Hadis masyhur secara singkat dapat diartikan sebagai hadis yang diriwayatkan oleh minimal tiga orang perawi pada setiap tingkatan sanad, namun jumlah tersebut belum mencapai derajat mutawatir. Menurut definisi umum, hadis ini harus memiliki setidaknya tiga perawi di setiap level sanad. Sementara itu, menurut Ibnu Hajar, hadis masyhur adalah hadis yang memiliki lebih dari dua jalur periwayatan, tetapi belum memenuhi syarat sebagai hadis mutawatir.
Contoh hadist mashur
Menurut abdillah bin amr bin al-Ash, "Aku mendengar rasullah bersabda, sesungguhnya allah tidaklah mencabut ilmu secara instan dari seorang hamba, tetapi dengan mewafatkan para ulama, sehingga bila tidak tersisa seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang bodoh." (Hadis riwayat al-Bukhari Muslim, at-tirmidzi, ibnu majah, dan Ahmad).
Mereka berfatwa tanpa pengetahuan, sehingga mereka sesat dan menyesatkan. Hadis tersebut diriwayatkan dari badullah bin amr, diseluruh tingkat (thabaqah) sanad memiliki 3 orang perawi atau lebih sama halnya dengan yang telah dirinci dalam sanadnya.
- Hadist Azziz
Hadis 'aziz adalah jenis hadis yang dalam setiap tingkatan sanadnya harus memiliki minimal dua perawi, meskipun jumlah perawinya bisa lebih dari itu, seperti tiga, empat, atau lebih. Syarat utamanya adalah adanya dua perawi pada salah satu tingkat sanad. Dalam kitab al-Wadih fi Musthalahul Hadis, Syarh wa Tashil 'ala Matn Muktashar Nukhbah al-Fikr, hadis 'aziz dijelaskan sebagai hadis yang diriwayatkan oleh dua orang perawi dari dua orang perawi lainnya.
Contoh hadis 'aziz dapat dilihat dalam riwayat yang dicatat oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Anas bin Malik dan Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai daripada ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya cinta kepada Nabi sebagai bagian dari kesempurnaan iman. Ini juga mengandung pesan bahwa kaum mukmin saling mencintai sebagai bagian dari satu jiwa, dan bahwa perbuatan dosa serta perpecahan hati dapat memengaruhi kadar keimanan. Sifat hasad atau dengki sangat dikecam karena bertentangan dengan iman yang sempurna. Berdasarkan kajian sanad, hadis ini hanya diriwayatkan oleh dua sahabat pada satu tingkatan sanad, yaitu Anas bin Malik dan Abu Hurairah, sehingga dikategorikan sebagai hadis 'aziz.
- Hadist Ghorib
Hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan hanya oleh satu orang perawi, baik dalam seluruh tingkatan sanad maupun hanya pada satu tingkatan saja. Dalam kitab al-Wasith fi Ilmi Musthalahul Hadis, dijelaskan bahwa hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi secara sendirian tanpa didampingi oleh perawi lainnya. Penamaan "gharib" sendiri berasal dari kata yang berarti "asing" atau "sendiri," karena perawi hadis ini berdiri sendiri dalam meriwayatkan suatu hadis, layaknya seseorang yang merasa asing di negeri orang.
Contoh terkenal dari hadis gharib adalah hadis tentang niat yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab RA. Dalam riwayat dari Alqamah bin Waqash, Umar menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya segala amal tergantung pada niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang siapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya, atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang menjadi tujuannya."
(HR. Bukhari No. 54 dan Muslim No. 1907)
Meski tergolong sebagai hadis gharib, Mahmud Thahan menjelaskan bahwa hadis ini hanya diriwayatkan oleh Umar bin Khattab RA seorang diri, dan kesendiriannya itu berlanjut hingga ke seluruh rantai sanad. Hadis ini tetap disebut gharib karena sejak awal hingga akhir, hanya satu perawi yang meriwayatkannya dalam tiap tingkat sanad.
Kedudukan dan Hukum Hadis AhadÂ