Mohon tunggu...
Dewi Andini Yudiati
Dewi Andini Yudiati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 riwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada

Dalam rangka melengkapi penugasan perkuliahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Konsep Indigenous Tourism pada Masyarakat Adat Suku Baduy

6 Desember 2022   06:40 Diperbarui: 6 Desember 2022   06:54 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pemukiman Suku Baduy Luar.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Ekowisata merupakan sebuah bentuk perjalanan yang bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan baik lingkungan alam maupun sosial budaya setempat. Hal ini selaras dengan Acmad Fandeli (2000) yang mengartikan ekowisata sebagai bentuk perjalanan yang bertanggung jawab pada kelestarian area yang masih alami (natural), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat.

Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat melalui penngkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata.

Salah satu bentuk ekowisata adalah indigenous tourism, menurut (Butler dan Hinch, 2007) indigenous tourism merupakan kegiatan pariwisata yang berbasis pada masyarakat pribumi yang mana masyarakat tersebut secara langsung terlibat dalam kontrol dan menjadikan budaya mereka sebagai daya tarik. 

Penerapan konsep ekowisata pada suatu daerah tentu tidak terlepas dari dampak positif dan dampak negatif bergantung pada ketepatan pengelolaannya. Dampak positif dan negatif dari konsep ekowisata dapat mempengaruhi berbagai segi, baik segi ekonomi, Sumber Daya Alam (SDA) dan segi sosial budaya.

Indigenous Tourism Pada Masyarakat Adat Suku Baduy

Suku Baduy merupakan salah satu suku di Indonesia yang terletak di Provinsi Banten, tepatnya di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Seperti yang kita ketahui, Suku Baduy memiliki kekayaan ragam budaya dan alam. 

Besarnya potensi alam dan budaya yang dimiliki oleh Suku Baduy menjadi salah satu peluang dikembangkannya pariwisata berbasis masyarakat adat. Penetapan pengembangan Suku Baduy dibuka menjadi salah satu destinasi pariwisata yang mengusung konsep ekowisata dan telah diatur dalam Perda Lebak, No.13 tahun 1990. 

Hal ini menjadi salah satu contoh penerapan indigenous tourism pada Suku Baduy. Berbagai keragaman alam dan keunikan budaya yang dimiliki oleh Suku Baduy sebagai daerah yang terisolir, menjadi daya tarik terutama bagi para ecotourist . 

Atraksi wisata dari Desa Wisata Suku Baduy terbagi menjadi dua, wisata budaya dan wisata alam. Atrakwi wisata budaya di Suku Baduy berupa penambilan berbagai kesenian, hasil kerajinan dan cinderamata, upacara adat atau ritual budaya setempat serta arsitektur bangunan. 

Atrakwi wisata alam diantaranya Sumber Daya alam flora dan faunan, hutan yang sangat alami hingga teknik pertanian yang masih konvensional. Berbagai kegiatan melalui atrakwi wisata tersebut dapat dilakukan oleh para wisatawan.

Perkembangan Indigenous Tourism pada Suku Baduy 

Dengan kehadiran wisatawan tentu akan memberikan dampak secara signifikan terhadap keadaan ekonomi, SDA hingga sosial budaya. Berdasarkan Sistem Informasi Data Kunjungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak, pada tahun 2019 kunjungan wisatawan pada Suku Baduy mencapai pada 42.174 wisatawan lokal dan 54 wisatawan mancanegara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun