Selanjutkan peserta menuju ke Kotagede yang dikenal sebagai kota tua pusat awal Kerajaan Mataram Islam dan sentra kerajinan perak yang legendaris. Kawasan ini memadukan nilai sejarah, arsitektur tradisional, dan kehidupan lokal yang masih terjaga. Peserta menikmati jejak peradaban Jawa sambil merasakan pesona budaya yang autentik.Â
Ini kali ketiga aku berkunjung ke Kotagede. Sebelumnya blusukan di sini dengan berjalan kaki, tidak mengayuh sepeda. Sempat ingin meminjam sepeda di Museum Kotagede, tapi sayangnya hanya bisa dipinjam pada event tertentu saja. Kebetulan waktu itu memang sedang tidak membawa sepeda dari Jakarta. Mobil juga sudah penuh barang karena berlibur sekitar dua pekan bersama  Teteh rute Jakarta - Bandung - Cirebon - Solo - Yogyakarta - Jakarta.
Peserta beristirahat di Masjid Gedhe Mataram yang dibangun pada tahun 1578 dan selesai pada tahun 1587 pada era Panembahan Senopati. Pembangunan selama 9 tahun, lama juga ya hehehe ... Selain masjid di kawasan ini ada pemakaman raja-raja Mataram. Selain di Kotagede, ada pemakaman Imogiri untuk raja-raja berikutnya dimulai dari Sultan Agung.
Artikel tentang makam Imogiri sudah aku tulis di sini: Jejak Bani Tafsir Anom V di Makam Imogiri
Kudapan yang disajikan panitia kali ini adalah kue kembang waru yang manis legit. Aku sempatkan shalat dhuha di masjid legendaris ini. Kemudian berfoto bersama peserta lainnya. Peserta juga dapat mengisi kembali botol minumnya di sini.
Perjalanan berlanjut menuju Puro Pakualaman yang merupakan istana kecil sebagai pusat kebudayaan Kadipaten Pakualaman dengan sejarah penting dalam dinamika politik dan budaya Yogyakarta. Arsitektur klasik dan koleksi pusaka di dalamnya menghadirkan daya tarik tersendiri bagi peserta.Â