Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Keseruan Meminta Tanda Tangan Imam Tarawih yang Tidak Lagi Ditemui Kini

14 Mei 2019   20:23 Diperbarui: 14 Mei 2019   20:32 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih dari 20 tahun yang lalu ada tradisi seru di bulan Ramadhan yang dilakukan oleh hampir seluruh anak-anak pada masanya. Ritul tersebut adalah mengisi buku agenda kegiatan Ramadhan yang resmi diberikan oleh pihak sekolah. Buku yang formatnya berisi kolom-kolom tersebut bertujuan untuk mendata pelaksanaan kewajiban anak-anak selama bulan Ramadhan, seperti berpuasa dan shalat fardu. Aktifitas sunnah juga didata, misalnya tadarus atau membaca Al Quran, tarawih, serta itikaf di masjid. Cara mengisinya adalah diberi tanda ceklis yang menandakan bahwa aktifitas sudah dilakukan. Dalam hal tarawih bukan hanya memberikan tanda telah ditunaikan atau tidak, tetapi anak-anak juga diminta untuk mengisi kolom tema khutbah yang disampaikan di masjid, dan sebagai pelengkapnya perlu diisi juga kolom tanda tangan Sang Imam masjid atau yang memberikan khutbah. 

Aahh... seru juga kalu diingat-ingat... tapi tradisi itu sudah tidak ada lagi saat ini. Tahun demi tahun berlalu, zaman berubah ke arah yang lebih maju, maka ritual nan manual tersebut pun kini usang dimakan waktu. Jika ditelaah lebih dalam, mungkin ada pertanyaan mengapa aktifitas Ramadhan anak perlu didata menggunakan buku? Jawabannya adalah untuk merangsang anak tetap menunaikan kewajiabannya di bulan suci, dengan yang lebih baik lagi jika ibadah sunnahnya tidak absen ditunaikan. 

Usai libur hari raya buku tersebut diminta oleh guru mereka di sekolah dan dilihat seberapa baik dan jujur data yang mereka sajikan. Ya, perihal melatih kejujuran juga menjadi elemen penting dalam tradisi ini. Melalui pengisian buku kegiatan ibadah, diharapkan anak-anak semakin terlatih berbuat jujur dengan memberikan data ibadah yang sebenarnya. 

Sebenarnya terdapat beberapa tujuan mulia yang diinginkan melalui program pengisian buku agenda Ramadhan, bukan semata-mata sebagai Pekerjaan Rumah (PR) bagi anak semasa menjalani puasa Ramadhan dan jelang libur lebaran. Melalui buku tersebut juga diharapkan anak-anak telah mampu memimpin dan mengendalikan dirinya sendiri dalam menunaikan kewajibannya sebagai muslim tanpa perlu diingatkan lagi oleh orang tuanya, karena anak-anak merasa terikat dengan sebaran kolom yang harus mereka isi, tentunya dengan kejujuran. 

Saya masih ingat benar dulu, berusaha fokus mendengar khutbah demi bisa mengisi kolom tema ceramah di buku catatan Ramadhan. Saya juga masih terkenang saat berangkat tarawih bersama teman-teman, membawa buku serta bolpoin warna warni agar catatan di dalamnya lebih berseri-seri. Sesekali juga pernah, mengisi kolom shalat subuh tepat waktu, padahal hari itu bangunnya kesiangan. Saking semangatnya memenuhi semua ceklis di dalam buku, kolom itikaf pun saya isi setiap hari, tetapi memasuki hari-hari terakhir berpuasa saya baru mengerti bahwa itikaf adalah berdiam diri di masjid malam hari, yang sudah tentu saya tidak pernah menunaikannya hahaha... 

Di zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi ini buku pun telah bertransformasi menjadi ebook, mungkin buku catatan Ramadhan pun jika tradisinya ingin dibangkitkan kembali sekarang ini akan berbentuk buku digital. Sebuah buku yang kolom-kolomnya berubah menjadi fitur aplikasi, cara mengisinya tinggal tekan keypad sana sini dan semua hanya tinggal urusan sepuluh jari jemari. Satu hal yang mungkin tidak terganti yaitu tanda tangan Sang Imam Tarawih dan hilangnya sensasi tersendiri saat antri, dorong-dorongan dengan teman sambil berteriak "Paaak saya dulu Paak... Saya dulu Paak...." sambil sodorkan buku dan bolpoin sekuat diri. 

(dnu, ditulis sambil minum es teh tarik jelly yang udah diincer dari siang bolong hahaha..., 14 Mei 2019, 20.15 WIB)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun