Mohon tunggu...
DEWI NABILA
DEWI NABILA Mohon Tunggu... Editor - Dewi Nabilah Anwar

Hi, saya Dewi saat ini masih menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Implementasi Pancasila dalam Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0

25 Mei 2019   12:30 Diperbarui: 25 Mei 2019   12:32 16237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Belakangan ini kita sering mendengar dan melihat berbagai berita mengenai revolusi industri 4.0. Bahkan, pemerintah saat ini juga sedang gencar-gencarnya membahas mengenai revolusi industri 4.0, yaitu dengan diresmikannya roadmap yang disebut Making Indonesia 4.0 oleh bapak Joko Widodo. Namun, apakah kita sudah mengerti apa itu revolusi industri 4.0 dan dampaknya bagi Negara kita? Nyatanya tak banyak dari kita yang benar-benar memahami arti dari revolusi industri 4.0 itu sendiri.

Sebelum membahas lebih dalam mengenai revolusi industri keempat, ada baiknya kita untuk melihat kembali sejarah berkembangnya revolusi industri dari masa ke masa. Dilihat dari sejarahnya, revolusi industri bermula pada abad ke-18 ketika mesin bertenaga uap ditemukan pertama kalinya. Dilanjutkan dengan revolusi industri kedua dengan digunakannya mesin yang menggunakan bahan bakar minyak dan listrik. Lalu dunia mulai berevolusi lagi menjadi revolusi industri ketiga yang ditandai dengan dikenalkannya mesin dengan beberapa otomatisasi, membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Dan pada hari ini, kita telah memasuki era revolusi industri keempat yang ditandai dengan munculnya sistem cyber-physical dimana industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data, yang dikenal dengan istilah Internet of things.

Kehadiran internet di era revolusi industri 4.0 telah merubah banyak hal. Salah satunya adalah perkembangan internet sendiri yang berevolusi dari tahun ke tahun. Seperti yang telah kita  ketahui, bahwa dulunya internet sebatas digunakan sebagai media informasi dan berkirim pesan singkat, namun seiring berkembanganya waktu, internet telah berubah menjadi Internet of things, robot hingga self-driving car.

Tak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi salah satunya ditunjukkan dengan diciptakannya Artificial Intelligent (AI) atau robot yang mirip dengan manusia sudah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar sehingga menggeser peran manusia dalam melakukan pekerjaan. Perkembangan teknologi yang semakin pesat ini pastinya menguntungkan dunia industri namun juga memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pasar tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena teknologi dirasa lebih efisien dan efektif dibanding tenaga atau kompetensi manusia yang terbatas serta untuk memangkas beban Sumber Daya Manusia yang menuntut kenaikan upah buruh tapi tidak diikuti dengan kenaikan produktivitasnya. Akhirnya, banyak perusahaan yang melakukan PHK secara besar-besaran dan menyebabkan terjadinya pengangguran teknologi.

Fakta dari International Federation of Robotics menyebutkan bahwa pada tahun 2009, tingkat otomatisasi Indonesia ialah sebesar 39 unit robot per 10 ribu pekerja, masih lebih rendah dibanding rata-rata otomatisasi global yang mencapai 66 unit robot per 10 ribu pekerja. Walau tergolong kecil, angka ini akan terus meningkat seiring kebutuhan industri untuk berproduksi dan bertumbuh sehingga tenaga otomatisasi sangat dibutuhkan.

Selain itu, penyebab dari banyaknya pengangguran dalam revolusi industri 4.0 adalah masalah kompetensi SDM di Indonesia yang didukung dengan rendahnya kemampuan berbahasa inggris tenaga kerja dan lulusan perguruan tinggi di Indonesia. Padahal sejak MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) diberlakukan pada tanggal 1 Maret 2015, permintaan akan tenaga kerja semakin meningkat. Sehingga persaingan kerja juga semakin ketat. Oleh karena itu, setiap individu harus memiliki kompetensi yang baik terutama kemampuan berbahasa asing agar dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja internasional. Hal ini tak jauh berbeda dengan revolusi industri 4.0 yang menuntut para pemuda untuk tak hanya memiliki kemampuan dalam berbahasa asing namun juga harus memiliki kemampuan dalam bahasa pemrograman.

Revolusi industri 4.0 akan mengancam pekerjaan masyarakat. Mereka yang tidak memiliki keahlian lebih dan khusus akan menjadi pengangguran. Oleh karena itu, dalam persaingan bebas tenaga kerja di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang saat ini tengah kita jalani, menuntut para jobseekers (pencari kerja) untuk membekali diri semaksimal mungkin untuk menguasai teknologi modren terutama teknologi digital. Namun banyak orang lupa, ada sisi lain yang lebih penting untuk dimiliki yaitu karakter dan integritas.

Karakter dimaknai sebagai budi pekerti yang tumbuh dan tercermin dalam sikap, tingkah laku dan pola kerja seseorang yang akan membedakan satu dengan yang lainnya. Sedangkan Integritas merupakan salah satu atribut kunci yang harus dimiliki seorang pekerja.Di saat persaingan global yang sangat ketat dengan berbagai negara di dunia yang hanya melihat dari sisi penguasaan teknologi,

Maka, pancasila lah yang dapat menjadi jawaban tentang kekhasan sumber daya manusia Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara Republik Indonesia merupakan hasil pemikiran yang dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat dengan mengandung satu pemikiran bermakna untuk dijadikan dasar, azas, pedoman hidup dan kehidupan bersama dalam negara Indonesia merdeka.

Pancasila sebagai sumber etika dalam konsep dan pelaksanaan kerja profesional sumber daya manusia Indonesia harus menjadi ruh utama dalam perumusan Kode Etik Profesi yang meliputi aspek etika, moral dan hukum. Dengan begitu, SDM Indonesia akan memiliki kekhasan sebagai manusia yang adaptif terhadap teknologi dengan keunggulan karakter dan integritas pancasila. Dengan konsep ini bargaining position SDM Indonesia akan menguasai pasar dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun