Klub-klub seperti AS Roma dan Tottenham Hotspur juga telah menerapkan formasi ini. AS Roma, menggunakan 3-4-2-1 untuk memaksimalkan kreativitas gelandang mereka dan memberikan dukungan yang kuat bagi penyerang. Sementara itu, Tottenham Hotspur memanfaatkan formasi ini untuk memaksimalkan kecepatan dan keterampilan pemain sayap mereka, menjadikan tim ini lebih agresif dalam menyerang.
Kekurangan Formasi 3-4-2-1
Meskipun memiliki banyak kelebihan, kita harus sadari, formasi 3-4-2-1 juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satu tantangan utama adalah potensi kekurangan di lini tengah. Dengan hanya dua gelandang , tim mungkin kesulitan dalam mengontrol penguasaan bola, terutama jika lawan memiliki lebih banyak pemain di tengah. Ini dapat menyebabkan kesulitan dalam membangun serangan dan mengakibatkan tim kehilangan penguasaan bola terlalu cepat.
Selain itu, formasi ini memerlukan pemain yang memiliki kemampuan teknis tinggi dan pemahaman taktis yang baik, dengan bek sayap yang harus memiliki nafas kuda. Gelandang harus mampu bergerak dengan cepat dan beradaptasi dengan situasi di lapangan. Jika pemain tidak memiliki kualitas tersebut, tim dapat kesulitan untuk menerapkan strategi ini secara efektif, terutama saat menghadapi tim yang memiliki pertahanan solid.
Penulis percaya, PK memiliki keyakinan bahwa para pemain Indonesia sangat adaptif pada pola 3-4-2-1. Pergeseran ini tidak hanya mempengaruhi cara bermain, tetapi juga menciptakan peluang baru bagi sepakbola Indonesia untuk berkembang di kancah internasional.
Karenanya, ayo mulai sekarang kita dukung Timnas secara total, berhenti lontarkan ujaran negatif, semua demi Garuda Mendunia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI