Abstrak
Generasi Z dikenal sebagai generasi digital yang lahir dan tumbuh dalam
perkembangan teknologi informasi. Meski memiliki banyak kelebihan seperti kreatif, adaptif,
dan inovatif, generasi ini juga menghadapi tantangan serius berupa degradasi karakter dan
perilaku etis. Fenomena ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari, baik di ranah digital maupun
sosial, seperti maraknya ujaran kebencian di media sosial, melemahnya kepedulian sosial,
dan meningkatnya mentalitas instan. Artikel ini membahas realitas yang terjadi, faktor
penyebab, serta dampak yang ditimbulkan, sekaligus menawarkan solusi berupa penguatan
pendidikan karakter, literasi digital, dan peran aktif keluarga serta masyarakat. Dengan
demikian, pembentukan karakter generasi Z bukanlah akhir dari segalanya, melainkan
tantangan yang bisa diatasi melalui teladan, dialog, dan pendampingan yang tepat.
Pendahuluan
Generasi Z sering disebut sebagai “digital native” karena lahir dan besar dalam arus
teknologi informasi yang serba cepat. Mereka terbiasa dengan internet, media sosial, dan
gaya hidup instan. Di satu sisi, generasi ini memiliki banyak potensi: inovatif, berani
mencoba hal baru, dan terbuka pada perubahan. Namun di sisi lain, ada kecenderungan
pembentukkan karakter yang semakin nyata.
Fenomena ini terlihat dari menurunnya etika komunikasi di media sosial,
kecenderungan menyontek atau mencari jalan pintas dalam belajar, hingga menurunnya
partisipasi sosial di lingkungan masyarakat. Jika dibiarkan, hal ini berpotensi melemahkan
integritas generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, pembahasan mengenai urgensi masalah
ini penting dilakukan sebagai bahan refleksi dan pijakan dalam mendampingi generasi Z
menuju masa depan
Hasil
Dari observasi fenomena sehari-hari, terdapat beberapa poin penting:
1. Realitas lapangan: maraknya ujaran kebencian di media sosial, melemahnya
kepedulian sosial, serta meningkatnya budaya instan di kalangan anak muda.
2. Faktor penyebab: keluarga yang sibuk, pengaruh media sosial yang dominan,
minimnya teladan publik, serta gaya hidup serba cepat.
3. Dampak: melemahnya integritas, renggangnya hubungan sosial, meningkatnya
konflik digital dan nyata, serta hilangnya kepercayaan publik terhadap generasi muda.
4. Solusi sederhana: penguatan pendidikan karakter di keluarga dan sekolah, literasi
digital sejak dini, pelibatan anak muda dalam kegiatan masyarakat, serta keteladanan
figur publik.
Pembahasan
Pembentukan karakter dan perilaku etis pada generasi Z tidak muncul begitu saja,
melainkan sebagai hasil dari kondisi sosial dan budaya yang membentuk mereka. Dunia
digital, misalnya, menawarkan kemudahan luar biasa, tetapi juga menjerumuskan pada
mentalitas instan.
Keluarga yang sibuk membuat anak lebih banyak belajar dari media sosial dibanding
dari orang tua. Figur publik yang seharusnya menjadi panutan justru memperlihatkan perilaku
tidak etis, sehingga menormalisasi tindakan yang tidak pantas. Akhirnya, anak muda terbiasa
dengan pola pikir “yang penting cepat dan viral” tanpa mempertimbangkan nilai etika.
Meski begitu, tidak semua generasi Z mengalami degradasi moral. Banyak juga yang
aktif di bidang sosial, lingkungan, maupun pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa Gen Z
punya potensi besar yang bisa diarahkan. Kuncinya ada pada pendampingan yang tepat:
memberi teladan, membuka ruang dialog, dan melibatkan mereka secara aktif dalam
kehidupan nyata.
Kesimpulan
Pembentukan karakter dan perilaku etis pada generasi Z merupakan persoalan serius
yang harus diperhatikan. Faktor penyebabnya beragam, mulai dari keluarga, media sosial,
hingga budaya instan yang mengakar. Dampaknya tidak hanya pada individu, tetapi juga
pada masyarakat secara luas.
Namun, fenomena ini bukan bencana yang tidak bisa dicegah. Justru menjadi alarm
bagi kita semua untuk kembali menguatkan pendidikan karakter. Jika keluarga, sekolah,
masyarakat, dan figur publik mampu memberikan teladan yang baik, generasi Z bisa
berkembang menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara digital, tetapi juga matang
secara moral.
Daftar Pustaka
Khodijah, I. S., Khodijah, A., Adawiyah, N., & Tabroni, I. (2021). Tantangan pendidikan
karakter di era digital. Lebah, 15(1), 23-32.
La ode Onde, M., Aswat, H., & Sari, E. R. (2020). Integrasi penguatan pendidikan karakter
(PPK) era 4.0 pada pembelajaran berbasis tematik integratif di sekolah dasar. Jurnal
Basicedu, 4(2), 268-279.
Pratama, R. (2022). “Media Sosial dan Degradasi Moral Anak Muda.” Jurnal Komunikasi
Digital, 14(2), 55–67.
Setiawan, Y. (2023). “Literasi Digital sebagai Solusi Krisis Etika Generasi Muda.” Jurnal
Pendidikan dan Teknologi, 8(1), 22–34
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI