Kucingku tak senang dengan pilihan laguku. Sudah larut malam, seharusnya pilihan lagu-lagunya lebih kalem. Atau, putar saja murotal dan instrumental.Â
Kucing itu masih kecil. Usianya mungkin baru sebulan. Namun, ia penuh rasa ingin tahu dan ingin berpendapat.Â
Satu malam ia tak suka dengan pilihan filmku. Dengan santainya ia pencet-pencet tab yang ada di depannya dengan jemari mungilnya. Film itu langsung hilang digantikan dengan lagu yang begitu kencang.Â
Aku yang tak mengantisipasi kejadian itu hampir melompat karena terkejut dengan perubahan mendadak itu.Â
Dan si kucing bersama saudara-saudaranya kini makin suka memainkan tab. Ia rajin memencet-mencet hingga musik suka berubah-ubah seenaknya. Akhirnya tab kujauhkan dari jangkauan para kucing.Â
Hanya mereka masih saja cerdik menyelinap dan ingin nakal. Ayolah ini wujud perhatian kami kepada manusia. Kami memang nakal dan menggemaskan, terimalah.Â
Jadilah musikku berubah jadi lantunan ayat-ayat suci Al-Quran. Ya aku tak masalah, murotal akan membuat suasana menjadi nyaman dan kantuk akan segera datang.Â
Belum sampai aku tertidur pulas, si kucing memencet lagi seenaknya. Kali ini musik berubah menjadi lagu cadas.Â
Astaga, aku bisa jantungan.Â
Kusembunyikan tabku. Kuperdengarkan instrumen pembawa kantuk. Keempat bayi kucing pun terlelap. Mungkin mimpi jadi DJ sambil menyantap ayam panggang.Â