Di Masjidil Haram, saat shalat Dzuhur, kami berjumpa muslimah Palestina. Kami saling memberi salam dan senyum. Dia guru Al Quran dan bisa berbahasa Inggris ... Ternyata Dia sejak tadi memperhatikan Teteh yang membaca Al Quran sambil menunggu adzan dikumandangkan.Â
Jadi setelah selesai shalat Dia menyapa Teteh dan bertanya : 'Sudah bisa membaca Al Quran sejak usia berapa ?' 'Aku jawab : 'Sejak usia 5 tahun'. Wah ... Dia tersenyum lebar dan mengelus kepala Teteh. Teteh sangat senang berkenalan dengan muslimah Palestina. Â Aku menitipkan hadiah kecil yang dibalaskan dengan doa agar kami bisa mengunjungi Palestina dan Masjidil Aqsa. Kami pun berpelukan erat dan Teteh dicium sayang berulang-ulang sambil disebut namanya Maryam ... Maryam ... Maryam ... Barakallah.
Di Madinah Teteh berjumpa muslim asal Baghdad Irak. Seorang laki-laki paruh baya yang ramah dan murah senyum. Teteh seperti biasa senang wara-wari sambil berceloteh saat menunggu ayahnya bergabung di lobby hotel. Tadi Teteh selesai shalat langsung menuju hotel karena merasa lapar. Tiada disangka ... Aku bisa berbincang dengannya dalam bahasa Inggris (diawal percakapan aku minta maaf tak pandai berbahasa arab hanya sedikit saja faham kosa kata sederhana). Dia sangat senang ketika tahu Teteh sudah hafal juz amma.
Masyaallah ... Masyaallah ... Begitu ucapnya. Sebelum berpisah dia panggil Maryam ... Maryam ... Here ... Gift for you selembar 5 Riyal diberikannya kepada Teteh sambil bilang : 'You nice girl'. Aku dan Teteh bilang 'Jazakallah khayr'. Dan pamit menuju lift karena harus segera menuju ruang pertemuan. Ada kajian dari Ustadz yang menjadi guide rombongan kami. Beliau adalah mahasiswa magister di Universitas Madinah.
Betapa bahagianya menjadi pencinta Al Quran, membacanya, menghafalnya, memahaminya, mengamalkannya. Semoga Allah Yang Maha Baik lagi Maha Pemurah melimpahkan rahmat-Nya bagi para pencinta Al Quran. Aamiin ...