Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Berikut Ini Inovasi Kementan di Era Revolusi Industri 4.0 yang Mungkin Kamu Belum Ketahui

22 Mei 2019   23:40 Diperbarui: 22 Mei 2019   23:47 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sawah masih banyak dijumpai di Sumedang (dokpri)

Nasi putih terhidang di meja, kita santap tiap hari

Beraneka ragam hasil bumi, dari manakah datangnya

Dari sawah dan ladang di sana, petanilah penanamnya

Panas terik tak dirasa, hujan rintik tak mengapa

Masyarakat butuh bahan pangan...

Lagu berjudul "Petani" ini dulu sering diputar di televisi. Jika mendengar lagu ini, aku selalu membayangkan sawah dan para petani yang bekerja keras bertanam. Dulu Malang masih hijau dan masih banyak sawah di daerah pinggirannya. Tapi kini sawah itu telah lenyap, berganti perumahan. Daerah lain juga mengalami hal serupa. Sawah dan jumlah petani semakin menurun, sebaliknya jumlah penduduk terus merangkak naik. Mau tak mau Kementan harus berinovasi dengan teknologi pada era revolusi industri 4.0 ini.

Berbicara tentang revolusi industri, ada berbagai penemuan yang menandai tingkatannya. Pada saat revolusi pertama, dunia dibuat kagum oleh penemuan mesin uap. Revolusi industri 2.0 ditandai dengan implementasi teknologi di lini produksi. Tingkat berikutnya merupakan era dari otomasi. Nah, untuk revolusi industri 4.0 ini otomasi dikombinasikan dengan teknologi cyber. Teknologi yang banyak diekplorasi pada era ini adalah yang berkaitan dengan internet of things (IoT), aplikasi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence), big data, robotik dan sensor, mesin pembelajar (machine learning), dan cloud computing.  

Wah lantas seperti apa ya pertanian Indonesia mengoptimalkan teknologi pada era revolusi industri 4.0 ini?

Pada era revolusi industri 4.0 biasanya ada teknologi yang mendobrak kemapanan. Aplikasi tersebut membuat pergeseran aktivitas yang mendasar (disruption). Saat ini kita menjumpai beberapa aplikasi penjualan hasil pertanian yang memotong jalur distribusi sehingga lebih pendek. Petani bisa lebih mudah menjual hasil buminya dan tentunya pendapatannya akan lebih baik jika dibandingkan melalui rantai distribusi yang sangat panjang.

Aplikasi-aplikasi tersebut memberikan manfaat positif bagi para petani dan juga para konsumen. Aplikasi marketplace di bidang pertanian di antaranya Agromaret yang juga menjual hasil peternak dan nelayan;  apps Petani yang juga memberikan informasi pelatihan di bidang pertanian; apps Limakilo  untuk layanan beli grosir ke petani; TaniHub yang menawarkan jangkauan pemasaran yang luas; dan PantauHarga yang membantu masyarakat dan petani mengetahui harga pangan terkini. Aplikasi tersebut diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan merupakan hasil program Sinergi Akdi untuk Ekonomi Rakyat yang digagas Kementan dan kementerian lainnya.

Marketplace hasil petani, peternak, dan nelayan (dok. agromart)
Marketplace hasil petani, peternak, dan nelayan (dok. agromart)
Kehadiran aplikasi ini tentunya sangat membantu masyarakat dan petani dalam memantau harga, serta meningkatkan kesejahteraan petani. Tapi sebenarnya inovasi Kementan bukan hanya marketplace hasil bumi.

Kementan juga punya aplikasi berbasis web bernama Sistem Informasi Toko Tani Indonesia yang disingkat Sitani. Aplikasi ini selain memiliki misi untuk melindungi produsen dari jatuhnya harga pangan dan melindungi konsumen dari kenaikan harga pangan, juga memiliki dashboard untuk mengetahui volume beras dan volumen bahan pangan lainnya yang ada di Toko Tani Indonesia di bawah Kementan. Namun sayangnya aplikasi ini masih jarang dimutakhirkan sehingga datanya kurang terkini. Seandainya tiap gabungan kelompok tani (gapoktan) tiap daerah rajin melaporkan volume dan harga maka tentunya Kementan akan terbantu dalam mengetahui ketersediaan yang ada di jaringan Toko Tani Indonesia.

Apa Lagi Inovasinya?

Kalian pernah dengan Katam atau Kalender Tanam? Kalender Tanam Terpadu seperti namanya merupakan aplikasi yang membantu petani tentang waktu tanam, estimasi waktu dan luas tanam, prediksi curah hujan, dan sebagainya. Aplikasi ini nampak komplit tapi ketika aku mencobanya terasa rumit bagi kalangan awam. Tentunya perlu waktu untuk training dan sosialiasi aplikasi ini kepada para petani.  

Petani bisa menyewa traktor dengan aplikasi ini (dok. Balitbang Kementan)
Petani bisa menyewa traktor dengan aplikasi ini (dok. Balitbang Kementan)
Aplikasi lainnya yang membantu para petani yang memiliki keterbatasan modal untuk membeli alat mesin pertanian yaitu bernama UPJA Smart Mobile.  Di sini petani bisa menyewa jasa olah tanah dengan mesin traktor atau memberikan jasa bersama usaha pelayanan jasa alat mesin pertanian.

Inovasi yang berkonsep IoT yaitu traktor nirawak atau traktor robot. Adanya traktor ini akan membuat petani bisa lebih aman dan lebih cepat dalam melakukan proses pengolahan lahannya. Kemudian ada drone deteksi unsur hara dengan aplikasi penginderaan jauh. Tujuan drone ini yaitu mengukur unsur hara tanah sehingga pemberian pupuk bisa lebih efisien. Drone ini juga bisa digunakan untuk memantau kondisi lahan pertahian saat ini, adakah yang rusak, terserang hama, dan sebagainya.

Nah, untuk aplikasi berbasis sensor ada inovasi yang disebut smart irrigation. Irigasi cerdas ini menggunakan instalasi irigasi tetes dilengkapi pengatur dosis pupuk, pengatur debit tetesan air, dan sensor kebutuhan air yang bekerja secara otomatis.

Irigasi memegang peranan saat musim kemarau (dokpri)
Irigasi memegang peranan saat musim kemarau (dokpri)
Lantas bagaimana dengan pemanfaatan teknologi lainnya? Ya, masih banyak lingkup teknologi digital yang masih belum dioptimalkan. Tata kelola data dan big data, misalnya. Dengan banyaknya data pangan dan pertanian yang dihimpun maka Kementan bisa lebih tepat dalam memperkirakan kebutuhan pangan secara nasional hingga tingkat kotamadya/kabupaten. Hal ini akan berpengaruh dalam menentukan kebijakan, seperti anjuran penanaman komoditi tertentu hingga kebijakan impor.

Masih banyak pekerjaan rumah yang masih perlu dibenahi, termasuk pembenahan aplikasi dan sosialisasi teknologi ini ke masyarakat luas, terutama ke petani. Yuk dukung selalu Kementan berinovasi demi pertanian Indonesia yang makin maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun