"Jam 17.00–18.00 adalah 'final' harian kami." Ketika 24 tenant mencairkan transaksi digital, akurasi dan kecepatan kerja menjadi alat ukur kepercayaan.
Rivalitas Sehat: “Alaska” dan “Laskar”
Di tribun, Gonzaga dan Kanisius saling sahut "Alaska!" "Laskar!". Di balik gaduh itu, ada pelajaran karakter, berani menunjukkan dukungan, tetapi menahan diri untuk tetap hormat. Rivalitas menjadi sarana untuk memanggungkan sportivitas, bukan memantik permusuhan. Saya sering mengingatkan diri agar tuan rumah bukan hanya ingin menang; tuan rumah harus ramah. Itulah standar moral yang pelan-pelan membentuk kebiasaan baik.
Seni yang Membentuk Rasa: Modern Dance sebagai Primadona
Meski olahraga mendominasi, modern dance tahun ini menjadi penampil yang paling memukau. Koreografi presisi, transisi rapat, tata panggung yang matang semuanya memberi pelajaran bahwa ekselensi perlu latihan panjang yang tak dilihat kamera. Seni mengasah kepekaan, kerja tim, dan rasa percaya antarpelaku. Karakter bukan hanya urusan otot dan napas; ia juga urusan rasa yang dirawat.
Nilai-Nilai yang Tumbuh
- Disiplin & Tanggung Jawab: datang tepat waktu, menjaga stok, akurat dalam pencairan CC Pay.
- Pelayanan (Menjadi “Orang Lain” Lebih Baik): konsumsi hadir agar yang lain bisa bekerja lebih baik.
- Kolaborasi: siswa, guru, karyawan, mitra, aparat berjalan dalam orkestrasi yang saling menguatkan.
- Keberanian & Kejujuran: rivalitas tetap tertib; administrasi tenant transparan; keputusan cepat, bersih, dan bisa diaudit.
- Magis: tiap hari mencari cara “sedikit lebih baik” rute lebih singkat, antre lebih tertib, informasi lebih jelas.
“Magis terjadi di hal-hal kecil.” Label porsi, rute troli, jadwal drop yang rapi melahirkan pertandingan yang tepat waktu dan penonton yang betah.
Suara Teman, Suara Hati
Seorang teman mengingatkan, “Ini CC Cup terakhir kita sebagai Kanisian nikmati dan jalani dengan senang hati.” Kalimat itu menahan langkah saya sejenak dan melihat tribun yang bergelombang, panitia yang saling mengisi, tenant yang sabar mengantre, serta guru yang tetap tersenyum meski jadwal padat. Kalau waktu bisa diputar, saya bersedia kembali capek karena lelah itu terasa berharga.