Mohon tunggu...
Capt Maha Dewa Agni Jatayu
Capt Maha Dewa Agni Jatayu Mohon Tunggu... Pilot - Profesional Pilot

Sky Is A Fast Place But There Is No Room For Error - Kompasianer Since 2015

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Yang Tidak Ingin Saya Lakukan Lagi Sebagai Pilot

29 Oktober 2018   09:51 Diperbarui: 28 Oktober 2019   21:04 6579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita ketahui secara umum atau garis besar, kehidupan seorang penerbang atau pilot, di gambarkan adalah sosok pribadi yang mempunyai keberuntungan dalam segala hal di kehidupan. Di antaranya adalah bisa terbang ke mana saja, punya uang banyak, seragam bagus, pramugari cantik, dll sebagainya.

Pernyataan di atas bisa dibilang benar juga bisa di bilang salah, tak mengapa. Tapi sejujurnya seseorang yang menjadi pilot adalah karena faktor takdir dari Allah SWT, selain memang suka terbang.

Karena tidak ada pekerjaan atau pun yang kita lakukan sebagai seorang manusia yang tidak luput dari yang namanya takdir dari Allah SWT. Suka tidak suka itulah kenyataan yang ada dan harus kita terima apa adanya.

Bagaimana dengan kesukaannya dengan terbang atau menerbangkan pesawat ? Jawabnya ya mudah saja, memang kami suka terbang dan akan tetap menyukainya hingga akhir menutup mata.

Saya tidak ingin berdebat kusir dengan hal di atas. Oleh karena itu kita langsung saja pada pokok tulisan saya kali. Ini berdasarkan pengalaman nyata (Before Airbus A 320 Air Asia - QZ 8501) pribadi saya, yang tidak ingin saya ulang lagi di masa sekarang atau pun akan datang.

Suatu ketika (beberapa tahun yang lalu - 2012) saya dan Co Pilot melakukan penerbangan pada jam 08.15 pagi hari, dengan cuaca yang cukup bagus. Istirahat saya dan Crew juga cukup baik, sesuai dengan standar yang  di persyaratkan.

pixabay
pixabay
Masuk Cockpit, kami kemudian langsung duduk di kursi masing-masing, kebetulan hari itu saya bertindak sebagai Captain & Pilot In Command duduk di sebelah kiri dan Co Pilot sebelah kanan Cockpit. Kami melakukan pemeriksaan Cockpit dan mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan penerbangan.

Sebelumnya pesawat yang akan kami gunakan (Airbus A 321 Neo - Regesterasi USA Country) telah melakukan pendaratan pada jam 06.30 pagi dari California, Amerika.

Para crew sebelumnya telah turun dan kemudian otomatis pesawat diserahkan kepada pihak mekanik perusahaan.Untuk di lakukan Fre Flight Maintenance sebelum terbang kembali ke tujuan berikutnya.

Setelah para penumpang (129 orang) naik dan pintu di tutup oleh pihak Ground Crew, sebelum pesawat di push back ke posisi untuk melakukan taxi dan sambil ke-2 mesin pesawat di hidupkan, tiba-tiba saya lihat ada peringatan mengenai Rudder Travel Limiter dari Elektronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM).

Secara naluri saya langsung bertindak untuk menghentikan proses Push Back dan meminta agar pesawat Return To Apron atau kembali lagi ke Parking Stand untuk melakukan pengecekan dan perbaikan atas masalah tadi di atas.

Hal ini lumrah saya lakukan sebagai Captain Pilot pesawat yang menjadi tanggung jawab saya.

Karena apa bila pesawat telah Move On Its Own Power, mengalami gangguan atau kerusakan.Maka berdasarkan Good Air Man Ship yang saya miliki, saya bisa mengambil keputusan Go Or Not To Go (Membatalkan Atau Melanjut kan penerbangan) Sebab dalam dunia penerbangan Safety First adalah segalanya.

Pihak mekanik langsung melakukan perbaikan Trouble Shooting Manual, dengan mencabut CB computer pesawat (FAC 1 & 2) sembari melakukan test IBITE.

Dan akhirnya masalah tersebut bisa teratasi. Perbaikan tidak sampai 15 menit & di acc untuk kembali melanjutkan penerbangan.

Tidak ada catatan khusus dalam masalah ini, hanya pihak mekanik menyatakan apabila nanti sudah landing di tempat tujuan agar melaporkan hal ini pada mekanik setempat. Saya hanya mengiyakan & kemudian menulisnya di dalam Aircraft Log Book, sebagai bagian dari prosedure yang berlaku.  

Kami lalu melakukan lepas landas dengan baik. Semua terkontrol dengan baik, sampai akhirnya pada waktu pesawat melakukan pendakian pada 15000 ft. pesan sama yang keluar dari ECAM kembali muncul.

Saya teringat dengan yang di lakukan oleh pihak mekanik perusahaan pada waktu mengatasi hal ini. Dengan (Reaksi Spontan) sigap saya melakukan pencabutan CB dengan maksud mereset FAC pesawat.

Beberapa saat kemudian pesan itu hilang, tapi sekitar tiga menit kemudian muncul lagi.Anehnya kembali saya melakukan reset dengan cara yang sama, untuk mengatasi hal tersebut!

Saya hanya telah melakukan perbuatan mencontoh apa yang di lakukan oleh pihak tekhnisi tanpa tahu akibat terusannya (Kesalahan & Kebodohan Saya) .

Ketinggian pesawat pada waktu itu sekitar 17500 ft. Secara kalkulasi telah terjadi tiga kali kejadian yang sama pada masalah yang sama juga! Serta tindakan yang sama pula!

pixabay
pixabay
Dalam pikiran & hati saya yang paling dalam, saya bertanya : Gejala kerusakan apa ini sebenarnya ? Bisakah saya mengatasinya ?

Co Pilot saya bertanya kepada saya apakah tindakan saya saat itu bisa mengatasi masalah yang terjadi ? Layaknya seorang Captain Pilot yang telah mempunyai ribuan jam terbang dan pengalaman yang banyak, spontan (Sedikit Memaksa Berbohong) saya menyatakan, "Semua Oke Dan Bisa Teratasi Dengan Baik"

Astaga apa yang telah saya lakukan barusan? Mulai di sinilah saya melakukan "Kebohongan" yang akan berakibat fatal pada beberapa menit dan detik ke depan.

Sejujurnya saya melakukan itu karena (Mungkin) untuk menyatakan pada bawahan secara garis besar bahwa, sayalah yang berkuasa dan saya sangat berpengalaman akan segala hal yang ada dalam pengawasan kerja saya.

Co Pilot saya pun tidak menyanggah ucapan saya karena (Mungkin) sungkan dengan saya. Lagi pula, menurut saya, apa yang saya lakukan adalah demi (Ego) menunjukan dominasi besar dan superioritas saya dalam pekerjaan sebagai seorang pilot di perusahaan penerbangan ini.

Namun harapan terbesar saya yang utama adalah untuk menenangkan Co Pilot saya yang masih baru saat itu. Sebenarnya dalam penerbangan ini, CockpitRecources Management yang tepat guna dari perusahaan harus di jalan kan oleh saya.

Tapi saya telah khilap melakukan sesuatu yang seharusnya bisa saya tidak lakukan (Saya Menyesalinya). 

pixabay
pixabay
ECAM secara continue menyalakan pesan R.T.L. Tanpa saya sadari, ternyata pesawat telah berguling ke kanan dengan kecepatan kurang lebih sekitar 9 - 10 derajat per detik.

Akibatnya pesawat berbelok secara ekstrim hingga 69 derajat ! (Kejadian Ini Hampir Sama Persis Dengan Kejadian Airbus A 320 Air Asia - QZ 8501 - Pada Tanggal 28 Desember 2014) Pesawat menjadi oleng & seperti mempunyai nyawa sendiri yang seakan berontak ingin lepas dari kami.

Tidak cukup dengan kejutan itu, Alarm peringatan utama berbunyi nyaring di dalam Cockpit ! Saya sangat kaget & bingung dengan kejadian yang mendadak itu.

Untungnya lagi saya segera menguasai diri & menyadari hal tersebut.Kalau tidak entah bagaimana akhir jalan ceritanya.Walau pun sempat panik, saya dan crew langsung bereaksi cepat untuk melakukan Recovery Procedure.

Saya tidak tahu persis, bagaimana dengan situasi serta kondisi para penumpang dan Flight Attendant yang ada di cabin.Tapi yang jelas (Berdasarkan Keterangan F.A Setelah Kejadian) suasana di cabin menjadi berantakan seperti habis di landa topan kecil !

Semua penumpang berteriak histeris, namun kemudian menjadi terdiam & sunyi dengan segala aktivitas yang bisa menenangkan diri mereka (Maafkan Saya) Yang pasti pihak F.A berusaha membantu mereka dengan segala apa yang bisa mereka lakukan pada saat itu.  

Berdasarkan hasil analisa, bahwa kejadian Ini di akibatkan karena pada waktu FAC 1 & 2 saya reset maka posisinya telah berubah dari kondisi normal menjadi Alternate Law (Sejumlah Proteksi Mati) sehingga sistem Auto Pilot pesawat dan Auto Trush menjadi tidak bekerja sebagai mana mestinya.

Perlu di ketahui, pungsi dari Flight Augmentation Computer(FAC) adalah di antaranya membatasi gerak Rudder (Kendali Serong), Aileron (Kendali Guling), Elevator (kendali angkat).

Sebenarnya berdasarkan yang saya ketahui jika ke 2 FAC ini mati maka sebenarnya pesawat masih bisa di terbangkan seperti biasa.Hanya saja pengendaliannya menjadi manual & tidak automatis seperti menggunakan Auto Pilot..

Kejadian berikutnya terdengar suara agak keras & mesin pesawat sebelah kanan tiba - tiba mati ! Tentu saja ini merupakan hal yang jarang terjadi saya alami, rentetan kejadian ini memerlukan penanganan extra cepat & tepat untuk mengatasinya.Kami coba melakukan prosedur penyalaan kembali mesin yang mati tersebut.

Kami melakukan Engines Restart, antara 6 atau 7 x percobaan (Lupa Tepatnya)  Yang pada akhirnya mesin tersebut bisa di hidup kan kembali & berpungsi dengan normal seperti sedia kala ! Sekarang tinggal bagai mana mengatasi masalah yang terakhir & akan menentukan nasib kami berikutnya.

Saya dan Co Pilot lalu berusaha keras dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk melakukan tindakan penyelamatan pesawat.Yaitu untuk menormalkan lagi terbangnya pesawat.

Menit demi menit menegangkan, serta penuh mencekam kami lewati dengan sikap penuh harap & percaya diri untuk terus berusaha menyelamatkan penerbangan kami hari ini.

pixabay
pixabay
Kami singkirkan kepanikan yang ada pada diri kami. Satu per satu ilmu yang saya pelajari di keluarkan untuk mengatasi hal ini.Di dukung juga dengan Quick Reference Hand Book (QRHB) yang tersedia lengkap di kokpit.

Kami harus bertindak dalam hitungan detik & harus tepat ! Tidak Boleh salah ! Karena bumi telah menunggu kami di bawah !

Akhirnya syukur Alhamdullillah Yaa Allah, pesawat bisa kami kontrol ! Kami tunggu sebentar untuk mengetahui hasil dari penanganan kami pada masalah di atas.

Maka setelah semua kami anggap aman dan memungkinkan, kami melakukan prosedur emergency landing dengan memberikan Distres Call pada airport yang terdekat dengan pesawat pada saat itu.

Pesawat kami bawa untuk Return To Base, sambil tidak lepas-lepasnya di dalam jiwa raga saya terus berdoa kepada Allah SWT, agar kami semua bisa pulang dengan selamat pada hari itu.

Seluruh Cockpit Crew dan Cabin Crew saya persiapkan sepenuhnya untuk mengambil tindakan dan hal yang penting pada waktu melakukan pendaratan darurat.

Dengan profesionalitas yang tinggi kami bisa melakukan hal tersebut. Di dukung juga secara positif oleh seluruh penumpang pada saat itu.Mereka semua sepertinya, telah mempercayakan sepenuhnya milik mereka yang paling berharga (nyawa) ke tangan saya.

Sehingga saya berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengecewakan harapan besar mereka semua.Tentunya dengan ijin dari Allah SWT Sang Penguasa Alam Semesta Raya.

pixabay
pixabay
Kemudian saya mengarahkan pesawat pada Runway Runway 31 R ( 3.200 M ) yang telah di persiapkan untuk pesawat saya oleh pihak Air Traffic Control (ATC) bandara.Saya dan Co Pilot kemudian melakukan pendaratan yang sangat menegangkan (Lahir Batin)

Akhirnya pesawat bisa mendarat dengan selamat pada posisi Touch Down 3, sambil di iringi Mobil Fire Brigade Rescue Team Airport L.A.X yang melaju cepat di belakang pesawat !

Saya kemudian menghentikan laju pesawat tepat 900 meter dari ujung landasan ! Pesawat kemudian saya bawa berbelok ke Taxiway dan di tuntun oleh pihak Ground Crew, pesawat akhirnya saya hentikan tepat di depan Parking Stand Apron.

Dengan kerumunan para Mobil Fire Brigade Rescue Team Airport L.A.X pesawat di amankan, serta di lakukan evakuasi para penumpang & seluruh awak pesawat oleh pihak otorita airport.Saya menarik napas panjang, serta hanya bisa terduduk dan diam seribu basa beberapa waktu di kursi saya.

Demikan pula dengan Co Pilot saya yang masih berumur 23 tahun ( Terlihat Pucat ) dan saya sendiri berumur 38 tahun ketika kejadian itu terjadi.Kami hanya bisa saling pandang.Seakan masih tak percaya, dengan apa yang barusan kami lewati selama 25 menit yang sangat mencekam tadi !

Tangan dan kaki saya gemetar, keringat deras bercucuran. Perasaan horor berkelebatan dalam benak saya ! Karena terus terang, baru kali ini saya mengalami kejadian yang bisa berakibat fatal buat diri saya, orang lain dan sebagainya.

Saya pernah beberapa kali melakukan Emergency Landing sepanjang karir saya sebagai pilot profesional, dan selalu bisa selamat.Namun sangat berbeda dengan yang saya alami sekarang ini !

Sejak hari itu pula saya mengundurkan diri menjadi pilot di perusahaan penerbangan berjadwal. Saya sadar terlalu Over Convidence, pongah dan jumawa. Hingga lupa bahwa saya sebenarnya tidak boleh melakukan hal yang bisa berakibat fatal pada penerbangan tersebut.

Teringat & terbayang dengan jelas di pikiran serta pelupuk mata saya, kalimat bertuah & pegangan utama bagi para Aviator Dunia " SKY IS A FAST PLACE - BUT THERE IS NO ROOM FOR ERROR !!! " Kalimat itu terbukti sekarang, dengan kejadian yang saya alami beberapa menit yang lalu.

Setelah melalui proses pemeriksaan yang intensif dari berbagai pihak yang kompeten dalam menangani hal tersebut di atas. Akhirnya saya dinyatakan bebas dari segala macam tuntutan apa pun juga dan demikian juga dengan Co Pilot saya (Dengan Catatan Khusus).Walau pun saya sempat Grounded selama 3 bulan bersama Co Pilot saya.

Berdasarkan kejadian ini maka pihak yang terkait dengan industri penerbangan, menjadikannya sebagai bahan masukan standar & utama untuk pihak yang kompeten serta berurusan dengan keselamatan penerbangan.Sedangkan dari National Transportation Safety Board menyatakan bahwa investigasi yang di lakukan oleh mereka terhadap kami bertujuan untuk mencegah terjadinya  kecelakaan dengan sebab yang sama.

Serta bukan untuk mencari siapa yang bersalah, tapi lebih mengutamakan azas apa yang salah dalam kejadian tersebut (Annex 13 ICAO).Karena berdasarkan tugas pokok dari National Transportation Safety Board :

1. Melakukan investigasi dan penelitian yang meliputi analisis dan evaluasi sebab - sebab terjadinya kecelakaan transportasi.

2. Melakukan kerja sama untuk investigasi dan penelitian penyebab kecelakaan transportasi dengan organisasi dari negara lain yang berkaitan dengan penelitian penyebab kecelakaan transportasi (International Civil Aviation Organization - Chicago Convention Chapter 26 )

3. Memberikan rekomendasi bagi penyusunan perumusan kebijakan keselamatan transportasi dan upaya pencegahan kecelakaan transportasi.

Sekitar 21 bulan kemudian, ada kejadian fatal yang membawa korban jiwa dari maskapai Penerbangan Air Asia - QZ 8501 (28 Desember 2014).Kasus hampir sama.

Namun saya tidak tahu pasti, apakah hasil Safety Recomendations dari pihak yang berwenang di atas, telah di baca oleh para pihak pengguna Airbus (Berdasarkan Kejadian Saya).

Saya tidak punya hak untuk menjustifikasi kecelakaan tersebut berdasarkan pengalaman saya.

Saya hanya bisa berduka dan ikut berbela sungkawa atas kejadian yang telah lewat sekitar 3 tahun 10 bulan yang lalu.

pixabay
pixabay
Dengan kejadian di atas, lalu saya memutuskan untuk terbang cargo dalam artian tidak membawa penumpang lagi.

Hingga sekarang saya paling banyak terbang sendiri dengan pesawat kecil, namun sekali-kali dengan pesawat besar bersama crew perusahaan kargo untuk mengantarkan barang ke seluruh penjuru dunia.

Kejadian di atas menjadi batu loncatan besar buat saya, agar bisa berbuat yang benar serta lurus di segala hal kehidupan.Hikmah Utama serta sangat penting yang saya ambil dengan kejadian di atas adalah " SAYA TIDAK MAU BERBOHONG LAGI !!! " Karena dengan kenaifan saya, saya hampir saja mencelakakan diri dan menghancurkan kehidupan orang lain.

Sungguh suatu perjudian nasib yang sangat bodoh dan tidak imbang,  serta sangat tidak terpikirkan oleh saya akibatnya.

Mirip seperti pepatah yang mengatakan " KARENA MULUT BADAN BINASA "sungguh tidak ada kalimat yang pantas kiranya untuk menggambarkan kondisi saya di atas kecuali pepatah ini. 

Semoga pengalaman saya ini bisa berguna dan menjadi contoh buat yang lain agar tidak melakukan apa yang saya lalukan waktu dulu.

Nottes : Mohon Maaf Apabila Ada Kalimat Yang Tidak Berkenan Dalam Artikel Ini.Apabila Ada Kesamaan Kejadian Maka Itu Adalah Karena Faktor Kebetulan Saja.Harap Maklum.

pixabay
pixabay
Terima kasih.
Salam Hormat Saya : Capt.Maha Dewa Agni Jatayu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun