Mohon tunggu...
Devi Probosari
Devi Probosari Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Pabrik Cinta Damai

Buruh Pabrik Cinta Damai dan Ketenangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meracau Kacau

21 Januari 2015   13:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:41 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ijinkan aku menulis lagi. Ijinkan aku mengurai pikiranku. Melepas segenap rasa yang menggelayuti langkahku setiap pagi dan malam hari.

Tentang konsep kebebasan dan rutinitas yang selalu menggangguku, setidaknya dalam kurun waktu 2 bulan ini.

Mungkin aku hanya rindu rumah atau mungkin aku sedang lelah.

Mungkin aku sedang kosong atau mungkin aku sedang tidak tahu kemana arah untuk berjalan.

Mungkin aku sedang tersesat atau mungkin aku sedang berada dijalan yang bukan semestinya. Entah.

Aku hanya merasa sejumlah pikiran (yang tidak perlu) datang dan menyerang. Memenuhi ruang di dalam kepalaku. Membentuk satu gundukan sampah yang menggunung di tenagh ruangan. Ruang pikirku, ruang sadarku.

Aku sedang buta tentang yang salah dan benar. Aku sedang merasa terlalu hampa dan kosong untuk merasakan yang baik dan buruk. Aku kehilangan pegangan. Kehilangan kemampuanku untuk melawan dan bertahan.

Bukankah tidak ada seorang manusiapun yang suka untuk dihina, direndahkan atau di remehkan?,

Tolong ijinkan aku memaafkan dan menerima perlakuan yang tidak menyenangkan dari siapapun dia. Ijinkan aku menangis, jika itu mungkin.

Aku masih belum lega, jadi apalagi yang harus aku lakukan.

Aku ingin marah dan berteriak, meghardik, mengumpat, menampar, memukul,menendang,dan segera beranjak dari sini. Pergi dan menghindar, terbang dan menghilang.

Bukankah tidak ada seorang manusiapun yang suka untuk dihina,direndahkan atau diremehkan?

Tidak seorangpun. Karena setiap orang punya ceritanya sendiri, hal yang selayaknya dihargai, hal yang sepatutunya dihormati. Mereka yang manusia akan mengerti itu, konsep mengasihi dan menyayangi antar sesama. Bagaimana kamu memperlakukan seseorang dan bagaimana kamu akan diperlakukan oleh orang lain. Tidak satupun berharap untuk direndahkan dan diremehkan. Tidak seorangpun.

Tidak seorangpun layak untuk itu. KArean kamu tidak lebih baik dari aku atau dia, Dan dia tidak lebih baik dari aku atau kamu. Dan tentu saja aku pun tidak lebih baik dari kalian.Jika satu hal kecil saja membuat kamu tinggi, bagaimana dengan sejuta hal besar?, Bagaimana dengan rangkaian hal-hal menakjubkan?. Mungkin itu yang menahan dia disini, tetap berada di ujung jari dan telapak kaki orang lain. Yang membuat dia depresi dan marah. Tampak kacau dan tidak bersahabnat. Karena kehidupan selalu menjadikanya lelucon, mebuatnya tampak sebagai mahluk yang menyedihkan, beruban dan berbau badan aneh. Mungkin itu yang membuat dia senantiasa berputar pada lingkaran yang sama, yang menjadikannya selalu menyalahkan orang lain, meremehkan, memandang rendah, bicara kasar, karena hidup selalu menjadikanya tampak sedemiklan rupa. Lalu aku harus apa?, harusnya aku bagaimana?. Sulit bersimpati, apaplagi berempati, Berat untuk mengerti apalagi untuk memahami.

Aku hanya ingin marah dan berteriak, meghardik, mengumpat, menampar, memukul,menendang,dan segera beranjak dari sini. Pergi dan menghindar, terbang dan menghilang.

Pedui setan apa yang akan dia rasakan, dia pikirkan.

Aku akan segera terbang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun