Selain melalui Awatara, Sang Hyang Widhi juga membimbing umat manusia lewat kehadiran orang suci  pribadi yang telah mencapai tingkat kesadaran tinggi melalui penyucian diri. Menurut I Gede Arya Sudira (2018), orang suci adalah mereka yang tekun melaksanakan tapa, brata, yoga, dan samadhi, sehingga mencapai kesucian dan mampu menuntun umat menuju kehidupan harmonis.
Di Bali, orang suci dikenal dengan berbagai istilah seperti jero, pemangku, sulinggih, atau pandita. Mereka bukan sekadar pemimpin upacara, melainkan juga penjaga nilai-nilai moral dan spiritual masyarakat. Keberadaan mereka menjadi jembatan antara manusia dan Tuhan, menjaga agar ajaran agama tetap berjalan sesuai sastra suci.
Untuk mencapai status kesucian, seseorang harus melalui proses penyucian lahir dan batin. Proses ini meliputi mawinten (penyucian awal) dan mediksa (penyucian rohani tingkat tinggi). Air suci (tirtha) digunakan untuk membersihkan pikiran dan hati dari sifat negatif, sementara latihan spiritual membantu mengendalikan ego dan nafsu duniawi.
Penggolongan Orang Suci
Dalam tradisi Hindu di Bali, orang suci digolongkan menjadi dua tingkat utama, yaitu Eka Jati dan Dwi Jati.
- Eka Jati
Berarti "lahir satu kali", yaitu lahir dari ibu kandung saja. Golongan ini mencakup pemangku, balian, dalang, pinandita, dan wasi. Mereka telah melalui upacara mawinten dan dapat memimpin upacara yadnya seperti Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, dan Pitra Yadnya. Walaupun masih tergolong walaka (umat biasa), mereka telah memiliki tanggung jawab spiritual yang besar. - Dwi Jati
Berarti "lahir dua kali", yaitu lahir secara jasmani dan rohani setelah menjalani upacara mediksa. Orang suci golongan ini disebut Sulinggih atau Pandita. Mereka dibimbing oleh seorang guru rohani (Nabe) dan memiliki tanggung jawab membimbing umat menuju kebijaksanaan. Dwi Jati melambangkan penyempurnaan spiritual yang ditandai dengan kebijaksanaan dan kesucian batin.
Contoh tokoh dalam golongan Dwi Jati antara lain Pedanda, Bhagawan, Bujangga, Empu, dan Maharsi. Mereka menjadi pengemban Dharma dan penjaga keseimbangan rohani masyarakat.
Peran dan Tanggung Jawab Orang Suci
Orang suci memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan umat Hindu, baik sebagai pemimpin spiritual maupun penjaga tatanan sosial--religius. Beberapa peran utamanya meliputi:
- Sebagai Pemimpin Spiritual
Orang suci membimbing umat menuju kesadaran rohani yang lebih tinggi, membantu mereka memahami hakikat hidup dan tujuan akhir (moksa). Dengan kebijaksanaan dan ketenangan batinnya, mereka menjadi penghubung antara manusia dan Tuhan. - Sebagai Pembimbing Umat
Mereka memberikan nasihat moral, memimpin meditasi, dan mengajarkan cara hidup berdasarkan Dharma. Orang suci juga menjadi guru rohani (nabe) yang menuntun sisya (murid) untuk menjalani hidup penuh pengendalian diri dan kebajikan. - Sebagai Penjaga Kesucian Ajaran
Orang suci memastikan setiap upacara dan tradisi dijalankan sesuai sastra Weda, Smrti, dan Purana. Mereka menjaga kemurnian ajaran agar tidak terdistorsi oleh kepentingan duniawi. - Sebagai Pemimpin Upacara Keagamaan
Dalam pelaksanaan yadnya, orang suci memimpin doa, menyucikan tempat, serta memohon keselamatan bagi semua makhluk. Melalui mantra suci dan tirtha, mereka menjadi perantara umat dengan Sang Hyang Widhi. - Sebagai Teladan Kehidupan
Kesederhanaan, ketulusan, dan pengendalian diri mereka menjadi contoh nyata praktik ajaran dharma. Dalam keseharian, orang suci menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati bersumber dari kedamaian batin, bukan kemewahan duniawi.
Keterkaitan Awatara dan Orang Suci
Baik Awatara maupun orang suci memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga keseimbangan alam semesta dan menuntun manusia menuju kebenaran. Bedanya, Awatara adalah manifestasi langsung Tuhan, sedangkan orang suci merupakan perwujudan manusia yang mencapai kesadaran ilahi melalui disiplin spiritual.
Keduanya saling melengkapi. Awatara memberi contoh ilahi dalam skala kosmis, sedangkan orang suci menerapkannya dalam kehidupan nyata di masyarakat. Melalui ajaran, teladan, dan tindakan, orang suci menjaga agar nilai-nilai Dharma tetap hidup dalam setiap aspek kehidupan umat.