Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kualitas Tayangan Televisi Rendah, Stasiun TV Harus Berbenah

10 Juni 2015   13:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:08 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kemarin, KPI telah menerima laporan dari sembilan perguruan tinggi yang berada di sembilan kota di Indonesia. Hasil survei menunjukkan, bahwa program religi dan kebudayaan termasuk tayangan yang memiliki kualitas yang cukup baik. Sedangkan tayangan infotaiment, variety show, dan sinetron meraih nilai terburuk dalam segi kualitas tayangan televisi.

Ya, memang tepat, ketiga tayangan tersebut inilah yang berperan dalam ‘merusak’ moral generasi muda jika pemirsa muda tidak pandai-pandai memilih tayangan. Oleh karena itu,  ketiga tayangan tersebut harus diatur oleh KPI dengan menayangkannya pada malam hari. Jika tidak, keberadaan infotaiment, variety show, dan sinetron akan dibatasi jam tayangnya. Selain itu, KPI akan mempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan oleh stasiun TV terhadap ketiga tayangan tersebut untuk menentukan layak atau tidaknya stasiun TV mendapatkan perpanjangan izin siaran.

Hasil survei yang diterima dan diumumkan oleh KPI memang seharusnya menjadi tamparan keras bagi seluruh stasiun televisi. Semua perusahaan, termasuk stasiun TV, ingin menjadi yang terbaik di mata penggunanya, termasuk para pemirsa, bukan? Namun, seringkali karena kepentingan pasar, indikator yang menentukan kualitas tayangan jadi terabaikan begitu saja, dan pada akhirnya, para pemirsa menjadi ‘korban’ dari tayangan televisi yang membawa pemirsanya pada perilaku sehari-hari, seperti kekerasan, berkata kotor, dan sebagainya.

Semua teknologi yang canggih, bagaikan memiliki dua sisi mata uang, kebaikan dan keburukan, dan dapat berpengaruh besar bagi kehidupan manusia. Jika teknologi digunakan untuk kebaikan, akan ada ganjaran kebaikan yang didapatkan oleh penggunanya, termasuk stasiun TV yang punya kuasa menggunakan teknologi pertelevisian, begitu juga sebaliknya. Karena itulah, stasiun TV harus sadar diri dan berbenah untuk menyajikan tayangan televisi yang berkualitas bagi pemirsa, yang bermanfaat bagi orang banyak.

Untuk mewujudkan kualitas tayangan yang baik bagi stasiun TV sama sekali bukan pekerjaan mudah. Oleh karena itu,  stasiun TV perlu berkaca diri dengan melihat visi misi yang pernah dibuat selama mendirikan stasiun televisi (selengkapnya baca di sini). Tentunya, visi dan misi stasiun TV untuk melayani para pemirsa, haruslah lebih tegas dan bisa diterapkan dalam memproduksi acara sesuai visi misinya, agar dihasilkan acara TV yang baik dan berguna bagi khalayak.

Walaupun stasiun TV sudah memiliki teknologi pertelevisian yang canggih, jika tidak didukung oleh SDM yang mumpuni, hasilnya akan kurang memuaskan. Karena itu, perlu pembenahan dari karyawan televisi, kru, penanggung jawab produksi, pihak yang memproduksi acara, sampai para artis dan presenter yang terlibat.


Tentunya, semua elemen penting dalam membangun acara televisi yang saya sebutkan di atas haruslah memiliki SDM yang berkualitas, karena kualitas SDM menentukan kualitas tayangan yang dihasilkan. Selain itu, mereka yang terlibat dalam produksi acara televisi haruslah memiliki perilaku dan kesopanan yang baik, sehingga, hanya perilaku yang baik akan terbawa dalam layar kaca, sehingga para pemirsa dapat memetik kebaikan yang ditayangkan dalam acara televisi. Kejadian yang dialami oleh stasiun televisi seperti yang saya tulis disini, hendaknya menjadi pelajaran bagi stasiun TV agar menghargai dan menghormati orang lain, terutama kaum wanita.

Karena itu, stasiun TV harus menyeleksi lebih ketat seluruh karyawan yang akan bekerja di stasiun televisi saat lamaran kerja nanti, demi menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas tayangan televisi. Percuma untuk berkontribusi yang baik terhadap perbaikan kualitas stasiun TV kalau sekiranya ada karyawan dan presenter TV yang mengaku bergelar S1 dan mempunyai kemampuan berbahasa asing di atas rata-rata, namun memiliki perilaku kurang baik yang saat tampil di layar kaca, bisa mempengaruhi pemirsanya melakukan hal-hal buruk.

Hal-hal lainnya yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan dalam membuat suatu acara TV untuk pemirsanya adalah, baik buruknya sebuah konten acara dan jenisnya. Hal tersebut berkaitan dengan seberapa manfaatnya konten acara televisi bagi masyarakat. Khusus untuk tayangan infotaiment, hendaknya event dan berita selebritis lainnya yang disiarkan oleh stasiun televisi, misal pernikahan, kelahiran, dan kematian harus memperhitungkan manfaat bagi pemirsa, dan bagilah porsi acaranya dengan adil, agar kalangan yang membutuhkan acara lain yang lebih bermanfaat, tidak merasa dirugikan.

Pada acara Pernikahan Raffi dan Nagita yang disiarkan oleh salah satu TV swasta, Oktober lalu, akibat jam siar yang melebihi apa yang ditetapkan KPI, acara berita tidak mendapatkan porsi dan tidak ditayangkan di televisi. Seaktual apapun suatu berita, jika tidak ditayangkan, pasti tidak akan sampai di telinga para pemirsa, bukan? Akibatnya, para pemirsa tidak mengetahui apa peristiwa yang sedang terjadi, baik di Tanah Air, maupun di luar negeri.

Begitu pula dengan acara variety show. Penayangan acara tersebut harus disisipkan oleh pengetahuan dan hal-hal yang baik, agar keberadaan acara tersebut tidak terbuang percuma untuk ditonton para pemirsa. Misal, acara musik di dalam ruangan studio, alangkah baiknya disisipi oleh cerita para artis inspiratif yang bisa diambil pelajaran untuk mengarungi hidup, serta belajar memainkan alat musik yang baik. Sedangkan untuk acara sinetron, cerita yang dibuat disesuaikan dengan kejadian sehari-hari, harus peristiwa yang mengandung kebaikan, dan tidak mengada-ada, dan menghindari hal-hal buruk dan khayalan yang tidak bermanfaat bagi pemirsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun