Mohon tunggu...
Devi Gusrial
Devi Gusrial Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi berkarya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna langkah 4 dalam Silek pangian rantau batanghari

14 Juni 2025   16:39 Diperbarui: 14 Juni 2025   16:39 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Silek Pangian, salah satu aliran silat tradisional Minangkabau yang berkembang di Rantau Batang Hari, dengan fokus pada analisis langkah (gerakan) dan makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Silek Pangian tidak hanya berfungsi sebagai seni bela diri, tetapi juga sebagai medium pelestarian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat Minangkabau. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi, melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan pesilat dan tokoh adat, serta analisis audiovisual terhadap gerakan Silek.Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah-langkah dalam Silek Pangian memiliki struktur yang khas, menggabungkan prinsip tagak (kuda-kuda), langkah (pergerakan), dan buah (teknik serangan) yang dinamis, serta sarat dengan simbol-simbol alam Minangkabau. Setiap gerakan mengandung makna filosofis seperti keseimbangan hidup (adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah), ketangkasan, dan kehati-hatian. Selain itu, Silek Pangian juga berperan dalam membentuk identitas komunitas dan memperkuat solidaritas sosial di Rantau Batang Hari.

Keyword:Silek,pangian,minangkabau.

PENDAHULUAN

Silek Pangian Rantau Batang Hari merupakan salah satu seni bela diri tradisional Minangkabau yang berkembang di sepanjang aliran Sungai Batanghari, khususnya di wilayah Jambi dan Sumatera Barat. Sebagai bagian dari khazanah budaya Minangkabau, Silek ini tidak hanya berfungsi sebagai sistem pertahanan diri, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis, spiritual, dan sosial yang mendalam. Silek Pangian memiliki ciri khas dalam gerakan (langkah), strategi bertarung, dan pendekatan psiko-spiritual yang membedakannya dari aliran Silek lainnya.

Dalam budaya Minangkabau, Silek bukan hanya latihan fisik,tetapi juga tempat pendidikan karakter (adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah). gerakan dalam Silek Pangian Rantau Batang Hari mengambarkan prinsip keseimbangan antara ketangguhan dan kelembutan, kepastian dan kelincahan serta harmoni dengan alam. tetapi seiring perkembangan zaman, Silek Pangian mulai terancam oleh kurangnya generasi dan dokumentasi yang sistematis. ,penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan menganalisis (langkah demi langkah) dalam Silek Pangian sebagai usaha untuk melestarikan warisan budaya

Silek Minangkabau merupakan referensi dari kehidupan sosial yang ada di Minangkabau. Silek merupakan Pendidikan yang biasanya diajarkan di surau- surau yang ada di Minangkabau (Meri Rhama Nelly, 2016). Menurut Nadya Wardana (2022) dalam tulisannya Gerakan Silek Harimau memiliki kudo-kudo yang rendah yang bermakna gerakan yang menyatukan dan menyesuaikan dengan alam Minangkabau. Silek dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia memiliki pengertian sebuah olahraga yang berfokus pada ketangkasan membela diri dan menggunakan senjata. Sedangkan Harimau memiliki makna hewan buas yang senang memakan daging dan rendah adalah keadaan yang tidak tinggi dan mendekat ke tanah.

Umumnya, Silek di Minangkabau disesuaikan dengan nama daerah atau tempat aliran Silek itu berkembang, seperti Silek Kumango, Silek Lintau, Silek Sungai Patai, Silek Pangian, Silek Sitaralak, Silek Sugiridiek, Silek Luncua, Silek Koto Anau, Silek Sungai Pagu, Silek Sunua, Silek Pasisia, Silek Bayang, Silek Paninjauan, Silek Pauh, dan Silek Gunuang. Adapun nama aliran Silek yang diambil dari alam adalah Silek Unggan, Silek Gayuang Salacuik, Silek Jantan dan Batino, Silek Balam, Silek Harimau, Silek Rantau, Silek Ulu Ambek, Silek Alang, Silek Sacabiak Kapan, Silek Natal Gajah Dorong, Silek Lamo Alif, Silek Buah Tarok, Silek Buayo Lalok, Silek Ilau ( Djamal, 2001:12)..

METODE

 Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi, meliputi observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan guru Silek dan analisis audiovisual. Data dikumpulkan dari laman(perguruan)Silek pangian rantau batang hari di nagari sungai dareh,kecamatan pulau punjung,kabupatenDharmasraya provinsi sumatera barat. Teknik pengumpulan/ pengambilan data kualitatif pada dasarnya bersifat tentatif karena penggunaannya ditentukan oleh konteks permasalahan dan gambaran data yang mau diperoleh. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif peneliti biasanya diibaratkan sebagai bricoleur(Ummah, 2019).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.jumlah langkah dalam Silek pangian rantau batanghari ada 4 langkah:

Langkah pertama melangkahkan kaki kanan,langkah ke dua melangkahkan kaki kiri,langkah ke tiga melangkahkan kaki kanan dan langkah ke empat melangkahkan kaki kiri.

2.makna yang terkandung dalam langkah Silek pangian rantau batanghari ada 4 langkah.

Yakni = langkah 1 (L)bermakna: "Tidak ada" (penafian/penolakan mutlak).

 Langkah 2 (Ilha) bermakna: "Tuhan (yang disembah)" (dari akar kata aliha--ya'lahu yang bermakna "menyembah").

               langkah 3 (Ill) bermakna: "Kecuali" (pengecualian/penegasan).

               Langkah 4 (Allhu): "Allah" (Nama Tuhan Yang Maha Esa, Dzat yang berhak disembah).

      JADI KULIMAH LAILLAHAILALLAH

"Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah."

(L ilha): Menolak semua klaim ketuhanan yang batil.

(illallhu): Menetapkan bahwa hanya Allah satu-satunya yang hak.

KESIMPULAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa langkah-langkah dalam Silek Pangian Rantau Batanghari tidak hanya merupakan teknik bela diri, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai filosofis dan spiritual yang dalam. Empat langkah dalam aliran Silek pangian secara langsung merepresentasikan kalimat tauhid "L ilha ill Allh" ("Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah."), yakni:

1.Langkah 1 (L): Penolakan terhadap segala bentuk ketuhanan palsu.

2.Langkah 2 (Ilha): Pengakuan akan adanya Tuhan yang disembah.

3.Langkah 3 (Ill): Penegasan bahwa hanya ada satu Tuhan sejati.

4.Langkah 4 (Allhu): Menetapkan bahwa hanya Allah-lah yang berhak disembah.

Melalui pemaknaan ini, Silek Pangian menjadi media internalisasi nilai religius dalam praktik seni bela diri. Selain itu, Silek berperan penting dalam pelestarian budaya Minangkabau serta membentuk identitas sosial dan spiritual masyarakat, khususnya di wilayah miangkabau Sumatra barat. Di tengah era modernisasi, upaya dokumentasi dan pelestarian Silek pangian dikalangan anak muda sangat penting agar nilai-nilai luhur dan nilai tradisi tidak hilang tergerus oleh zaman.

DAFTAR PUSTAKA

(Saputra, n.d.) (Fajri, 2021)(Sufi Anugrah, Rona Almos, 2019)(Tuttriana, 2024)(Sukri, 2023)(Rika Widianita, 2023)(Adolph, 2016)(Mita Rosaliza, Muhammmad Fajar Vierta Wardhana, 2020) (Suryadi & Putra, 2019) (Ummah, 2019) (Afriansah & Wimbrayardi, 2022)

Adolph, R. (2016). NILAI-NILAI SOSIAL ADAT MINANGKABAU DALAM SILEK PAUH DI PERGURUAN SINGO BARANTAI LUBUK LINTAH KECAMATAN KURANJI PADANG. 9(4), 1--23.

Afriansah, R., & Wimbrayardi, W. (2022). Fungsi Musik Kalinong Dalam Kegiatan Memanen Padi Di Rantau Panjang Kelurahan Mampun Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Jurnal Sendratasik, 11(1), 111. https://doi.org/10.24036/js.v11i1.113977

Fajri, E. (2021). Ethnography Transformasi Langkah Tradisi Silek Tuo Gunuang Menjadi Silek Lanyah di Kubu Gadang Kelurahan Ekor Lubuk Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang. 1.

Mita Rosaliza, Muhammmad Fajar Vierta Wardhana, R. (2020). MAKNA SYARAT DAN UNSUR SILEK DESA KUBU GADANG. 17(1), 43--66.

Rika Widianita, D. (2023). makna gerakan Silek tuo sumbayang. AT-TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi Islam, VIII(I), 1--19.

Saputra, I. (n.d.). SILEK KUMANGO: KEBERADAAN, KEBERADAAN, PEWARISAN, DAN KEARIFAN LOKAL MINANGKABAU. 2, 73--94.

Sufi Anugrah, Rona Almos, R. (2019). Leksikon dalam gerak Silek pauah. 8(1), 33--48.

Sukri, A. (2023). Silek sitaralak disertasi karya seni. 1--73.

Suryadi, D., & Putra, E. V. (2019). Makna Gerakan Silat Harimau Damam Syekh Kukut. 1(2), 118--124.

Tuttriana, I. (2024). Keunikan Penyajian Silek Pangian Rantau Batanghari di Jorong Kampung Surau Kenagarian Gunung Selasih. 1, 218--227.

Ummah, M. S. (2019). penelitian kuaitatif. In Sustainability (Switzerland) (Vol. 11, Issue 1). http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun