Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan, Balas Kecewa dengan Prestasi!

22 April 2020   08:06 Diperbarui: 22 April 2020   17:37 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernah merasa tidak dihargai hak-haknya? Perasaannya? Kerja kerasnya? Oleh laki-laki maupun sesama perempuan? Balas semuanya dengan elegan. 

Hakikat perempuan yang lebih mengandalkan perasaan hingga terlampau sensitif menjadi ujung tombak permasalahan yang kerap muncul dengan nama kecewa. 

Di lingkungan pertemanan, di sekolah, di tempat bekerja atau di jalanan kadang kekecewaan datang dengan membawa alasannya sendiri-sendiri. Sama seperti luka yang selalu punya caranya sendiri untuk muncul kembali (uhuk...). 

Sudah bekerja optimal tetap saja alam menyingkirkan, atau sudah menaruh sayang namun perasaanya diabaikan. Tidak berdarah tapi sakit ya? Hiks... Bagaimana dengan hak tempat duduk di angkutan umum bagi perempuan renta, membawa anak dan sedang hamil tidak digubris oleh pria? Pasti sama pedihnya. 

Berangkat dari yang sakit-sakit itu sesungguhnya perempuan bisa lebih kuat. Terbentur, tersandung, terjatuh atau terabaikan justru bisa membuat makhluk yang berlabel lemah menjadi lebih tangguh dari sebelumnya. 

Menanggalkan predikat ciptaan Tuhan yang tidak kuat menahan turunnya air mata memang tidak mudah, tapi pengalaman yang tidak manis macam obat puyer adukan dokter dapat membuat yang lemah menjadi kuat dan mampu berfikir lebih positif.

Allah SWT senang jika setiap malam sebelum tidur para wanita mampu memaafkan semua yang menyakitinya. Itulah yang dikatakan berfikir lebih positif, tidak berfikir untuk membalas dengan hal serupa atau bahkan yang lebih buruk.

Namun justru memaafkan lalu menyusun segenap kemampuan untuk menghasilkan prestasi-prestasi baru demi sakit hati yang harus terbalaskan. Karena bukan cuma rindu yang harus dibayar tuntas, tapi menyimpan amarah juga perlu terlampias. Dengan jurus-jurus yang elok semua akan terbayar dengan elegan. 

Jadi perempuan jangan menye-menye, kesal sedikit mengumpat, sakit hati sedikit jiwa berontak dan lain sebagainya. Tapi bangun pikiran positif, ajak tangan dan kaki juga bergerak positif agar semuanya menuju pembalasan kekesalan dengan wujud nyata yang sangat positif. 

Tidak dihormati dan tidak dihargai hak-haknya, kerja kerasnya dan juga perasaannya memang sangat tidak enak, tapi kalau seluruh perempuan mampu membalasnya dengan prestasi yang mengagumkan, itu pasti luar biasa enaknya! 

Karena manusia pasti bertumbuh. Tinggal pilih ingin bertumbuh ke arah yang baik atau sebaliknya. 

(dnu, ditulis sambil makan pisang goreng tanduk digoreng dadakan di warung go food, 21 April 2020, 20.38 WIB)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun