Mohon tunggu...
DEVINA APRILIYANTI
DEVINA APRILIYANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura

Mahasiswi Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masalah Pengangguran Usia Muda di Indonesia

21 Juni 2021   15:19 Diperbarui: 21 Juni 2021   15:28 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Devina Apriliyanti 

Mahasiswi Sosiologi 

Universitas Trunojoyo Madura

Pengangguran mengacu pada istilah angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan sama sekali, sedang mencari pekerjaan, sedang menunggu item pekerjaan berikutnya, atau sedang berusaha mencari pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya karena jumlah tenaga kerja atau pelamar kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang ada yang dapat menyerapnya. Isu mengenai pengangguran usia muda menjadi banyak perhatian setelah ILO merilis bahwa 40 persen dari 202 juta pengangguran di dunia adalah pengangguran dengan rentang usia 15-24 tahun (ILO, 2012). Bahkan, diprediksi pengangguran kaum muda akan terus bertambah seiring dengan menmgkatnya populasi usia muda di beberapa negara berkembang.

Lebih lanjut, Global Empoymenl Trend 2012 menunjukkan bahwa kaum muda memiliki risiko tiga kali lebih besar menjadi pengangguran dibandingkan kaum dewasa. Sementara itu, di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, risiko kaum muda menjadi pengangguran sebesar lima kali Iebih besar dibandingkan kaum dewasa. Meskipun Indonesia mengalami penurunan jumlah pengangguran usia muda, tetapi proporsi pengangguran usia muda tersebut dibandingkan total pengangguran mengalami kenaikan yang signiftkan. Pada tahun 2012, 56 persen total pengangguran di Indonesia diisi oleh kaum muda. Proporsi ini Iebih besar dari tahun-tahun sebelumnya meskipun secara keseluruhan laki-1aki masih mendominasi pengangguran usia muda di Indonesia. Secara umum, kaum perempuan mengalami penurunan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Rata-rata penurunan pengangguran usia muda perempuan sebesar 6,6 persen, sedangkan pacta Iakilaki turun sebesar 3,7 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa probabilitas perempuan untuk mendapatkan pekerjaan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Realitas lain disebabkan oleh kesediaan perempuan untuk bekerja paruh waktu dibandingkan dengan laki-laki. Kaum muda sebagai generasi selanjutnya dalam meneruskan kegiatan pertanian memilih keluar dari pekerjaan pertanian karena kecilnya produktivitas akibat kecilnya laban pertanian yang dimiliki oleh keluarga. Perubahan sistem pembangunan di pedesaan, seperti industrialisasi pedesaan, menyebabkan kaum muda berpikir bahwa keberhasilan pekerjaan adalah mendapatkan pekerjaan formal di perkotaan daripada tinggal dan bekerja di sektor pertanian di desa.

Mentalitas anak muda yang mendefinisikan kesuksesan adalah bahwa hal itu dapat dilihat sebagai sukses di masyarakat pedesaan. Pengangguran pemuda jangka panjang ini juga akan menjadi masalah serius, karena modal manusia dan sosial akan menyusut, yang akan mengakibatkan hilangnya satu generasi untuk menciptakan pembangunan negara. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan bagi kaum muda. Memasuki pasar kerja meliputi: kurangnya informasi dan jaringan tentang posisi pekerjaan yang dibutuhkan, terutama bagi keluarga dengan status sosial rendah dan tidak dapat memasuki jaringan kerja; keterampilan yang diperoleh dari sekolah tidak sesuai dengan kebutuhan pasar; keterampilan sosial pengusaha dan etika profesional yang sesuai.

Untuk lulusan dan pencari kerja skeptis tentang kesenjangan antara kesempatan kerja, terutama di negara berkembang. Sulitnya kaum muda mencari pekerjaan dalam jangka panjang akan membuat mereka putus asa, dan secara psikologis mereka akan memiliki rasa terhina dalam kehidupan sosialnya. Meningkatnya pengangguran kaum muda akan berdampak pada masalah sosial dan ekonomi, yang dapat menjadi tantangan bagi kemajuan suatu negara. Pengangguran jangka panjang secara langsung akan berdampak pada berkurangnya sumber daya keluarga, karena tidak dapat menghasilkan pendapatan keluarga. Pada saat yang sama, untuk para patriark yang kehilangan pekerjaan dan langsung menjadi pengangguran, konsumsi rumah tangga menurun sebesar 24%. Selama periode tidak ada pendapatan, keluarga menggunakan tabungan dan pinjaman hidup untuk keluarga.

Dalam jangka panjang, beban yang harus ditanggung keluarga semakin berat. Hal ini akan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan menghambat negara berkembang khususnya Indonesia, karena sebagian besar pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi. Pengangguran kaum muda terjadi bukan hanya karena mereka memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi juga karena kualifikasi pekerjaan yang mereka butuhkan tidak sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki kaum muda tersebut. Tanpa adanya kesempatan kerja, kemampuan yang diperoleh dalam pendidikan akan menurun karena kemampuan tersebut tidak dapat digunakan. Selain mengurangi modal manusia, pengangguran kaum muda juga mengurangi modal sosial masyarakat.

Peningkatan pengangguran kaum muda akan berdampak pada masalah sosial dan ekonomi yang dapat menghambat kemajuan negara. Dalam jangka panjang, pengangguran akan berdampak langsung pada kehidupan individu, keluarga dan masyarakat. Ketika individu tidak bekerja, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pembelajaran formal, informal, dan informal akan tergerus karena tidak digunakan. Kemanusiaan. Demikian pula, ketika seseorang tidak bekerja, jaringan sosial di tempat kerja juga akan berhenti, yang mengakibatkan pengurangan modal sosial untuk mendapatkan akses ke pasar kerja. Oleh karena itu, semakin lama seseorang tidak bekerja, semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan baru, bagi orang muda yang sudah menikah dapat menyebabkan stres mental dan mempengaruhi kesehatan mental, kondisi fisik, dinamika keluarga, dan kesejahteraan anak.

Dalam jangka panjang, pengangguran kaum muda juga akan menjadi masalah serius, karena dapat mengurangi modal manusia dan sosial, sehingga menimbulkan kerugian generasi, sehingga menciptakan pembangunan suatu negara. Faktor-faktor yang menyulitkan kaum muda memasuki pasar kerja antara lain: kurangnya informasi dan jaringan tentang pekerjaan yang dibutuhkan, terutama bagi keluarga dengan status sosial rendah dan kesempatan yang terbatas untuk memasuki dunia kerja, dan keterampilan yang diperoleh dari sekolah tidak sesuai. kebutuhan dipasar dimasa lalu, pengusaha skeptis tentang keterampilan sosial dan etika profesional lulusan dan kesenjangan antara pelamar kerja dan lowongan pekerjaan, terutama di negara berkembang.

Dilain sisi, informasi menampilkan kalau pengangguran umur muda yang masuk dalam jenis mempersiapkan usaha dari tahun ke tahun jumlahnya sangat sedikit, serta dalam 5 tahun terakhir informasi menampilkan perkembangan yang tidak signifikan. Keadaan ini sejalan dengan riset White( 2012, yang melaporkan kalau sangat kecil keberhasilan program ILO buat mempromosikan aktivitas berwirausaha untuk kalangan muda sebab minimnya keahlian buat mengawali sesuatu bisnis baru, sehingga kalangan muda lebih memilah buat bekerja selaku karyawan di zona resmi serta memperoleh pendapatan secara berkala. Tetapi demikian zona resmi di Indonesia belum sanggup meresap aspirasi kalangan muda tersebut sebab zona resmi cuma sanggup meresap 30 persen tenaga kerja, sebaliknya sisanya terserap di zona informal.

Bermacam riset mengatakan kalau akibat dari pengangguran umur muda dalam jangka panjang hendak merendahkan modal manusia serta sosial. Prinsip utama modal manusia merupakan peninggalan yang mempunyai nilai buat tingkatkan investasi. Peninggalan tersebut bisa diperoleh dari jenjang pembelajaran, pelatihan, serta pengalaman yang diterimanya. Walaupun sebagian alasan dalam riset melaporkan kalau pembelajaran sangat memastikan kalangan muda buat masuk dalam pasar kerja, sebab dengan pembelajaran hingga kualifikasi dalam pasar kerja bisa dipadati, namun riset yang lebih klasik melaporkan kalau tingkatan pembelajaran tidaklah perihal yang sangat berarti dalam memastikan kualifikasi kalangan muda buat masuk ke pasar kerja.

Mereka berargumen kalau pengangguran kalangan muda terjalin bukan cuma sebab tingkatan pembelajaran yang dipunyai, melainkan pula sebab kualifikasi kerja yang diperlukan tidak cocok dengan keahlian serta pembelajaran yang dipunyai kalangan muda tersebut. Perihal ini nampak dari informasi pengangguran umur muda di Indonesia yang relatif bertambah jumlahnya walaupun secara. rata~rata mempunyai jenjang pembelajaran yang lebth besar dibandmgkan generasi tadinya. Di sisi lain penduduk umur muda yang sudah berakhir menempuh pembelajaran namun tidak mempunyai peluang buat bekerja hendak hadapi degradasi keahlian yang sudah diperolehnya di dalam pembelajaran sebab keahlian tersebut tidak bisa digunakan.

Tidak hanya menyusutnya modal manusia, pengangguran umur muda pula hendak merendahkan modal sosial di warga. Bank Dunia mendefinisikan modal sosial selaku suatu yang merujuk ke ukuran institusional, hubungan- hubungan yang terbentuk, serta norma- norma yang membentuk mutu serta kuantitas ikatan sosial dalam warga. Penafsiran modal sosial selaku stok serta ikatan yang aktif antarmasyarakat. Tiap pola ikatan yang terjalin diikat oleh keyakinan, silih penafsiran, serta nilai- nilai bersama yang mengikat anggota kelompok buat membuat mungkin aksi bersama serta bisa dicoba secara efektif serta efisien. Ketiadaan peluang kerja hendak memutuskan jaringan ataupun ikatan untuk kalangan muda buat melakukan aksi bersama serta menimbulkan hilangnya interaksi sosial yang efisien serta efektif di warga.

Tantangan dari hilangnya modal manusia serta sosial untuk sesuatu negeri merupakan hilangnya pembangunan ekonomi yang berkepanjangan( Ramcharan, 2004). Semenjak tahun 2003, Indonesia sudah membentuk Jejaring Lapangan Kerja untuk Kalangan Muda Indonesia yang ialah tindak lanjut dari saran panel intemasional tentang kebijakan tenaga kerja untuk kalangan muda. Program I- YEN dilaksanakan oleh Bappenas yang secara teknis dibantu oleh ILO serta dibiayai oleh Pemerintah Belanda. Tujuan utama dalam program tersebut merupakan tingkatkan penyerapan tenaga kerja muda lewat program kewiraswastaan, pemagangan, serta pelatihan. Walaupun Indonesia sudah bersedia buat dijadikan percontohan dalam mengatasi pengangguran umur muda, dalam realitasnya, Indonesia masih dihadapkan oleh besamya angka pengangguran umur muda yang sebagian besar terjalin di wilayah perkotaan dengan tingkatan pembelajaran menengah ke atas.

Bermacam kebijakan terpaut kalangan muda masih belum terlaksana dengan efisien. Dikala ini, baru 28, 5 persen dari penerapan kebijakan tersebut yang menargetkan secara khusus kalangan muda di Indonesia. Tidak hanya itu, distribusi penerapan program belum menuju pada pembangunan pedesaan, sehingga migrasi kalangan muda dari desa ke kota terasa besar serta ekonomi perkotaan sendiri tidak sanggup meresap besamya migrasi kalangan muda tersebut. Di lain sisi, pertanian pedesaan hadapi kekurangan tenaga kerja muda. Atensi kalangan muda buat bekerja di pertanian masih sangat kecil dengan alibi rendahnya pemasukan yang diterima. Atensi ataupun aspirasi kalangan muda secara langsung dibangun oleh area keluarga, sekolah, serta komunitas kalangan muda di desa yang sebagian besar menyangka keberhasilan kalangan muda merupakan mendapatkan pekerjaan di perkotaan.

Bermacam program yang diperuntukan buat tingkatkan atensi kalangan muda dalam meneruskan aktivitas pertanian orang tua sangat dibutuhkan selaku dasar buat melindungi penyeimbang tenaga kerja muda yang ada di pedesaan serta kurangi besarnya pengangguran diperkotaan yang berakibat pada permasalahan sosial- ekonomi di Indonesia.Walaupun pemerintah sudah melaksanakan program sarjana masuk desa serta kewirausahaan, arus migrasi pemuda dari desa ke kota terus menjadi bertambah. Sedangkan itu, wilayah perkotaan belum sanggup sediakan lapangan kerja untuk mereka. Program kenaikan nilai di zona pertanian semacam akses laban untuk kalangan muda, agrobisnis, ekowisata di pedesaan sangat dibutuhkan buat menarik kembali atensi kalangan muda melanjutkan pekerjaan di pertanian. Kebijakan yang efisien buat tingkatkan pekerja muda wajib jadi bagian dari strategi merata dari ketersediaan lapangan kerja lewat perkembangan ekonomi serta pekerjaan yang intensif. Perkembangan ekonomi wajib menuju pada pekerjaan yang sanggup menampung tingginya jumlah angkatan kerja muda dengan distribusi yang menyeluruh buat menjauhi migrasi yang besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun