Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Percayalah, Setiap Penulis "Terlahir" dengan Keunikan, Kok!

20 Desember 2017   22:09 Diperbarui: 21 Desember 2017   03:04 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Shutterstock

Nggak usah khawatir, pede aja! Terus berlatih dan berlatih, menulis dan terus menulis apa yang dipikirkan, walaupun tulisanmu tidak dinilai apa pun. Dan itu tidak hanya di media blog aja, di buku harian juga bisa. Bukankah semakin sering menulis dan menulis, keterampilan menulismu semakin terasah?

Dulu, saya memang hadir di Kompasiana ini, menulis dengan percaya diri. Dan, hal ini memang dimulai dengan tulisan, murni dari pemikiranku sendiri. Walaupun tulisanku banyak yang tidak diberi label apa pun, saya tak menyerah. Malah, saya terus bersemangat dalam berlatih menulis dan menulis; memberi yang terbaik. Dan itu tak terbatas dalam media blogging, kadang-kadang saya menuliskan unek-unek-nya dalam buku harian!

Nah, setelah tiga tahun berjalan, saya bisa merasakan, gaya tulisanku dari tahun ke tahun, merasa berbeda dan semakin berkembang. Dan, akhirnya saya  menemukan bidang yang ku sukai, dan gaya tulisanku sendiri!

***

Oh ya, apakah yang diriku lakukan di atas cuma sebatas teori pribadi? Ternyata tidak. Para ahli dan pakar kepenulisan malah sudah menjelaskannya, dan "membuktikannya". Rhenald Kasali, dalam tulisannya Orang Pintar Plagiat yang dimuat harian Kompas, 20 April 2010 --- terus kembali dicantumkan dalam buku pak Hernowo, Flow di Era Socmed (2016)---beliau mengatakan begini:

"...Menulis itu membutuhkan latihan, dan sebagai pemula, pasti karyanya biasa-biasa saja, bahkan cenderung buruk. Tapi, sepanjang itu original, karya-karya itu patut dihargai. Karya-karya original yang didalami terus-menerus, lambat laun akan menemukan 'pintu'-nya, yaitu jalinan pikiran yang berkembang"

Dan, masih dalam buku yang sama, Hernowo menjelaskannya lagi: "Pikiran original yang didalami terus-menerus dan nantinya berkembang, inilah yang akhirnya membentuk gagasan"

Oh, gitu ya. Pantesan, karena kebiasaan berpikir orisinal, akhirnya saat dapat ide menulis, terbentuk konsep di pikiran yang akhirnya, (mudah) diwujudkan jadi sebuah tulisan!

Lalu, apalagi? Tentu pemikiran orisinal tidak boleh berhenti hanya sebagai koleksi ingatan di otak! Cobalah kalian menuangkannya dalam bentuk tulisan. Begini kata Pak Hernowo, jika kalian berlatih menuliskan pikiran orisinal terus menerus, pikiran tersebut unik karena membawa karakter khas kalian masing-masing. Jadi, walaupun tulisan kalian "berantakan", tulisan tersebut akan membawa dan menunjukkan karakter khas itu"

Karena proses pemikiran yang orisinal itulah, sekali lagi, inilah yang menyebabkan gaya tulisan sang penulis dengan penulis lainnya, berbeda-beda! Dan, bukankah tulisan tersebut mencerminkan sang penulisnya, iyya nggak?

Jadi, wahai seseorang yang pernah plagiat dan menjiplak tulisan orang lain, sudah siapkah untuk "bertobat" dan mau memulai menulis dengan penuh orisinal?

Kalau sudah, yuk segera menulis dengan pikiran sendiri, biar tercermin tulisan-tulisan khasnya!

Demikian penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun