar Solo ada 3 toko adalah asset kerja kerasnya saat ini. Dalam sebulan omsetnya pernah mencapai 7 miliar rupiah. 16 kios menjadi asetnya dan menjadi sasaran utama bagi mereka yang hendak berbelanja BH dan pakaian dalam sekala eceran maupun grosir.
[caption caption="Salah satu kios Agung BH (domas.doc)."]

Suatu saat dia hendak mendirikan usaha lain untuk melebarkan kepak sayap usahanya. Awalnya dia mendirikan pusat bimbingan belajar. Setengah miliar dia keluarkan, dan hasilnya adalah gagal. Lantas dia mencoba peruntungannya yang lain yakni membuka kolam renang. Usaha kolam renang akhirya dia tutup dengan alasan klise “usaha kok dengan membuka aurat pelanggannya”, kembali dia gagal. Kali ini dia berhutang 1,7 miliar untuk membuka mini market di Mantingan dan berharap usahanya ini berhasil seperti saat merintis BH.
Suatu saat ada yang hendak menjadi pengecernya dan meminta potongan harga, karena mengambil jumlah besar. “seorang guru akan memberikan nilai kepada muridnya setelah selesai ujian, dan saya akan memberikan harga khusus setelah kamu memenuhi omzet” begitu katanya menanggapi pelanggannya,.