Mohon tunggu...
Dewi Widayanti
Dewi Widayanti Mohon Tunggu... -

simple

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Diujung Sore #2

11 Maret 2014   22:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ini cerita lanjutan pada post saya sebelumnya >> Para sahabat sunset

"kamu tahu Natare, kenapa aku selalu tertawa diantara kamu dan Roy?" Tanya Ai suatu sore diawal 47 detik terhebatku. aku menoleh demi mendengar pertanyaan ganjil dari seorang AI yang selalu riang. dan sore ini, demi mengucapkan kalimat itu Ai sedikit menengadahkan wajahnya dan membuatnya sedikit sendu, bukan Ai yang aku kenal.

"kamu tahu Natare? kenapa?" tanya Ai sekali lagi kepadaku yang hanya diam. menerka - nerka apa maksud kalimat Ai. aku kemudian menggeleng demi sebuah titik bening yang menggelincir dari pipi mulus Ai dan hilang dibalik jilbab warna soft pink yang AIi kenakan sore ini.

aku terkesiap mencoba mendekat dan menghapus air mata itu. tapi Ai mencegah tanganku untuk tidak mendekat lebih jauh lagi.

"karena ... karena aku menyukai Roy, Natare, aku menyukainya semenjak dulu, semenjak aku dipertemukan dalam acara pecinta alam se DIY enam tahun silam"

pengakuan Ai membuat mimpiku seakan runtuh seketika. sahabatku ternyata memiliki perasaan yang sama denganku, tapi yang membedakannya hanyalah lama waktu Ai bisa menyimpan perasaanya dengan rapi dan aku belum ada apa - apanya dengan perasaanku, ternyata Ai lebih tersiksa daripada aku.


"kenapa kamu tidak mengatakannya Ai? kenapa?" tanyaku terkesan seperti bertanya kepada diriku sendiri

"untuk apa Natare? untuk apa? jika aku bisa selalu melihat Roy tertawa lepas denganmu yang selalu berpendapat dengan Sunset dan Sunrise kalian?" aku diam dengan pernyataan Ai. cukupkah hanya melihat orang yang dicintai bahagia, semua sudah selesai? aku rasa cinta tidak seperti itu. aku selalu beradu pendapat dengan Roy karena aku berusaha menghilangkan debaran dada yang menyesakkan, mencoba menyamarkan suara gemuruh detak jantungku supaya tidak terdengar oleh Roy.

Tapi Ai...

aku menggelengkan kepalaku berkali - kali untuk bisa mencerna kata - kata Ai, tapi tidak bisa.

"Ai, kamu benar - benar mencintai Roy?" akhirnya aku memutuskan bicara,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun