Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Kenangan Nonton Coldplay di Singapura dan Indonesia pun Bisa Jadi Negara Konser

7 Maret 2024   16:50 Diperbarui: 9 Maret 2024   11:56 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat konser Coldplay, mereka banyak bermain di visual sehingga terasa semarak (dokpri) 

Ketika Chris Martin meminta para penonton menurunkan gawai mereka dan berfokus menikmati musik, aku menyambut gembira. Sudah lama aku tak menikmati konser musik bebas gawai.

Aku pun ikut bergoyang dan bernyanyi sambil menikmati suasana stadion yang warna-warni dengan iringan tembang A Sky Full of Stars. Ini momen paling berkesan selama nonton konser Coldplay di National Stadium, Singapura.

Kenangan Nonton Konser di Singapura

Nonton Coldplay adalah kali pertamaku nonton konser musik di luar negeri.

Sebelumnya aku sudah puas bisa menonton konser dan festival musik di Malang, Surabaya, dan Jakarta. Entah apa yang menggerakkanku sehingga kemudian penasaran untuk menyaksikan konser Coldplay di Singapura. Ya, nggak apa-apa sih sekali seumur hidup.

Aku baru sibuk memesan tiket pesawat dan menyusun rute perjalanan beberapa hari jelang keberangkatan. Karena tiket pesawat langsung dari dan ke Singapura lumayan mahal, maka aku pun nekat mencoba ke Singapura lewat Batam dengan naik feri.


Untuk menghemat biaya, aku pun tidak menginap, melainkan langsung pulang lewat Malaysia dengan naik bus malam dari Singapura ke Kuala Lumpur. Nah, tiket pesawat dari Kuala Lumpur lebih terjangkau.

Awalnya aku agak was-was dan ragu untuk berangkat. Pasalnya aku berangkat dan nonton konser sendirian. Kalau nonton konser sendirian di negeri sendiri sih sudah sering. Tapi ternyata pengalaman nonton konser sendirian di Singapura itu menyenangkan.

Aku sengaja memilih nonton konser Coldplay pada hari pertama. Kuatirnya kualitas vokal dan stamina band menurun apalagi mereka dijadwalkan manggung berhari-hari.

Lumayan olah raga jalan kaki dari stasiun MRT ke National Stadium (dokpri) 
Lumayan olah raga jalan kaki dari stasiun MRT ke National Stadium (dokpri) 

Antri pemeriksaan badan dan tas (dokpri) 
Antri pemeriksaan badan dan tas (dokpri) 

Menuju gate sesuai tempat duduk (dokpri) 
Menuju gate sesuai tempat duduk (dokpri) 
Pada H-1, penonton sudah diberitahukan lewat surel tentang gerbang sesuai pilihan tempat duduk. Dalam surel juga diberitahukan pilihan transportasi, pemesanan transportasi untuk pulang, dan lain-lain, sehingga penonton bisa lebih siap dan bisa tepat waktu tiba di lokasi acara.

Aku sendiri naik MRT menuju ke sana setelah asyik menjelajah museum. Setelah keluar dari stasiun MRT, kulanjutkan dengan berjalan kaki. Ada banyak pejalan kaki, sehingga perjalanan jadi tidak melelahkan meski naik banyak tangga.

Setiba di lokasi, aku menunjukkan tiket di hape, selanjutnya antri untuk pemeriksaan badan dan tas. Wah roti yang tadi belum sempat kumakan ikut disita. Duh jadi menyesal tidak kumakan sebelumnya.

Kemudian aku berjalan cepat menuju gate untuk festival. Di sana, tiket di-scan lalu penonton diberikan gelang kertas dan gelang yang bisa menyala. Baru kemudian aku bisa masuk ke ruang festival.

Nah tak jauh dari tempat duduk kuperhatikan banyak tenant makanan dan minuman, juga toilet.

Waduh sudah rame nih (dokpri) 
Waduh sudah rame nih (dokpri) 

Kuperhatikan bagian festival sudah lumayan rame penonton. Bagian tribun malah lebih padat dan sepertinya sudah terisi semua. Aku pun mengambil posisi strategis.

Sekitar pukul 19.30 waktu setempat, pertunjukan dimulai dengan aksi dari penyanyi pembuka yakni Jasmine Sokko,  penyanyi yang lagu-lagunya bergenre elektro pop. Lagu-lagunya enak didengar. Sekitar pukul 20.30 Coldplay baru naik ke atas panggung.

Penonton langsung merengsek maju. Gelang pun menyala, warnanya berganti-ganti membuat stadion menjadi meriah. Layar besar yang terpasang di bagian tengah menampilkan visual gratis sedangkan layar besar di kanan kiri panggung menampilkan personel Coldplay.

Jasmine Sokko membuka acara (dokpri) 
Jasmine Sokko membuka acara (dokpri) 

Konser pun dimulai.

Coldplay banyak menampilkan lagu-lagu dari album Music of the Spheres. Namun mereka tak pelit menampilkan segudang hits.

Berturut-turut mereka menyuguhkan Adventure of a Lifetime dan Paradise dengan permainan lampu dan gelang yang menyala berganti-ganti sehingga memberikan atmosfer yang megah.

Saat membawakan The Scientist, ada masalah dengan piano sehingga Chris tak melanjutkan permainan pianonya melainkan diiringi gitar. Penonton memberikan semangat ketika Chris nampak agak kecewa ketika pianonya bermasalah.

Tembang mereka berikutnya, Viva La Vida dan Hymn for the Weekend tak kalah mendapatkan sambutan hangat dari penonton. Sebagian penonton ikut bernyanyi dan berdendang, tapi banyak pula yang lebih asyik mengabadikan momen dengan gawainya. Di tembang berikutnya, Chris mengajak dua penonton bergabung di panggung dan ia memainkan lagu yang lembut.

Asyik bisa dapat foto om Chris (dokpri) 
Asyik bisa dapat foto om Chris (dokpri) 
Rupanya aku kelelahan. Capek juga berdiri berdesak-desakan. Aku kemudian mundur ke belakang, menuju ruang yang lebih lega. Akhirnya aku malah duduk lesehan. Duh capek banget karena dari pagi aku melalang dari Jakarta menuju Batam ke Singapura.

Aku akhirnya menikmati lagu dengan duduk-duduk. Banyak penonton yang rupanya jiga kelelahan dan ikut duduk di lantai stadiun smanil menikmati lagu dari layar. Ada yang sambil makan dan minum.

Ada banyak gimmick sehingga atmosfernya terasa megah (dokpri) 
Ada banyak gimmick sehingga atmosfernya terasa megah (dokpri) 

Tak lama tembang legendaris mereka dibawakan. Yellow. Gelang menyala kuning. Aku bangkit dari dudukku dan ikut bernyanyi. Wah penonton ikut koor, suasana stadiun jadi begitu semarak.

Tembang berikutnya banyak dari album Music of the Spheres. Menyusul kemudian lagu Something Just Like This dan My Universe. Pada saat membawakan lagu A Sky Full of Stars, Chris Martin menghentikan lagunya. Ia meminta penonton untuk lebih menikmati suasana, ikut bernyanyi, dan tidak memainkan hapenya.

Menurutku lagu A Sky Full of Stars dan momen inilah yang paling berkesan. Penonton benar-benar nampak menikmati suasana. Aku juga bebas menggerakkan tubuh karena berpindah tempat di belakang.

Lampu menyorot ke sana ke mari. Gelang berganti-ganti warna dan nampak nyala kembang api dari atap stadiun. Suasana terasa syahdu dan melankolis.

Lagu-lagu berikutnya tetap enak didengar. Di antaranya ada Sparks, Don't Panic, dan Biutyful.

Saat Biutyful aku mulai naik menuju gerbang keluar. Biasanya saat konser usai di Indonesia, penonton berjubelan di pintu keluar. Aku kuatir hal tersebut terjadi. Jadi aku kemudian lanjut menonton di dekat gerbang keluar.

Pemainan cahaya dan balon-balon menyemarakkan suasana (dokpri) 
Pemainan cahaya dan balon-balon menyemarakkan suasana (dokpri) 

Rupanya kekuatiranku tak terbukti. Setelah pertunjukan usai, penonton keluar dengan tertib. Gelang dikembalikan dan mereka sebagian berjalan kaki menuju MRT. Lainnya menunggu bus dan alat transportasi lainnya. Aku pun menunggu bus menuju titik perhentian bus malam menuju Kuala Lumpur.

Aku merasa puas.

Indonesia Juga Bisa Menjadi Negara Konser

Aku suka menyaksikan konser musik rock dan musik klasik. Kadang-kadang aku menonton bersama kawan-kawan, tapi lebih sering sendirian.

Tahun 2023 lalu aku menonton dua konser musik dan tiga festival mancanegara. Diawali dengan Everblast yang menampilkan Hoobastank, Hammersonic dengan bintang utama Slipknot, Soundrenaline dengan Thirty Seconds to Mars, konser The Coors, dan konser Bring me the Horizon (BMTH).

Menurutku sebagian acara sudah bagus meski memang masih perlu peningkatan.

Festival Hammersonic Bisa Jadi Atraksi Asia

Jangan salah Hammersonic banyak menjadi rujukan penikmat metal di Asia. Saat menonton Hammersonic, tak sedikit penonton dari berbagai negara di Asia.

Festival metal ini memang unik karena berani menampilkan band-band dengan genre deathmetal, grindcore, dan genre metal lainnya dari berbagai negara.

Oleh karena itu menurutku festival Hammersonic bisa jadi rujukan pagelaran festival meski ya perlu ada peningkatan.

Hammersonic banyak penonton dari berbagai daerah dan negara (dokpri) 
Hammersonic banyak penonton dari berbagai daerah dan negara (dokpri) 
Di Hammersonic, panitia menyediakan tenant makanan minuman yang cukup banyak dan toilet yang bersih. Ada banyak panggung dengan ruang penonton yang luas. Selain itu, yang patut diapresiasi dari panitia, mereka juga menyediakan mushola.

Sayangnya masih banyak keruwetan di ajang konser, seperti gerbang penonton masuk yang padat karena panitia kurang sigap, calo tiket, ruang konser yang kurang memadai, penonton yang merokok di dalam lokasi konser, akses ke lokasi konser yang susah, pertunjukan yang molor, dan sebagainya.

Hal ini tak hanya merugikan penonton, namun juga bisa membuat citra Indonesia menjadi buruk di mata musisi mancanegara.

Peristiwa saat konser BMTH bisa menjadi catatan. Tempat konser tidak memadai. Terlalu sempit untuk konser musik rock. Selain itu penonton juga tidak tertib. Banyak yang merokok di dalam ruang konser. Alhasil ada penonton yang pingsan di dalam dan pertunjukan pun dihentikan.

Berkaca dari Singapura yang Sukses Mengadakan Konser

Banyak pecinta musik yang kecewa ketika Taylor Swift tidak mampir ke Indonesia.

Namun bisa jadi Taylor Swift dan musisi manca lainnya ragu untuk menggelar konser di Indonesia. Apalagi ada beberapa kasus penyelenggaraan konser yang membuat mereka jadi enggan. Jika fans kecewa, tentunya mereka juga ikut sedih dan kecewa.

Ketika berkesempatan nonton konser di Singapura, aku membuat catatan beberapa hal yang kiranya bisa dicontoh promotor band di Indonesia.

Urusan Tiket Itu Penting

Yang pertama adalah soal tiket. Pembelian tiket Coldplay di Singapura relatif mudah dan cepat. Mode pembayarannya pun beragam. Ketersediaan tiket juga mudah dipantau.

Urusan tiket itu penting dari harga, cara membeli dan sebagainya (dokpri) 
Urusan tiket itu penting dari harga, cara membeli dan sebagainya (dokpri) 

Sayangnya ini masih sulit terjadi di Indonesia. Lima menit setelah penjualan tiket dibuka, eh langsung ludes. Selang beberapa hari kemudian mulai banyak yang menjual tiket dengan harga berlipat. Ah calo sekarang berubah wujud mengikuti teknologi.

Akses Lokasi, Jam Penyelenggaraan, dan Akomodasi

Berikutnya adalah akses menuju lokasi konser  mode transportasi, dan penginapan. National Stadium Singapore mudah dijangkau oleh transportasi umum. Di sekitar lokasi juga banyak penginapan dari berbagai harga.

Selain itu penyelenggaraan konser juga tidak terlalu malam., dimulai pukul 19.00 atau 19.30 sehingga penonton juga tidak kemalaman pulangnya.

Salut buat panitia Hammersonic meski acara diadakan di Ancol yang relatif susah dijangkau saat tengah malam, mereka menyediakan bus. Hanya bus tersebut jumlahnya terbatas. Akan lebih baik jika acara konser di Indonesia diadakan di tempat yang mudah dijangkau mode transportasi apapun.

Juga yang kiranya ada banyak penginapan karena banyak penonton konser di Jakarta yang berasal dari berbagai daerah. Waktu itu penonton BMTH ada juga yang dari Papua. Kasihan apabila mereka kebingungan sebelum dan setelah acara.

Ingat jangan kemalaman konsernya (dokpri) 
Ingat jangan kemalaman konsernya (dokpri) 
Penyelenggaraan konser juga sebaiknya jangan terlalu malam. Biasanya headliner di Jakarta baru tampil pukul 21.00 atau 22.00 ke atas. Ini kemalaman.

Lebih baik jika bintang pembuka malah ditiadakan dan langsung ke band utama sehingga penonton bisa menyaksikan pertunjukan sejak pukul 19.00 dan pulangnya tidak melampaui pukul 23.00.

Pengaturan Keluar Masuk Penonton

Di Singapura, penonton diberitahukan sebelumnya tata cara masuk ke lokasi konser dan gate sesuai lokasi duduk sehingga penonton tertib dan rapi keluar masuk lokasi konser.

Sayangnya di Indonesia pintu keluar masuknya sering kali hanya satu. Alhasil prosesnya lama karena antri untuk pemeriksaan tiket dan bawaan. 

Selain itu mungkin karena lelah, panitia banyak yang kecolongan sehingga rokok, vape, dan minuman keras pun lolos.

Gerbang keluar juga perlu diperhatikan. Saat konser di Beach Stadium Ancol, pintunya tergolong sempit sehingga situasi pun agak ricuh usai konser.

Kalau penontonnya puluhan ribu gini bisa gawat kalau desak-desakan di pintu keluar (dokpri) 
Kalau penontonnya puluhan ribu gini bisa gawat kalau desak-desakan di pintu keluar (dokpri) 

Kenyamanan Penonton, Petugas Medis dan Petugas Keamanan

Saat nonton Coldplay, kuperhatikan ada banyak tenant makanan minuman juga toilet yang tak jauh dari lokasi duduk sehingga penonton bisa lebih santai menonton. Selain itu petugas medis dan petugas keamanannya juga sigap.

Di beberapa konser dan festival yang pernah kudatangi di Jakarta, masih ada saja yang kecopetan. Ada yang dehidrasi dan tak segera ditangani. Juga ada penonton yang asyik merokok dan tidak ditegur sama sekali.

Penonton ingin nyaman dan aman selama nonton pagelaran musik (dokpri) 
Penonton ingin nyaman dan aman selama nonton pagelaran musik (dokpri) 

Konser di Ancol rata-rata cukup banyak tenant makanan minumannya. Hanya lokasinya lumayan jauh dari tempat konser. Sehingga penonton harus berjalan jauh untuk menuju tempat makan. Mungkin denahnya bisa diubah, lokasi makanan bisa di tengah-tengah di antara berbagai panggung.

Gimmick, Panggung, dan Layar

Belakangan ada banyak musisi yang suka menampilkan visual impresif di layar panggung mereka. Juga banyak yang kemudian meniru menggunakan gelang dan tongkat berwarna-warni menyemarakkan suasana. Karena banyak penonton yang suka merekam konser di gawai, adanya visual yang menarik tentu menjadi salah satu magnet. Selain tentunya memberikan ambience yang asyik selama menonton.

Oleh karenanya penting bagi promotor konser juga memerhatikan desain panggung, ukuran layar, desain tempat duduk dan area penonton, agar penonton tidak hanya bisa mendengar musik dengan kualitas sound yang bagus namun juga mendapatkan pengalaman lebih dari visualnya.

Penggunaan gelang bercahaya ini juga menarik (dokpri) 
Penggunaan gelang bercahaya ini juga menarik (dokpri) 

Saat menyaksikan konser BMTH, mereka telah menyiapkan visual yang sesuai dengan lagu yang dibawakan. Sayangnya entah kenapa layarnya sempat macet sehingga membuat bete si vokalis.

Sebenarnya masih banyak hal-hal lain yang perlu ditingkatkan dari penyelenggara konser di Indonesia, termasuk sertifikasi dari penyelenggara konser agar tidak terjadi lagi konser abal-abal atau EO yang lari membawa uang tiket penonton.

Tapi intinya konser dan festival musik di Indonesia sebenarnya sudah oke, tinggal diperbaiki.

Apabila para fans nyaman, lokasi dan fasilitas konser juga sesuai dengan harapan musisi yang akan tampil, maka aku yakin ke depan Indonesia akan bisa menjadi salah satu pusat konser Asia.

Omong-omong Cradle of Filth, Lamb of God, dan Yngwie Malmsteen bakal tampil di Hammersonic 2024. Andaikata festival musik ini sukses dan penonton puas, maka bisa jadi momen perubahan acara musik menjadi lebih baik di Indonesia.

Duh siap-siap menanti Korn, Blink-182, dan musisi rock dunia lainnya manggung di Indonesia. Slipknot lagi, boleh deh.

Band pengisi acara juga wajib hepi agar mereka kembali lagi dan memberi citra baik (dokpri) 
Band pengisi acara juga wajib hepi agar mereka kembali lagi dan memberi citra baik (dokpri) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun