Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tragedi 4KM Dari Puncak Merapi Saat Erupsi ''Merapi Tepati Janji #1''

19 November 2010   03:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:29 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Merapi menepati janjinya untuk memberikan sedikit isi perutnya kepada semua yang mengenalnya. Sisi lain mengatakan ada rejeki melimpah berupa material yang siap ditambang, tempat lain mengatakan sebagai sebuah musibah. Tragedi awan panas yang menyapu Kali Adem, 4km dari puncak yang merenggut puluhannya jiwa, termasuk sang juru kunci. Puluhan korban berjatuhan, hewan ternak terpanggang, tumbuhan lebur menjadi kering dan hangus, rumah juga rata dengan debu yang menyelubungi tanah.

Malam yang mencekam, antara pukul 00-02, erupsi terbesar hampir 100 tahun terakhir terjadi. Langit diatas puncak merapi berwarna merah menyala dengan kilatan halilintar. Suara gemuruh yang sulit dibedakan antara erupsi atau loncatan eletron bermuatan listrik megawatt. Suasana semakin mengerikan disaat terlihat semburan lava pijar yang membumbung tinggi dilangit. Langit yang hitam kelam kini menjadi terang dan nampak disisi barat, bulan sabit nampak malu menampakan dirinya.

Selo sebuah desa dalam radius 4km dari puncak Merapi menjadi sebauh kapal penumpang yang seolah hendak karam didalam lautan abu vulkanik. Jerit ketakutan penduduk menggema diseluruh penjuru desa, raungan sirine melolong ditengah gelap malam, hewan-hewan dengan istink tinggi gusar dan berkelakuan aneh. Jerit histeris orang dewasa, tangis anak-anak dan teriakan aparat menjadi komunikasi verbal saat itu. Naluri alami manusia disaat tertekan begitu nyata disini dengan cari selamat sendiri-sendiri.

Dalam suasana dramatis, semua berpacu dengan waktu untuk evakuasi diri. Sehelai baju yang menempel ditubuh, menjadi perisai dalam dinginnya malam diketinggian lebih dari 1000mdpl. Puluhan motor dan kendaraan berpacu dengan kecepatan untuk menjadi yang terdepan. Suasana yang kacau dan tidak terkendali pada malam itu. Harta benda yang paling berharga seolah tak bernilai sama sekali. Puluhan ekor sapi dan harta benda dirumah ditinggal begitu saja, tanpa berpikir untuk menyelamatkannya. Apalah arti harta benda jika nyawa ini tak selamat, begitu kira-kira saat itu.

Kentong titir ''tanda bahaya'' menggema bertalu-talu menandakan untuk segera meninggalkan desa. Listrik padam, kabut debu menyeruak tebal. Nafas terasa sesak, mata pedih dan kaki bergetar menahan rasa takut yang luar biasa. Anak-anak banyak yang terpisah dari keluarga, sehingga jerit tangis menambah dramatis suasana. Tak ada manusia yang tak gentar saat itu untuk melawan kekuatan alam yang sedang memuncakan amarahnya.

Lava pijar yang terlontar ke langit, hempasan awan panas, suara gemuruh dan tanah yang bergetar turut mengiringi kepergian penduduk untuk mengungsi. Tubuh-tubuh putih yang diselimuti debu vulkanik menjadi pertanda betapa pekatnya hujan abu saat itu. Malam mencekam akhirnya berlalu seiring mentari pagi yang terbit lebih awal dibelahan bumi tenggara telah menjadi anti klimaks. Situasi terjadi benar-benar diluar dugaan, kabut tebal yang turun bukanlah kondesasi uap air, namun debu vulkanik yang mengandung silica oksida.

Cahaya matahari yang terhalang debu vulkanik, tak ubahnya kabut tebal yang menyebabkan sesak nafas dan iritasi mata. Kondisi semakin membaik dan terkendali dan kini penduduk sudah berkumpul di sebuah balai desa dengan kondisi yang memprihatinkan. Tak ada makanan dan minuman, air bersih langka, obat pun tiada, dan kini tragedi kembali muncul. Perangkat desa dengan segala upaya mengusahakan secara swadaya dan swadana. Semua inventaris desa digelar untuk menyambut para pengungsi yang berdatangan. Interaksi sosial yang benar-benar nyata dan bukan sekedar sandiwara birokrasi.

Bersambung....
Relawan yang berhati dan berhate

salam

DhaVe
Kampusku, 18 November 2010, 11;30

Suasana semakin membaik disaat

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun