Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa Berhak Menilai Kinerja Presiden?

20 Oktober 2015   16:10 Diperbarui: 20 Oktober 2015   16:15 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tepat 1 tahun masa pemerintahan Joko Widodo selaku Presiden Indonesia saat ini, banyak yang mengulas keberhasilan maupun yang dianggap kekurangan kinerjanya. Salanjutnya banyak yang berbondong-bondong mempreteli satu persatu kinerja beliau.

 

Me-review adalah melakukan evaluasi, dan mirip dengan menilai. Jika sudah menilai dan bila ditemukan kekeliruan maka hendaknya diberi masukan untuk perbaikan. Lalu apakah setelah kita mereview hasil kerja Pak Presiden lantas kita memberikan masukan kepada beliau untuk memperbaiki yang kurang? Tidak banyak yang melakukan hal ini.

 

Bisakah hal-hal tersebut tidak dikatakan sebagai kegagalan, namun dianggap sebagai proses menuju keberhasilan?? Artikel Ini bukan sebuah bentuk kampanye pembelaan presiden, tapi hanya opini dari saya yang juga bukan seorang Jokowers. Namun saya hanya berusaha melihat semuanya secara sederhana, dari kacamata saya yang juga amat sederhana.

 

Ibaratnya mobil mogok, penumpang didalamnya hanya bisa berteriak, bergumam, mengumpat dan berseloroh “bagaimana ini, kok mogok? Dorong yang bener dong! Bisa ndorong gak sih, kok gak jalan-jalan? Mesinnya rusak ya? Benerin dong sebelum jalan? Nasib kita gimana nih?? Panas nih didalem mobil mogok begini! Buruan dong....!” Sementara yang mendorong mobil mogok tersebut hanya dua orang saja, yakni supir dan keneknya. Mendorong sekuat tenaga, sambil diiringi suara-suara sumbang yang tak jua memberikan solusi atas kekurangan.

 

Apakah penumpang yang demikian telah membantu Pemerintah? Tidak sama sekali. Mereka hanya bisa mencaci tanpa memberikan bantuan dan solusi untuk pemecahan.

 

Bagaimana bisa kita hanya berkomentar sana sini, presiden gagal di sini, presiden gagal di situ, presiden salah di sini, presiden salah di situ, presiden tak becus mengurus ini, presiden tak becus mengurus itu, dan lain sebagainya yang bentuknya sama. Mengkritik tanpa memberi solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun