Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Belajar dari Kota Malang dan Batu dalam Mengemas Museum sehingga Berdaya Tarik

12 Oktober 2019   23:28 Diperbarui: 13 Oktober 2019   09:53 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dikemas menarik pengunjung seperti tak sadar jika sebenarnya mereka sedang berwisata di museum, yakni Museum Angkut| Dokumentasi pribadi

Museum Angkut di Kota Batu rasanya tak pernah sepi dari pengunjung. Apalagi saat Sabtu dan Minggu. Banyak kendaraan dan bus-bus dari luar kota mengantre di gerbang masuk. 

Mereka, anak-anak hingga dewasa seolah-olah tak sabar menunggu untuk memasuki ruangan-ruangan pameran museum. Eits, padahal tempat ini adalah museum yang identik dengan tempat yang kuno dan bikin jenuh. Kok bisa diserbu pengunjung?

Mendengar kata museum, yang terbayang di benak adalah tempat yang memamerkan benda-benda peninggalan sejarah. Tiap kota rata-rata memiliki minimal satu museum, bentuknya bisa museum perjuangan nasional ataupun museum yang menjelaskan asal-usul dan budaya daerah tersebut.

Sejak aku masih anak-anak hingga dewasa, Museum Brawijaya yang terletak di Jalan Ijen, Malang, jarang disinggahi. Padahal museum ini memiliki koleksi unik, yakni gerbong maut yang memiliki kisah yang tragis. 

Paling-paling pengunjungnya adalah rombongan anak-anak sekolah yang mendapat tugas laporan tur studi.

Sama halnya dengan yang ku perhatikan ketika berkunjung ke museum-museum di Jakarta seperti aneka museum di Taman Mini Indonesia Indah, Museum Satria Mandala, dan Museum Seni Rupa dan Keramik Indonesia. 

Mereka juga tak banyak disinggahi pengunjung. Sebagian pengunjung juga rata-rata hanya berfoto diri dengan latar koleksi museum, tidak begitu menyimak penjelasan dari koleksi-koleksi yang dipamerkan.

Dulu Museum Brawijaya begitu sepi sekarang agak lumayan karena masuk rute bus wisata gratis| Dokumentasi pribadi
Dulu Museum Brawijaya begitu sepi sekarang agak lumayan karena masuk rute bus wisata gratis| Dokumentasi pribadi
Di berbagai daerah, museum juga coba dikemas lebih modern dengan menambahkan televisi di beberapa koleksi untuk memutar dokumenter terkait dengan koleksi tersebut, atau penjelasan dengan audio. 

Museum-museum dengan kemasan modern ini di antaranya Museum Balaputra Dewa di Palembang dan Museum Gunungapi Merapi di Yogyakarta. Tapi sayangnya pada waktu ke sana pengunjungnya juga sepi. Beberapa peralatan di Museum Balaputra Dewa juga tidak berfungsi.

Dari pengalaman berkunjung ke puluhan museum di berbagai kota dan negara, aku bertanya-tanya kenapa ada museum yang begitu sepi pengunjung dan sebaliknya, begitu sarat dengan wisatawan. Apakah kemasan dan teknologi menentukan?

Rupanya penambahan fasilitas audio visual, koleksi yang lengkap dan menarik, serta bangunan yang nampak baru serta modern tidak menjamin pengunjung berdatangan. Itu yang kuperhatikan di Museum Gunungapi Merapi dan Museum Balaputra Dewa. 

Desain bangunan Museum Gunungapi Merapi sudah begitu keren, dengan bentuk segitiga seperti gunung. Demikian pula dengan koleksi Museum Balaputra Dewa yang memajang koleksi dari prasasti, arca, hingga penemuan batu-batu megalitikum, seperti dolmen dan menhir, juga ada rumah limas.

Desain bangunan dan koleksinya sudah begitu cakep, kenapa sepi?| Dokumentasi pribadi
Desain bangunan dan koleksinya sudah begitu cakep, kenapa sepi?| Dokumentasi pribadi
Akses menuju museum tersebut juga perlu diperhatikan. Apakah alat transportasi publiknya ada? Yang juga tak kalah penting adalah cara mempromosikannya.

Beberapa pemerintah daerah dan pengelola museum masih jarang melakukan terobosan dalam mempromosikan museum. Mereka seolah-olah pasif, membiarkan masyarakat yang singgah ke museum karena mereka perlu akan pengetahuan. 

Belum ada upaya yang intens dan menggugah untuk menarik minat anak-anak dan kaum remaja untuk suka dan mencintai museum karena dari sinilah mereka bisa mengenal sejarah negerinya.

Museum juga rata-rata dibiarkan apa adanya. Pengunjung hanya diminta menuliskan nama dan asal di buku tamu dan kemudian mereka pun dibiarkan begitu saja. 

Atau, ada juga museum yang menawarkan pemandu dengan tambahan biaya tertentu. Tidak banyak acara-acara yang dihelat di museum, sehingga museum hanya menjadi rumah para koleksi dan kisah masa lalu.

Koleksi di Museum Balaputra Dewa membuatku terkagum-kagum, tapi pengunjungnya mana ya?| Dokumentasi pribadi
Koleksi di Museum Balaputra Dewa membuatku terkagum-kagum, tapi pengunjungnya mana ya?| Dokumentasi pribadi
Tema yang Kuat
Ya, tidak semua museum itu sepi pengunjung. Beberapa museum di Jakarta dan Yogyakarta juga cukup ramai, seperti museum-museum di kota tua Jakarta dan museum-museum di sekitaran keraton Yogyakarta.

Kenapa museum tersebut menarik baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, karena koleksi dan temanya yang kuat, serta cara promosi dari mulut ke mulut yang manjur. 

Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya, sehingga belum lengkap jika bertandang ke Yogyakarta tanpa mengunjungi cagar budaya dan menyimak koleksi museumnya. 

Koleksinya juga bertema, ada museum khusus kereta keraton, museum khusus batik keraton, dan museum tentang budaya dan sejarah Jawa di Museum Sonobudoyo.

Hal serupa juga terjadi di berbagai museum di kota tua seperti Museum Sejarah Jakarta dan Museum Bank Mandiri. Tema kota tua makin kental dengan penjual jasa sepeda dan topi lebar untuk bergaya ala masa lalu. 

Banyak kaum muda yang berfoto dan membagikannya di media sosial sehingga museum ini pun banyak dijadikan destinasi wisata. Hanya sayangnya terakhir ke sana area kota tua sudah terasa tak nyaman karena semrawutnya pedagang kaki lima.

Museum Satwa khusus membahas satwa dengan penyajian yang apik| Dokumentasi pribadi
Museum Satwa khusus membahas satwa dengan penyajian yang apik| Dokumentasi pribadi
Di Malang dan Batu museum-museumnya juga memiliki tema-tema khusus. Ada Museum Satwa yang menampilkan koleksi berbagai satwa yang diawetkan. 

Koleksinya terbagi menjadi berbagai regional, ada jenis serangga, aneka burung, hingga hewan-hewan purba. Kemudian juga ada Museum Angkut tentang alat transportasi di berbagai dunia. Lainnya ada Museum Heritage, Museum Musik Indonesia, Museum Film Lawas, dan sebagainya.

Kemasan yang Menarik, Penggunaan Teknologi dan Menjadi Destinasi Wisata
Di Singapura, Vietnam, dan India, juga di negara-negara lainnya, museum masuk dalam tempat-tempat yang patut dikunjungi. Mereka masuk dalam peta wisata. 

Diulas secara menarik dengan menonjolkan koleksi-koleksi utamanya dan tentunya foto yang menarik. Sering kali juga diadakan even yang membuat pengunjung tertarik untuk menyaksikannya.

Saat berkunjung ke War Remnants Museum di Ho Chi Minh beberapa tahun silam, mereka tengah mengadakan pameran khusus tentang para korban agent orange, senjata kimia berbahaya yang digunakan militer Amerika. 

Pameran ini menjadi daya tarik karena banyak wisatawan yang ingin tahu lebih dalam tentang peristiwa tersebut.

Di Singapura ada banyak museum dengan ciri khas masing-masing. Tapi harga tiketnya lumayan mahal karena biaya perawatannya yang juga tak murah. Menarik museum-museum ini ada di katalog dan peta wisata yang bisa diambil wisatawan cuma-cuma di bandara.

Di berbagai negara, mereka menggunakan teknologi untuk memberikan pengalaman lebih bagi pengunjung. Ada yang menambahkan fasilitas audio visual, juga fasilitas augmented reality (AR) dan virtual reality (VR). 

Dengan teknologi VR maka pengunjung akan merasakan sensasi ilusi, seperti berada di tempat lain, misalnya seolah-olah berada di dalam piramida. 

Sementara dengan teknologi AR maka pengunjung mendapatkan tambahan sensasi dari audio dan visual, misalnya muncul animasi dan suara yang menjelaskan tentang sebuah peristiwa berkaitan dengan koleksi.

Bedanya, teknologi AR umumnya cukup dengan memindai QR code dengan aplikasi yang bisa diunduh via smartphone. Sedangkan teknologi VR memerlukan tambahan piranti khusus.

Saat ini teknologi AR telah diterapkan di beberapa museum di Indonesia seperti di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jakarta dan Museum Heritage di kota Batu.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi mulai menggunakan AR di beberapa koleksinya| Dokumentasi pribadi
Museum Perumusan Naskah Proklamasi mulai menggunakan AR di beberapa koleksinya| Dokumentasi pribadi
Museum-museum di kota Malang dan Batu juga mulai dijadikan salah satu andalan wisata. Ke kota Batu saat ini bakal kurang jika tak berkunjung ke Jatim Park 1,2, dan 3, yang sebenarnya sebagian wahananya adalah museum. Museum-museum ini dikemas sedemikian rupa hingga menarik.

Museum Satwa ditata seperti satwa hidup lengkap dengan habitat mereka sehingga pengunjung seolah-olah sedang berada di daerah tersebut dan bertemu dengan satwa-satwa khas. 

Kemudian di Museum Angkut, alat transportasi juga ditata per negara. Ada skuter di Italia, yang ditata kekinian, sehingga pengunjung milenial pasti menyukainya. 

Juga ada museum tentang dinosaurus yang disajikan komplit dengan hiburan permainan dengan nama Dinopark, sehingga pengunjung tak sadar jika sebenarnya mereka sebenarnya belajar tentang dinosaurus dan geologi.

Batcar atau batmobile ini juga bagian dari koleksi Museum Angkut| Dokumentasi pribadi
Batcar atau batmobile ini juga bagian dari koleksi Museum Angkut| Dokumentasi pribadi
Banyak yang Awalnya Koleksi Pribadi
Sebagian museum di Malang dan di Kota Batu awalnya adalah museum rintisan yang koleksinya dimiliki oleh perorangan. Museum Film Lawas alias Indonesian Old Cinema Museum misalnya. Koleksinya merupakan milik pengusaha layar tancap yang juga pemilik restoran Ringin Asri.

Museum Musik Indonesia di Malang juga koleksinya sumbangan dari beberapa orang pecinta musik di Malang. Awalnya merupakan museum kecil di perumahan Griya Santa dengan nama Galeri Malang Bernyanyi.

Museum Heritage yang dulunya bernama Museum d'Topeng juga berawal dari kecintaan pemiliknya yang gemar mengumpulkan topeng-topeng dari berbagai daerah. Apalagi Tari Topeng juga merupakan tari tradisional Malang. 

Museum Heritage awalnya juga koleksi pribadi| Dokumentasi pribadi
Museum Heritage awalnya juga koleksi pribadi| Dokumentasi pribadi
Kini dari koleksi pribadi bisa menjadi rintisan museum dengan tema yang unik. Berkunjung ke museum itu tak kalah menyenangkan. Selamat hari museum nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun