Mohon tunggu...
Devito Martha
Devito Martha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Kopi Lokal Sebagai Peluang Baik Bagi Startup di Indonesia

23 Januari 2017   22:36 Diperbarui: 23 Januari 2017   22:52 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: blog.prumu.com

Jakarta, 23 Januari 2017, Startup kuliner di Indonesia, kini mulai semakin memuncak dari awal tahun 2014. Indonesia memang memiliki kekayaan makanan dan minuman khas daerah atau biasa yang disebut kuliner tradisional. Dengan alasan melestarikan kekayaan kuliner di Indonesia, hal tersebut perlu difasilitasi agar dapat berkembang dan tidak di duplikasi oleh rakyat asing. Kuliner pada makanan khas Indonesia semakin baik tiap tahunnya, namun tidak hanya makanan, minuman khas Indonesia pun diminati pembisnis dalam mengembangkan kuliner dalam bidang minuman khas Indonesia tanpa merubah sedikit pun ciri khas Indonesianya. Hal tersebut pun berdampak pada pertumbuhan  kuliner minuman pada startup ekonomi kreatif Indonesia.

Berbicara tentang minuman khas Indonesia, Negara ini memiliki kekayaan kopi paling mahal dari sabang hingga merauke. Untuk itu, tidak sedikit startup bisnis yang mulai membuka minuman khas Indonesia tersebut sebagai tujuan melestarikan kuliner Indonesia. Startup kuliner minuman khas indonesia ini, yaitu kopi, dapat memajukan pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia. Keunggulan kopi yang dimiliki Indonesia adalah peluang besar karena sejalan dengan program pemerintah yang sedang memperkuat sektor kuliner.

Perkembangan Kopi Di Indonesia

Kopi di Indonesia memang memiliki sejarah yang panjang dan juga memengaruhi peraan penting bagi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Indonesia sudah dikenal menjadi salah satu Negara produsen dan ekspotir kopi yang paling besar di dunia. Variesta Robusta adalah hasil produksi yang berkualitas paling rendah. Selain itu, juga adanya “kopi luwak” yang terkenal sebagai kopi paling mahal. Berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.

Pada saat ini, perkebunan kopi Indonesia mencakup total wilayah kira-kira 1,24 juta hektar, 933 hektar perkebunan robusta dan 307 hektar perkebunan arabika. Lebih dari 90% dari total perkebunan dibudidayakan oleh para petani skala kecil. Seperti yang telah disebutkan di atas dan mirip dengan raksasa kopi regional Vietnam, sebagian besar hasil produksi biji kopi Indonesia adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah. Biji arabika yang berkualitas lebih tinggi kebanyakan diproduksi oleh negara-negara Amerika Selatan seperti Brazil, Kolombia, El Salvador dan Kosta Rika. 

Oleh karena itu, sebagian besar ekspor kopi Indonesia (kira-kira 80%) terdiri dari biji robusta. Ekspor kopi olahan hanyalah bagian kecil dari total ekspor kopi Indonesia. Awal 1960, Indonesia merujuk pada peningkatan yang kecil tetapi stabil dalam dunia produksi kopi. menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas perkebunan-perkebunan kopi di Indonesia menurun karena para petani telah mengubah fokus produksi mereka kepada minyak sawit (seperti minyak sawit mentah dan minyak inti kelapa sawit), karet dan kakao yang semuanya memberikan pendapatan yang lebih tinggi di pasar internasional. Oleh karena itu, perkebunan-perkebunan kopi - atau sebagian dari perkebunan tersebut - telah ditransformasi menjadi perkebunan komoditi-komoditi lain.

Tahun 2012, sekitar 70% dari total produksi tahunan biji kopi Indonesia yang diekspor. Namun, karena konsumsi kopi Indonesia pada domestik yang telah bertumbuh, jumlah ekspor pun menurun. Konsumsi kopi di Indonesia meningkat dengan compound annual growth rate(CAGR) 7,7% di tahun 2011-2014. Tetap saja, pada 1,0 kilogram (data 2014), konsumsi per kapita kopi tetap rendah di Indonesia.

Kopi di Indonesia memiliki masa depan atas permintaan yang meningkat global dan domestic yang dibutuhkan investasi di sector kopi Negara ini. Dikarenakan teknologi yang semakin maju dengan inovasi-inovasi yang ada, akan meningkatkan kuantitas biji kopi dan juga akan meningkatkan kualitasnya. Produksi kopi per hektar Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara utama penghasil kopi lainnya. Di 2015, Indonesia memproduksi 741 kilogram biji robusta per hektar dan 808 kilogram biji arabika per hektar.

Perkembangan Startup Kuliner Kopi di Indonesia

Peusahaan berintisan digital atau yang biasa disebut startup kini mulai semakin berkembang. Kopi dan kedai kopi menjadi jalan dalam startup sekarang ini, karena hal tersebut akan membawa ke suatu ide untuk suatu usaha. Pada dasarnya, memang sudah menjadi kebiasaan pada kebanyakan masyarakat di Indonesia untuk mengonsumsi kopi. Jadi, masyarakat di Indonesia sangatlah aware terhadap kedai kopi. Kedai kopi di Indonesia meningkat pesat dengan harga jual yang berbeda-beda tergantung kualitas kopi yang dijual.

Namun saat ini, masyarakat masih menganggap harga jual kopi sangatlah murah, dengan mindset tersebut produsen pun tidak berani menaruh dengan harga tinggi. Padahal biji kopi sangatlah memiliki kualitas yang bagus sebagai kopi local. Salah satu upaya untuk mendukung kopi local BEKRAF atau Badan Ekonomi Kreatif membuat Forum Peningkatan Kreativitas & Akses Permodalan Industri Kopi Lokal di Banyuwangi. Kegiatan ini dilakukan untuk pertumbuhan ekonomi kreatif nasional dalam pengembangan sector kuliner yang dilakukan oleh Bekraf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun