Mohon tunggu...
Dewi Syafrie
Dewi Syafrie Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan yang baik akan mendatangkan kebaikan kepada penulisnya. Bismillah!

Menulis adalah sebuah kesenangan, sekaligus melatih raga dan mengolah rasa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kata Pakar: Manusia Butuh "Self Healing" Sepanjang Hidupnya, Baru Berakhir jika Sudah Meninggal Dunia

24 November 2021   10:27 Diperbarui: 24 November 2021   11:13 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Self healing dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya travelling (dok.pri) 

Bisa karena kesedihan ditinggal mati orang tua, anak atau pasangan. Bagi yang ditinggal pasangan, otomatis tugas yang tadinya dipikul berdua, akhirnya dipikul sendirian.

Begitu pun, kekecewaan yang dihasilkan oleh perceraian. Ironisnya, di masa pandemic ini  data statistic menyebutkan  angka perceraian mengalami peningkatan.

“Termasuk juga  bisnis yang mendadak drop, padahal gedung baru dibayar sewanya. Tahu-tahu pandemi, kebijakan pemerintah mengharuskan  semua orang di rumah saja, semua bekerja dari rumah. Akibatnya bisnis nggak berjalan, mau nggak mau  pengusaha  harus wait and see, semuanya memilih untuk saving money. Sementara yang bekerja juga nggak kalah shock. Banyak yang terkena PHK,”papar Nina Hermina, lagi.

Ujian atau masalah yang datang silih berganti mengakibatkan kelelahan emosional dalam berbagai bentuk.  Hal ini menimbulkan jiwa yang tidak sehat, ditandai dengan muncul melalui 3 aspek secara  kognitif, afektif, psikomotorik

Kognitif ditandai dengan perasaan rendah diri, konsentrasi menurun, daya ingat menurun, ragu-ragu , perasaan bersedih berlebihan, bunuh diri

Afektif: ditandai dengan sedih berkepanjangan, hilangnya minat, apatis, tidak bertenaga, tidak bersemangat,

Fisik: ditandai dengan psikomotor menurun, rasa lelah, gangguan tidur, gangguan nafsu makan.

“Kalau kita terus memendam emosi,  berefek pada   gangguan pencernaan, asam lambung naik, hipertensi,  jantung. Coba benar-benar dicermati, apakah itu benar sakit fisik atau psikosomatik? Jadi betapa bahayanya memendam emosi negative. Bisnis nggak jalan, emosi terganggu. Impactnya ke sekitar kita,” urai Nina Hermina, panjang lebar.

Dalam pandangan psikologi, ada 3 tipe orang dalam mengelola emosinya:

1.Bottling= memendam, bermanifestasi ke penyakit
2.Exploding= menyakiti orang terdekat/sekitar
3.Denying =menolak/lari dari kenyataan

“Ketiga 3 hal ini sebaiknya dihindari, sebab kalau luka batin terus dipendam, dia akan bermanifestasi ke penyakit. Atau bisa  juga menyakiti orang lain karena ketidak puasannya. Luka batin harus dituntaskan, jangan sampai terbawa ke generasi berikutnya. Luka batin juga tidak harus membuat kita lari dari kenyataan. Akui saja dia sebagai masa lalu, jangan denial,” imbuh Nina Hermina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun