Mohon tunggu...
Devi Triyana
Devi Triyana Mohon Tunggu... Operator - بسم الله الر حمن الر حيم

Jadilah manusia yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dewasa Karena Keadaan

22 Oktober 2020   17:06 Diperbarui: 22 Oktober 2020   17:15 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berencaba menghadiri undangan pernikahan sepuouku yang berada dikota dekat dengan kotaku . Disitu saya memutuskan untuk berangkat dan sekalian untuk datang menjenguk dan merawat ibuku yang sedang sakit. Waktupun tiba saya berangkat dari kota jogja menuju kota cilegon untuk menghadiri pernikahan sepupuku.

Setelah beberapa hari kemudian aku pulang kerumah dan segera menengok ibuku yang terbaring kesakitan. Awal mulanya ibuku fidak mau dibawa ke dokter untuk diperiksakann penyakitnya. Tapi lama-lama akhirnya dia mau untuk diajak kedokter dengan syarat saya harus menemani, dari situ saya mulai merasa berslaah. Dan terus menyalahkan diri sayaa. kenapa baru sekarang saya pulang.

Kenapa baru sekarang saya sadar bahwa penyesalan datangnya di akhir. Beberapa rumah sakit telah kami lewati, pengobatan papaun telah didatangi, obat apapun yang orang bilang pun telah dicari dan ditemui. dengan susah payah menhaan rasa sakit, ibuku tetap terus berjuang. Tapi tak ada titik terang. Hari ke hari minggu ke minggu bahkan bulan ke bulan. Tidak ada perubahan justru malah semakin buruk keadaan ibu saya. Dari yang bisa jalan sampai yang hanya bisa terbaring lemas ditempat tidur. Hanya penyesalan yang bisa ku raskaan karena melihat keadaan ibuku seperti ini dan kemana aja aku selama ini.

Sungguh ibu adalah malaikat yang dikirimkan Allah untuk kita  yang tak ada apa2 nya ini. Sudah berjalan sekitar 6 bulan ibuku sakit terbaring di tempat tidurnya, dan 6 bulan pula aku setia menemani dan mengurus ibuku. Tak kunjung pula ada kesembuhan terhadapnya. Pengobatan sudah dilakukan, apapun itu semua. Tapi semkin hari semkin berat badannya semkin turun drastitis, makan sudah tidak bisa, minumpun cuma sedikit saja. Aku harus gimna aku harus bagaimana. Selalu ku bertanya dan bertanaya.  Salahkan apa aku ya Allah sampai engaku mengujiku seperti ini. Tapi disisi lain banyak orang yang mendukung dan mendorong semangat kami sekeluarga.

Ada keluarga teman, sahabat, tetangga dll yang selalu menyuport kami sekuluarga.    Disitu saya mulai menyadari bahwa manusia akan membutuhkan pertolongan manusia lainnya :( , jadi tidak bisa hidup sendiri. Tepat 6 bulan dari sakitnya, Allah mengambil nyawa ibu saya. Disitu saya berusaha tegar kuat dan tanggung karena jika saya bersedih pasti adik say yang ragil akan semakin sedih, karena dia adalah anak bontot kesayangan ibu saya. Kepergian ibu saya membuat saya seperti meraskan hilangny separuh nyawa saya. Hancur sudaj hidup saya.

Selesai sudah hidup saya. Dan tidak ada daya upayaa saya untuk menhadapi hidup kedepannya. Itulah apa yamg saya rasakaln ketika ibu saya berpulang kepangkuann Nya . Mencoba bangkit, menyemangati diri snediri, mencoba mengikhlaskan dan mencoba tidak rapuh akan semuanya... Itu semua kulakukan karena saya masih memikirkan adik bontot ku yang masih manja terhadp ibunya. Aku tau dia sangat kehilangan ibunya, tapi dia menciba untuk menerima kenyataan ini. Dari situ saya berfikir harus bangkit dari kehilangan ini untik melanjutkan kehidupanku dan keluargaku. Terutama untuk adikku. Dari kahilangan ibikku tidak berhenti disitu saja musibah yang dialami keluargaku. Karena menjelang idul fitri kurang 2 hari ayahku sakit dan dirawat di rumah sakit.

Jadi lebaran itu adalah lebaran yang sangat amaat menyedihkan bagiku. Baru berp minggu ditinggalkan ibuku, ada lagi cobaan nikamt sehat yg dberikan kepada ayahku. Mungkin allah menunjukkan rasa sayangnya ke hamba-hambanya yang kuat. Ku mencoba ikhlas dan tabah menghadapi semua itu. Waktu terus berjalan. Ada lagi cobaan yang Allah berikan.

Ayahku terjatuh dari ketinggian saat perbaikan rumahku . Sampai kakinya patah tulang sebelah kanan. Dan mengharuskan memakai kursi roda yang harus dibantu orang lain untuk aktivitasnya. Ya Allah cobaan apalagi yang engkau berikan, Sungguh aku merasaa keberatan dengan semua ini. tapi apapah dayaku yang hanya manusia penuh doaa . Ku menyadari mungkin semua ini terjadk karena Allah pengen liat seberpaa kuat kita menjalani semua ini.

Butuh berapa bulan untuk penyembuhan total kakinya. Dan harus saya mengurus orang tua saya lagi, karena memang dirumah tidak ada anak perempuaj lagi kecuali saya. Beberpaa bulan mulai berangsurr membaik dan tidak perlu memakai kursi roda lagi. Dan lambat hari kakinya sudah mulai normal kembali. Dan beberapa bulan kemudian hal yang tidak disangka-sangka ada cobaan lagi, muka ayah sayaa terkena ledakan gas semprot obat nyamuk yang meledak karena terbakar bercampur dengan sampah. Subhanallah, ya allah.

Cobaan apalagi setelah sekian banyak rentetan yang engaku berikan kapan engkau menyudahinya YA Allah. Engkau maha baik engkau maha tau hambanya yang kuat menghadapi cobaan yang engkau berrikan. Aku percaya dibalik semuanya pasti ada hikmah yg bisa diambil. Dari sini aku sudah terlatih akan semuanya. Karena hampir setahun aku melakukan aktifitasku dengan belajar belajar dan belajar. Apa artinya hidup. Menghargai. Menghormati dan mencoba mengikhlaskan. 

Karena dewasa tidak diukur oleh usia . Bisa jadi apa yang kamu lakukan adalah proses dari pendewasaan itu sendiri.  

Keadaan mengajarkan kita untuk selalu terus belajar, mendewasakan pemikiran tanpa paksaan. 

Sekian cerita dari saya 

Terimkasih :) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun