Lanjut lagiiii....
Perkembangan sosial-emosional anak yang baik dapat dilihat dari sebesar, sebaik, ataupun sesehat apa hubungan mereka dengan orang dewasa atau lebih tepatnya orang tua. Johnson and others 1991Â menjelaskan bahwa bayi yang baru lahir itu lebih memperhatikan rangsangan yang menyerupai wajah. Kemudian diteruskan oleh DeCasper and Fifer 1980 bahwa mereka lebih menyukai suara ibu mereka daripada wanita lain.
Dibuktikan dengan adanya anak kecil yang menunjukkan penyesuaian sosial, emosional, dan perilaku yang sehat cenderung memiliki prestasi akademik yang baik di sekolah dasar (Cohen dkk. 2005; Zero to Three 2004). Penelitian baru-baru ini memperkuat pandangan bahwa program anak usia dini mendukung hasil belajar positif di kemudian hari di semua domain dengan mempertahankan fokus pada promosi perkembangan sosial emosional yang sehat (Dewan Ilmiah Nasional untuk Anak Berkembang 2004; Raver 2002; Shonkoff 2004).
Sedikit banyak dengan yang saya tuliskan di atas, sudah jelas bukan bahwa manusia tidak bisa hidup seolah-olah hanya ada dirinya. Berdiri hanya dengan kedua kakinya. Saya ingatkan kembali bahwa kita semua makhluk sosial yaaaaa....
"Jangan angkat dagumu karena kelebihanmu, tapi tundukkan kepalamu karena langit akan tetap berada di atas mu"
Seperti padi, semakin berisi semakin merunduk. Terimakasih telah membaca tulisan saya ini. Semoga bermanfaat.
Salam... Saya Dewi Lestari.