Mohon tunggu...
Devina Karsten S
Devina Karsten S Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2019

Just keep typing...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

TikTok Ngajarin Budaya?

10 Desember 2020   22:52 Diperbarui: 10 Desember 2020   22:59 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : SocialPubli.com

Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan aplikasi yang disebut dengan TikTok. Aplikasi ini merupakan sebuah jejaring sosial dan platform video musik asal Tiongkok yang diluncurkan pada September 2016 oleh Zhang Yiming. 

Aplikasi ini disambut hangat oleh masyarakat Indonesia, karena dalam TikTok, kita dapat membuat video musik pendek sesuai dengan apa yang kita inginkan, seperti video lip sync, dance, cover lagu, dan lain sebagainya.

Namun sayangnya, menurut BBC.com (2018) mengatakan bahwa pada tanggal 3 Juli 2018, TikTok mulai diblokir di Indonesia oleh Komenkominfo yang telah melakukan pemantauan mengenai aplikasi ini selama sebulan dan mendapati banyak sekali laporan mencapai 2.853 yang mengeluh akan aplikasi ini. 

Menurut salah satu menteri, Rudiantara, banyak sekali konten yang negatif terutama bagi anak dibawah umur. Dalam proses pemblokirannya, sudah dikoordinasikan dengan Kemen PPA dan KPAI. 

Namun, menurut Zhang (2018) mengatakan bahwa setelah satu minggu kemudian, pihak TikTok bernegosisasi dan dilepas pemblokirannya, TikTok juga membuat berbagai perubahan termasuk menghapus konten negatif, membuka kantor penghubung, dan yang paling penting adalah adanya batasan usia serta mekanisme keamanan dari TikTok ditingkatkan lebih lagi.

Ketika kejayaan TikTok kembali di Indonesia, mulai banyak masyarakat yang menggunakan aplikasi ini untuk berkarya dalam menciptakan video musik singkat, sehingga memunculkan banyak kreator muda dari aplikasi TikTok. 

Menurut data pengguna TikTok di seluruh dunia mencapai 63,3 juta unduhan di perangkat iOS maupun Android. Jumlah tersebut terus meningkat sebanyak 1,6 persen dari periode yang sama tahun lalu. 

Menurut Sensor Tower, negara yang paling banyak mengunduh aplikasi ini adalah Indonesia dengan menyumbang 11 persen dari total unduhan TikTok (Pertiwi, 2020). 

Semakin berkembangnya zaman, konten yang diberikan oleh para kreator terus bertambah, seperti video blog (vlog), tutorial, challenge, dan bahkan di aplikasi ini terdapat banyak konten edukasi, salah satunya edukasi mengenai kebudayaan.

Salah satu konten kreator asal Indonesia yaitu Laras Kusuma dengan akun TikTok @ras.ras.laras dan sudah memiliki followers sebanyak lebih dari 150.000. Laras kerap kali membagikan kebudayaan Indonesia pada seni tari. 

Seperti video tari yang pernah viral di TikTok adalah ketika ia mengkombinasikan tarian dari berbagai daerah, yaitu Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi yang mencapai 2,8 juta views. 

Ia juga kerap mengajak kita dan para followersnya untuk melestarikan dengan ikut mengkreasikan video tari yang sesuai dengan daerahnya masing-masing dan sekaligus ia mengenalkan seni tari dari berbagai daerah kepada masyarakat Indonesia sebagai konten edukasi sekaligus konten hiburan. 

Begitu pula kreator Indonesia bernama Sandrina Mazaya yang seperti kita kenal adalah pemenang dari Indonesia Mencari Bakat 3 dengan nama akun TikTok-nya @sandrinaazzhra dan memiliki followers hampir dua juta followers

Ia juga kerap kali menampilkan beberapa video mengenai tari tradisional Indonesia dan juga mengkombinasikannya dengan tari modern dari TikTok, seperti salah satu videonya yang viral yaitu ketika ia mengkombinasikan tari tradisional dan tari modern di TikTok dengan views mencapai sembilan juta.

Sumber : TikTok.com/@ras.ras.laras
Sumber : TikTok.com/@ras.ras.laras

Sumber : Dailysia
Sumber : Dailysia

Berdasarkan data di atas, Laras dan Sandrina memanfaatkan media sosial yaitu TikTok sebagai wadah untuk mengedukasi masyarakat mengenai kebudayaan di Indonesia dari segi seni tari tradisional di Indonesia. 

Mereka mengedukasi sekaligus mengajak kita untuk bisa melestarikan dan mengenali lebih lagi tarian tradisional dari Indonesia. Bahkan TikTok juga mendorong masyarakat untuk membuat karya video mengenai konten edukasi kepada masyarakat. 

Menurut Putri (2020) mengatakan bahwa ada beberapa rangkaian kegiatan dalam program ini, salah satunya #SamaSamaBelajar yang juga mengajak institusi seperti universitas di Indonesia dengan mengunjungi universitas di Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta untuk mendorong lebih banyak kreator video edukasi. 

Program ini juga pastinya mendapatkan dukungan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), termasuk konten edukasi terkait kebudayaan di Indonesia.

Adanya interaksi budaya yang terjadi di dalam kolom komentar masing-masing akun TikTok mereka. Banyak komentar dari masyarakat yang dilontarkan, ada yang memberikan lebih lagi informasi mengenai seni tari asal daerahnya, memberikan dukungan terhadap konten edukasi Laras dan Sandrina, ada juga yang memberikan sedikit edukasi terkait kebudayaan selain budaya dari seni tari, ada pula dukungan dari kreator TikTok lainnya. 

Maka, interaksi budaya ini terjadi di dalam media sosial TikTok dimana aplikasi ini menjadi sebuah media dalam berinteraksi budaya antar kreator dengan kreator, kreator dengan penonton, dan penonton dengan penonton.

Menurut Harold Lasswell (dalam Baldwin, 2014, dkk. h. 204), ia mengemukakan mengenai sebuah pola komunikasi itu memerlukan pemahaman bahwa pola terjadi pada beberapa level yang berputar-putar bahkan satu level linier, dengan pertanyaan, “Siapa mengatakan apa, di saluran mana, kepada siapa, dengan efek apa”. 

Namun iklim media saat ini membuat pendekatan dari Lasswell terlalu sederhana, yaitu seperti model pengiriman informasi yang paralel. Padahal sekitar satu abad yang lalu, peneliti media berteori tentang pengertian efek langsung yaitu bagaimana media memiliki pengaruh yang kuat dan langsung pada audiens yang cukup pasif dan homogen dimana jika dibandingkan dengan sekarang, pandangan ini terlihat lebih kompleks.

 Sekarang kita “diperbolehkan” untuk memiliki hak dalam kebebasan berbicara dan berekspresi, siapa pun kita sebagai individu ataupun sebagai media. Kebebasan inilah yang memungkinkan kita menjadi diri kita sendiri di depan umum, dalam artian kita tidak memiliki “aturan” dalam berbicara dan berekspresi di media, terutama pada media sosial TikTok. Dimana kita bisa bebas menciptakan karya apapun, bebas dalam berkomentar, dan bebas dalam mengekspresikan diri kita dalam aplikasi TikTok ini. 

Namun, apakah media memiliki pengaruh terhadap budaya dan sebaliknya? TikTok sebagai media dalam interaksi budaya menjadi wadah bagi kreator untuk membagikan konten edukasi budaya kepada masyarakat internet dan masyarakat internet bisa menikmati dan membentuk persepsi mereka atas budaya terkait dari edukasi budaya yang mereka tonton.

Dan terjadinya pola komunikasi disini terjadi secara berputar yang terdapat pada kolom komentar dan terjadilah interaksi yang terjalin serta dengan adanya efek yang ditimbulkan dari pola komunikasi ini. 

Sebagaimana disebutkan dalam Teori Uses and Gratifications yang berbunyi bahwa para penonton atau pendengar mampu memilih dalam mengkonsumsi sebuah media (West & Turner, 2008, h.79) dan Teori Agenda Setting yang berbunyi bahwa media memberikan efek yang kuat kepada penonton atau pendengar dan juga membentuk struktur isu untuk publik (Littlejohn, dkk., 2016, h. 161). 

Maka jawaban dari pertanyaan di atas adalah TikTok bisa membentuk struktur isu dan pikiran masyarakat mengenai konten edukasi budaya dan muncullah persepsi masyarakat mengenai budaya khususnya seni tari tradisional di Indonesia yang dikombinasi dengan tari modern dari TikTok serta para pendengar dan penonton bisa memilih media yang mereka gunakan untuk membentuk pikiran mereka dan persepsi mereka atas kebudayaan tradisional di Indonesia.

Daftar Pustaka:

Baldwin, J. R., Coleman, R. R. M., Gonzales, A. & Packer, S. S. (2014). Intercultural Communication for Everyday Life. UK : Wiley Blackwell.

BBC Indonesia. (2018, 3 Juli). Kenapa Aplikasi TikTok Diblokir Pemerintah?. BBC.com. Diakses pada tanggal 9 Desember 2020.

Littlejohn, S. W., Foss, K. A., & Oetzel, J. G. (2016). Theories of Human Communication (ed. 11th). Long Grove : Waveland Press

Putri, A. R. (2020, 28 Februari). TikTok Dorong Kreator Konten Indonesia Bikin Video Edukatif. Kumparan.com. Diakses pada tanggal 10 Desember 2020.

Pertiwi, W. K. (2020, 11 September). Indonesia Sumbang Angka Unduhan TikTok Terbanyak di Dunia. Kompas.com. Diakses pada tanggal 9 Desember 2020.

West, T. & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi 2 (ed. 3rd). Jakarta : Salemba Humanika.

Zhang, L. (2018, 16 Juli). Indonesia Lifts Week-Long Ban on Short Video Platform TikTok. Pandaily.com. Diakses pada tanggal 9 Desember 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun