[caption id="attachment_355014" align="aligncenter" width="576" caption="Pic from imgkid.com"][/caption]
Wahai pujangga, maukah engkau bacakan puisi untukku?
tentang negeri cinta seribu satu
walau tak sedamai surga
atau semanis dongeng yang selalu rampung bahagia
.
syahdan panen padi tak mengenal musim
kenyang lambung senantiasa bermukim
bayi-bayi merah tiada lagi menyusui tajin
kaum fakir menyeru selamat tinggal aroma bacin
.
seperti itukah negeri seribu satu cinta mewangi?
mestikah terlebih dulu kubangun imaji?
agar engkau mengerti
apa yang kurindu selama ini?
.
negeri yang barangkali penghuninya tak saling menusuk mencakar
jauh hasrat ingin bertengkar
dedemit bertopeng malaikat tak lagi bertindak barbar
sebab benteng-benteng nurani berdiri tegak dan rapat melingkar
.
satu bisa?
ayo satu puisi saja
cepat aku ingin mendengar
biar jantungku sukaria berdebar
.
janganlah dulu engkau berkisah
tentang tanah-tanah bedebah
masih muak ku dengar iblis-iblis berkhotbah
darah satu saudara linang bertumpah
kematian sukma semakin bersimbah
.
mulut-mulut berbau mesiu
otak berilmu hatinya palsu
hingar bingar ambisi melekat bak darah seibu
semua hanya membuatku kerap bergerutu
.
jadi kapankah engkau akan memulai?
sebelum aku terkulai
bacakanlah satu saja untukku
walau bait-baitnya penuh rongga dan berdebu
.
.
Kampung Hujan, 100315
.
.