Mohon tunggu...
Sri Wiyolanda
Sri Wiyolanda Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika SMPN 1 Lembang Jaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Semangat Mengukir Prestasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara

25 Oktober 2021   20:03 Diperbarui: 26 Oktober 2021   23:50 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya adalah seorang guru di salah satu sekolah yang terletak di daerah pedesaan. Tepatnya salah satu kecamatan di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, yang berada di kaki gunung api Talang. Mengajar di daerah yang sangat kuat memegang teguh tradisi adat, saya bangga memiliki siswa-siswi yang dalam kesehariaanya masih jauh dari pengaruh negatif pergaulan kota besar. Siswa-siswi saya cukup akrab dengan budaya Kembali ke Surau yang dicanangkan oleh pemerintah daerah kami. Anak laki-laki maupun perempuan masih sangat mencintai surau (mushalla)/mesjid. Dengan kata lain, mereka masih cukup dekat dengan nilai-nilai agama.

Bersyukur sekali saya mendapat kesempatan untuk menjadi salah seorang Calon Guru Penggerak, di Kabupaten solok, tempat saya mengajar. Memulai kegiatan di modul 1, saya langsung diperkenalkan secara dekat pada sosok Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Mencengkramai filosofi-filosofi pendidikan yang beliau kemukakan, membuka lebar mata saya tentang akar dari filosofi pendidikan di negara tercinta. Selama ini saya hanya mengenal filosofi "Tut Wuri Handayani, Ing Madyo Mangun Karso, Ing Ngarso Sung Tulodo" saja. Ternyata begitu banyak pemikiran Ki Hajar Dewantara yang membuat saya merenung. Ternyata selama ini saya masih sangat miskin dalam rohnya pendidikan.

Salah satu filosofi yang ingin saya ulas dalam tulisan ini adalah yang berbunyi, "Setiap Orang Menjadi Guru. Setiap Rumah Menjadi Sekolah". Filosofi ini bagi saya punya makna yang sangat kompleks. Di dalamnya tersimpan makna bahwa pendidikan benar-benar adalah sebuah upaya yang melibatkan begitu banyak aspek, dan memberi penekanan pada aspek memperkaya wawasan. 

Mengasah kepekaan akal dan hati. Bisa dilakukan dimana saja dan bisa didapatkan dari siapa pun. Bahwa setiap orang dan setiap rumah /tempat sejatinya memilki “sesuatu” yang dapat diambil sisi baiknya. Anak dalam hal ini sebagai objek yang masih kosong, harus mampu menemukan tempat untuk mendapatkan ilmu yang mereka cari. Ilmu yang akan mampu menebalkan garis kebaikan dalam diri anak, tanpa mengabaikan potensi dan keberagaman cara belajar mereka. 

Anak harus senantiasa digali kemampuannya. Karena pada hakekatnya mereka adalah gudangnya potensi berupa energi positif. Tergantung kita akan membawanya kemana. Dalam hal ini dituntut sinergi yang erat antara pihak sekolah, orang tua, serta lingkungan mereka. Karena sejatinya Setiap Orang Menjadi Guru dan Setiap Rumah Menjadi Sekolah.

Sebagai seorang guru di pedesaan, saya berupaya menjalin keakraban dengan orang tua siswa dan lingkungannya. Saya ingin masyarakat, dalam hal ini orang tua dan lingkungan, memiliki kebersamaan dalam membentuk watak, kerpibadian dan mengisi ilmu pengetahuan anak. Ilmu tidak melulu hanya ada di bangku sekolah. Namun lembaga pendidikan menjadi wadah strategis untuk transfer pengetahuan kepada anak. Seperti halnya kebanyakan guru di pedesaan, saya yakin hubungan yang harmonis dengan orang tua siswa bukanlah suatu hal yang sulit untuk diwujudkan. 

Jika sekolah mampu merangkul orang tua, maka begitu banyak tindakan yang bisa dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Orang tua dapat dilibatkan dalam kontrol anak-anak mereka dalam beribadah,  mengerjakan semua tugas-tugas dari guru, dan pembiasan sikap-sikap terpuji dalam kehidupan mereka. Bisa berupa mencintai kebersihan, gorong royong, rasa saling menghargai dan tolong-menolong, serta banyak lagi hal terpuji lainnya yang dapat ditanamkan mulai dari lingkungan keluarga.

Terlepas dari semua uraian di atas, saya yakin seorang Guru Penggerak akan mampu membawa perubahan besar dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia di negri ini. Cinta yang nyata harus diwujudkan dengan tindakan. Saya cinta negri ini, cinta dunia pendidikan, dan bertekad akan meningkatkan kualitas pendidikan, dengan memberikan yang terbaik dalam pengabdian saya, dimanapun berada.

Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun