Hari raya Idul Fitri telah di depan mata. Di jalanan masih banyak yang berjibaku untuk tiba di kampung halaman. Di tempat lain ada pula yang tengah berduka karena kehilangan orang-orang tersayang. Teruntuk Saudara-saudariku yang sedang berduka, janganlah larut dalam kesedihan. Mari kita hayati sisa malam Ramadan ini dengan doa dan harapan.
Musibah bisa datang kapan saja. Ujian juga bisa hadir dalam wujud apa saja. Terkadang waktu dan wujud musibah itu membuat kita susah dan lunglai ketika mengalaminya.
Dulu aku ingat dua hari jelang lebaran, bibi meninggal. Sehingga pada saat malam lebaran dan seminggu kemudian kami masih dalam suasana berkabung. Malam harinya kami bersiap mengadakan tahlilan.
Pada saat-saat seperti itu kami tetap sholat Idul Fitri. Namun, berbeda dengan tahun-tahun biasanya, kami merayakan dengan penuh kesederhanaan. Yang penting kami tetap menjaga silaturahmi dan kebersamaan. Pada momen seperti itu emosi terasa bercampur aduk, ada suka dan juga duka.
Oleh karena kami pernah mengalami momen berduka saat jelang lebaran, aku bisa memahami kesedihan yang dialami keluarga Pak Susilo Bambang Yudhoyono yang kehilangan belahan jiwanya. Aku juga tentu bakal sedih apabila di posisi mereka yang anaknya atau saudaranya sedang sakit atau dirawat.
Kesusahan tidak hanya dialami oleh mereka yang kehilangan atau sedang menjaga orang yang disayanginya, ada juga yang masih berduka karena terdampak bencana. Tahun ini Indonesia mengalami berbagai peristiwa. Bencana alam dari Januari hingga April seolah-olah datang silih berganti.Â
Telah terjadi lebih dari seribu kali bencana alam yang menyebabkan korban meninggal, luka-luka, dan banyak pula yang terpaksa mengungsi. Bencana alam itu yang berdampak besar pada tahun ini berupa banjir dan tanah longsor. Sementara gempa bumi dan tsunami juga masih menghantui.
Di antara korban bencana alam tersebut mungkin masih ada yang mengalami trauma. Ada juga yang kembali menata tempat tinggalnya setelah terdampak bencana. Ada yang rumahnya retak-retak karena gempa, kotor berlumpur karena banjir bandang, ada juga yang rumahnya longsor.Â
Bulan Mei ini syukurlah ancaman bencana alam yang merusak relatif berkurang, sehingga BMKG juga menyebut bulan Mei ini sebagai bulan teduh gempa. Bulan Mei syukurlah tak banyak bencana alam yang berdampak besar. Namun peristiwa yang tak kalah membuat was-was terjadi pada bulan Mei silam.Â
Demo yang disisipi kerusuhan memberikan catatan kelam dan peringatan akan bahayanya ulah provokator dalam mencoba melakukan politik pecah belah bangsa. Puluhan polisi mengalami luka-luka. Meskipun mereka telah dipulangkan dari rumah sakit, fisik mereka belum pulih sepenuhnya. Mereka dan keluarganya saat ini mungkin masih berduka.
Idul Fitri merupakan momen kemenangan setelah 30 hari berpuasa, mendekatkan diri kepada-Nya dan juga menahan nafsu. Pada malam Idul Fitri dan seusai sholat Id, setiap insan bisa memanjatkan doa dan harapan agar hari-hari mendatang dirinya, keluarganya, dan bangsa Indonesia dijauhkan dari musibah, baik ancaman dari bencana alam maupun ancaman berupa disintegrasi bangsa.