Pertama, merasa butuh menunggu dan mood bagus
Hal ini bisa terjadi saat siswa merasa tidak memiliki kepentingan dengan hasil akhir tugasnya, sehingga kurang termotivasi untuk segera menyelesaikannya.Â
Sejatinya siswa harus ditekankan bahwa orientasi tugas yang harus diselesaikan adalah prosesnya atau metode penyelesaiannya bukan semata-mata orientasinya pada produknya atau hasilnya.Â
Proses yang menempa atau membentuk karakter siswa. Artinya jika prosesnya sudah baik dan benar, maka tentunya akan memperoleh hasil yang maksimal.Â
Tidak ada salahnya orang tua, gurunya atau bahkan siswa itu sendiri memberikan reward atau hadiah ketika sudah bisa menyelesaikan sebuah tugas.Â
Kedua, menganggap tugasnya kurang penting
Banyak siswa mengalami kondisi tidak tertarik dengan tugas yang diberikan gurunya. Maka di sinilah dibutuhkan kreativitas seorang guru saat memberikan penugasan.Â
Sebaiknya tugas itu memperkaya khazanah berpikir siswa dan menantang. Jangan sampai, tugas yang seharusnya membuat siswa on the track belajar, malah membuat siswa menjadi malas dan merasa bosan karena tugasnya terlalu mudah.
Bahkan siswa banyak yang mengatakan alasan "lupa" saat ditagih tugasnya. Wajarlah lupa, karena siswanya merasa bahwa tugas itu tidak penting. Karena sesungguhnya alasan utama yang membuat orang bisa sampai lupa sesuatu hal adalah saat orang itu menganggap sesuatu hal itu tidaklah pentung. Jika sesuatu hal itu dianggapnya penting, tentu pastinya orang itu tidak pernah lupa.Â
Ketiga, mencari alasan untuk tidak mengerjakan tugas
Untuk menemukan siswa yang berkata jujur saat ditanyakan alasan mengapa tidak mengerjakan tugas semakin sedikit.Â