Mohon tunggu...
Devi Niq
Devi Niq Mohon Tunggu... Guru - Fokus atau Berhenti

Mencari jalan menuju impian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cuitan Guru Selama Work From Home

2 Juni 2020   08:00 Diperbarui: 2 Juni 2020   08:04 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Libur lebaran telah usai, waktunya guru dan siswa untuk kembali beraktivitas di lingkungan sekolah.

Kalimat tersebut sepertinya hanya akan menjadi wacana, jika melihat grafik kasus positif covid19 yang terus meningkat. Pemerintah pun akhirnya membuat kebijakan untuk memundurkan jadwal kegiatan pendidikan di sekolah yang semula akan aktif sekitar tanggal 1 Juni 2020. Artinya, proses pembelajaran akan berlangsung kembali di rumah masing-masing.

Berita adanya perpanjangan proses pembelajaran di rumah masing-masing, membuat sebagian guru merasa terbebani. Apalagi bagi mereka yang belum fasih menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer dan smartphone yang dapat membantu memudahkan dalam segala aktivitas termasuk membuat pembelajaran secara daring.

Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan tanpa bertatap muka melalui platform yang telah tersedia dengan memanfaatkan internet. Pembelajaran daring dianggap sebagai solusi semenjak merebaknya virus covid19 di Indonesia. Meski telah disepakati oleh seluruh stakeholder pendidikan, namun cara ini tetap menuai konstroversi.

Banyak guru yang masih beranggapan bahwa membuat model pembelajaran daring itu sulit.

Mereka hanya bermodalkan media sosial berupa Whatsapp untuk memberikan tugas kepada siswa, namun tidak memberikan materi kepada siswa.

“kerjakan tugas bahasa Indonesia halaman 30 di buku paket”

Bagaimana dengan mata pelajaran eksak yang cenderung menggunakan rumus-rumus dan banyak perhitungan?

Pembelajaran menjadi kurang bermakna, sebab pembalajaran tidak terjadi secara dua arah. Guru asyik memberikan tugas-tugas, sedang siswa repot menyelesaikan tugas yang belum dipahami. Melakukan pencarian di google adalah jalan terakhir yang bisa dilakukan siswa untuk menyelesaikan persoalan.

Hari demi hari semangat siswa untuk belajar semakin menurun, kejenuhan mulai terasa. Semula mereka bersemangat untuk mengerjakan tugas-tugas dari guru, namun akhirnya satu persatu mulai mengabaikan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa pun mengeluh dengan tugas yang menumpuk selama proses pembelajaran di rumah.

Guru seharusnya memberikan bimbingan nyata kepada siswa sebab guru tidak hanya bertugas untuk transfer pengetahuan, tapi turut berperan serta dalam pembentukan karakter mereka. Apalagi di masa pandemi covid19 yang mewajibkan seluruh aktivitas dilakukan di rumah.

Ibaratnya rebahan saja sudah terasa bosan, ditambah tugas menumpuk yang tak berkesudahan.

“Nyelem ajah di laut”

Bagi sekolah yang sudah memiliki website pribadi dengan menu yang lengkap, mungkin tidak begitu kesulitan dalam membuat model pembelajaran daring. Sebab Operator akan senantiasa membantu guru-guru dalam membuat model pembelajaran. Mulai dari pemberian username dan password agar bisa mengakses e-learning sekolah. Menjelaskan cara upload ringkasan materi, tugas sekolah, diskusi online, tes online dan pengecekan hasil dari kegiatan tersebut.

Lalu bagaimana dengan sekolah yang belum memiliki e-learning pada website sekolahnya?

Guru-guru dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal. Berikut akan saya ulas tentang beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat model pembelajaran daring . Misalnya:

Whatsapp

Whatsapp adalah media sosial yang tidak hanya digunakan sekedar berkirim pesan, saling menerima panggilan suara maupun video. Melalui whatsapp guru dapat membuat model pembelajaran yang lebih bermakna, yaitu:

Guru membuat grup kelas untuk mata pelajaran tertentu. Pada saat jam pelajaran berlangsung guru memberi pertanyaan di grup untuk memulai diskusi dalam grup. Beri nilai tambahan bagi mereka yang aktif bertanya dan menjawab selama diskusi berlangsung.

Guru juga bisa memberikan materi dengan cara mengirim foto, video atau bentuk file lainnya yang dikirim ke grup. Berikan layanan kepada mereka, dengan mempersilahkan mereka bertanya dan menjawab pertanyaannya. Jika semua sudah paham, maka selanjutnya berikan tugas kepada mereka sebagai evaluasi atas materi yang telah diberikan.

Tugas yang diberikan, sebaiknya segera dikoreksi, lalu hasilnya dibagikan ke siswa. Agar siswa tidak merasa sia-sia telah mengumpulkan tugas dan bersemangat untuk mengerjakan tugas selanjutnya.

Presentasi juga bisa dilakukan melalui Whatsapp, dengan memanfaatkan menu video call terbatas yang terdiri dari empat orang. Satu orang guru bertugas untuk memantau presentasi kelompok yang terdiri dari tiga orang.

Zoom

Zoom adalah sebuah aplikasi yang bisa terpasang di android dan juga bisa diakses melalui website baik untuk Os Mac, Windows, Linux, dan Ios. Zoom digunakan sebagai media untuk melaksanakan video conference atau meeting.

Aplikasi zoom menjadi aplikasi yang cukup populer di masa pandemi covid19, sebab aplikasi zoom dianggap mampu mendukung kebijakan pemerintah untuk melakukan work from home, dengan aturan tidak boleh berkerumun dan harus selalu jaga jarak. Setiap lembaga/institusi/organisasi dapat memanfaatkan aplikasi zoom untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang awalnya tidak mungkin dilakukan karena menimbulkan kerumunan. Kegiatan tersebut, misalnya rapat virtual, penyuluhan virtual, konser virtual, bahkan seminar virtual.

Tidak seperti video call pada Whatsapp yang hanya bisa menampung empat partisipan,  Zoom bisa menampung hingga 100 partisipan. Sehingga guru bisa langsung menjelaskan materi kepada seluruh siswa meski tidak berkumpul dalam satu ruangan. 

Layaknya pembelajaran di dalam kelas, guru dan siswa bisa melakukan aktivitas tanya jawab yang disaksikan seluruh siswa. Guru juga bisa mengecek keberadaan siswa saat jam pelajaran sedang berlangsung, apakah siswa hadir dalam pembelajaran yang artinya mematuhi aturan pemerintah untu stay at home atau malah pergi menuju kerumunan.

Google Classroom 

Google Classroom merupakan menu baru di Google Apps untuk pendidikan yang membantu para guru untuk melaksanakan pembelajaran daring, apalagi di masa pandemi covid19 dimana proses pembelajaran dilaksanakan di rumah masing-masing.

Bagi guru yang sekolahnya belum memiliki website dengan menu lengkap, yaitu menu untuk upload ringkasan materi, tugas, diskusi kelas dan memperoleh hasil dari kegiatan tersebut. Maka bisa menggunakan google classroom untuk membuat model pembelajaran.

Sebelum menggunakannya, guru harus membuat akun terlebih dahulu dengan memasukkan data pada menu pendaftaran. Setelah membuat akun, guru dapat menggunakan seluruh menu yang ada pada google classroom.

Guru yang sudah mengupload ringkasan materi dan tugas, dapat mempersilahkan siswa-siswanya untuk segera mengaksesnya dengan cara memberi kode kelasnya atau mengundangnya melalui e-mail. Guru bisa mengatur tenggat waktu pengumpulan tugas agar siswa segera mengerjakan tugas yang diberikan, guru bisa mengecek siswa yang sudah/belum mengerjakan melalui menu yang ada, dan untuk bentuk soal PG biasanya guru bisa langsung melihat hasil/skor.

Ringkasan materi dan tugas yang dibuat dapat disertakan dengan gambar/video yang sesuai dengan materi yang akan disajikan.

Siswa dapat mengajukan pertanyaan terkait ringkasan materi atau tugas yang diberikan oleh guru langsung melalui kolom komentar yang ada di bagian bawah draft tersebut.

Bagaimana?

Sunguh luar biasa menu pada Google Classroom bukan, tidak kalah dengan kebanyakan  e-learning yang sudah ada. Yang paling penting aplikasi ini bisa digunakan secara gratis.

Socrative 

Socrative adalah sebuah aplikasi yang bisa digunakan untuk membantu guru-guru dalam membuat quiz online. Socrative terbagi ke dalam dua tipe aplikasi yaitu aplikasi untuk guru (socrative teacher) dan aplikasi untuk siswa (socrative student).

Guru dapat membuat quis online di aplikasi socrative, apabila sudah memiliki akun guru di socrative. Akun dibuat dengan cara mendaftarkan diri menggunakan e-mail aktif.

Setelah terdaftar, maka nama username yang didaftarkan diawal akan menjadi kode bagi siswa yang akan masuk ke kelas yang sudah dibuat guru pada akun. Selanjutnya guru bisa langsung membuat soal di aplikasi socrative secara manual ataupun mengupload data excel dengan template yang ada pada aplikasi.  Soal bisa dalam bentuk pilihan ganda,isian dan benar/salah.

Gambar hanya bisa ditambahkan pada kolom soal, sedang pada kolom jawaban guru tidak bisa menambahkan gambar. Gambar bisa ditambahkan, apabila guru mengapdet aplikasi socrative guru yang berbayar.

Quis Online yang telah dibuat selanjutnya, bisa dipublikasikan dengan memilih menu launch dan mengaturnya ke dalam beberapa aturan yang disediakan oleh aplikasi, mulai dari waktu pengerjaan, bagaimana tampilan soal, dan tampilan akhir setelah siswa mengklik tombol selesai.

Jika waktu pengerjaan sudah selesai, guru bisa langsung mengklik menu finish. Artinya siswa sudah tidak dapat mengakses dan hasil dari siswa bisa langsung diliat.

Setara Daring

Setara Daring adalah salah satu jenis aplikasi pembelajaran jarak jauh pada pendidikan kesetaran, baik program Paket A, Paket B dan Paket C produk dari Kemdikbud yang digunakan secara gratis.

Cara menggunakan aplikasi ini hampir sama dengan aplikasi google classroom. Dimana guru harus membuat akun terlebih dahulu untuk dapat mengoperasikannya, selanjutnya membagikan kode kepada siswa untuk bisa mengakses seluruh ringkasan materi dan tugas yang diupload oleh guru.

Bagaimana?

Banyak kan aplikasi yang bisa digunakan untuk membuat model pembelajaran Daring.

Semoga bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun