" Ck... ck... ck... Rame banget, Fan ! Tahu begini aku akan batalin janjiku dengan Sinta. Mendingan ikut pestanya temanmu, kali-kali aja ada cewek cakep yang kecantol di hati ! " sesal Fredy saat mengantar adiknya, Fanny ke pesta ulang tahun temannya, di malam Minggu itu.
" Salah sendiri, ngapain bikin-bikin janji. Enakan juga kayak aku, masih single, jadi masih bebas. Lagian mas Fredy juga kelewatan, ngincer mbak Nina yang dideketin malah Sinta. Eh... sekarang mau lirik-lirik cewek lainnya ! " jengkel Fanny.
" Ya, buat tambah pengalaman aja, Fan ! " jawab Fredy seenaknya.
" Tambah pengalaman... tambah pengalaman... Enak aja jawabnya ! Ya sudah sana, cepetan ke rumahnya Sinta, entar ditungguin lagi. Da... da... ! " kata Fanny akhirnya, maksudnya sih...
" Ngusir alus-alusan nih ? Oke deh, nanti kamu pulang sendiri aja. Males aku ngejemputnya ! " kata Fredy sebelum meninggalkan Fanny. Merasa habis manis sepah dibuang, setelah selesai tugasnya mengantar Fanny ke tempat pesta temannya, maka kehadirannya tak diperlukan lagi.
" Hei, marah ya ?!! " teriak Fanny saat GL-Max Fredy berbalik arah dan kemudian terus melaju. Seakan-akan tak mendengar teriakan Fanny yang sebenarnya cukup keras juga.
" Jangan teriak-teriak dong ! Kayak punya telinga sendiri aja ! " tegur seorang cowok mengingatkan. Fanny kaget campur sebel, ngapain sih cowok itu ikut campur urusan orang lain.
" Biarin aja, memang aku punya telinga sendiri. Mau apa hayo ?! " jawab Fanny jengkel. Tapi... ups, sesaat Fanny kaget, saat melihat dengan jelas cowok yang ada di hadapannya. Dengan dandanan bersahaja tapi keren. Tak salah lagi, cowok itu adalah ...
" Ya sudah. Aku cuma ngingetin aja... " jawab cowok itu lebih lembut. Sebenarnya Fanny pingin kenalan atau sekedar ngobrol-ngobrol dengan cowok itu, tapi rasa gengsinya mengalahkan keinginannya yang telah lama terpendam.
" Jangan ikut campur urusan orang lain, kenapa sih ? " ketus Fanny sambil meninggalkan cowok itu dan terus masuk ke rumah Vera, temannya yang berulang tahun.