Kolam seluas  70 x 40 meter persegi digunakan juga untuk instalasi PDAM. Sumber mata air alami mengalir sepanjang tahun. K-Ners bisa belajar sejarah juga loh di Umbul Ponggok. Sejak abad 8-9 Masehi umbul ini sudah dibangun. Buktinya adalah ada batu Yoni dan sebuah arca di pekarangan warga yang berada sebelah utara umbul.  Sedangkan pada masa penjajahan Belanda / kolonial, air dari umbul ini digunakan untuk reservoir pabrik gula Ponggok.
Pengunjung bisa juga berenang sepuasnya. Jika lapar dan haus, tenang saja ... Kios kuliner berjejer sepanjang sisi kolam. Aku menikmati teh manis hangat dan soto yang sedap. Anakku aji mumpung nih gak dilarang membeli mie instan dengan telor ceplok yang nikmat. Ada juga kudapan seperti pisang goreng dan tempe mendoan.
Aku berharap agar pengelola tetap menjaga Umbul Ponggok tidak berubah sebagai sumber mata air yang bersih. Walau pun dijadikan tempat wisata, tetap saja harus ada aturan yang ketat, seperti tidak membuang sampah sembarangan atau bahan / zat berbahaya.Â
Setelah puas bermain di Umbul Ponggok, aku kembali ke tempat menginap di MGH. Tempat ini dulu adalah rumah Eyang. Kini setelah direvitalisasi jadilah sebuah guest house dengan tetap mempertahankan rumah asli dan menambah kamar baru di halaman belakang.Â
Artikel lengkapnya di baca di sini.
Oya, kalau sedang berkunjung ke Solo jangan lupa berburu kuliner ya. Aku suka nasi liwet, pecel pincuk, serabi notosuman, es dawet telasih, bubur lemu, kue lekker, dan cabuk rambak. Selain itu segala masakan kambing juga jadi favoritku, seperti tengkleng, gule, sate buntel, dan tongseng.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI