Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Invisible Hopes", Cerita Perempuan Hamil dan Anak-Anak di Bui

30 Mei 2021   13:37 Diperbarui: 1 Juni 2021   02:53 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anal kasihan hidup di dalam bui (sumber: Lam Horas Production via KOMPAS.com)

Namun tetap saja usulan solusi ini perlu dikelola dengan hati-hati dan sebaik-baiknya, juga tidak menimbulkan motivasi agar ibu-ibu hamil di rutan kemudian memutuskan mengasuh anaknya di rutan.

Atau bisa jadi ukuran sel diperluas atau jumlahnya dikurangi karena memang satu sel dihuni belasan orang dewasa itu sudah kurang layak dan kurang manusiawi. Perempuan hamil pasti menderita. Apalagi jika di dalamnya ada anak-anak. Sangat gerah dan panas di dalamnya. Kipas angin pun pasti sulit melawan kegerahan tersebut.

Film yang Berani
Dalam film yang disutradarai Lamtiar Horas ini menurutku sedikit berat sebelah penyajiannya. Porsi dari pihak rutannya kurang disorot. Memang bayi dan anak-anak yang besar di rutan itu kondisinya memprihatinkan, tapi juga perlu disorot dari sisi pihak rutannya.

Namun aku salut dengan adanya film ini. Jarang-jarang ada film dokumenter membahas tentang kondisi rutan wanita di Indonesia. Kondisi ini setahuku tak hanya ada di Rutan Pondok Bambu, tapi juga di rutan-rutan lainnya, sehingga tentunya ini merupakan permasalahan serius dan perlu disikapi dengan sebaik-baiknya.

Selain itu pasti tak mudah mendapat perijinan membuat dokumentasi di rutan, lalu mengikuti gerak-gerik penghuni rutan di sini. Kuperhatikan ada banyak percakapan natural penghuni rutan yang tak dipotong. Sehingga memang kosakata yang vulgar dan kasar di antara penghuni rutan ini berbahaya bila ditiru anak-anak di sini.

Dokumenter ini terasa alami. Ada sejumlah kasus yang disampaikan sehingga pastinya prosesnya lama merekamnya. Dari instagram Lam Horas Production, proses syuting rupanya dilakukan selama enam bulan di empat lokasi penjara. Sedangkan keseluruhan proses produksi memakan waktu dua tahun.

Salut dan semoga ada solusinya bagi bayi dan anak-anak tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun