Mohon tunggu...
Devidia Tri Ayudiansyah
Devidia Tri Ayudiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - #akuberpikirmakaakuada

Nulla Tenaci Invia Est Via~

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jelajah Laku Sejawat

23 Agustus 2020   11:45 Diperbarui: 23 Agustus 2020   11:40 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: freepik.com

Pagi itu seusai menghadiri pesta pernikahan kawan, saya dan teman mampir ke toko buku. Singkat cerita, kami sedang mencari buku self-improvement dan tidak sengaja melirik ke buku parenting. 

Saat saya menawarkan salah satu buku yang sinopsis dan reviewnya bagus, teman saya menolak dengan alasan belum saatnya. “Engga ah aku belum siap jadi bapak. Pengen nikah aja belum ada. Sorry ya.” Ujarnya.

Berbicara tentang parenting, saya jadi teringat beberapa kejadian selama liburan dan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) terlaksana. Banyak kejadian yang membuat saya berpikir, sebenarnya bagaimana dulu parenting kedua orang tua saya. 

Apa harapannya? Hingga saya bisa menghadapi situasi A dengan tindakan A. Atau kadang menghadapi situasi B dengan berat. Misalnya, saat ada yang menanyakan “Apa saya cantik dengan make up ini?”, mungkin beberapa teman bisa menjawab dengan jujur jika memang hasil make upnya menor. 

Tapi saya tidak, saya bisa sampai berpikir beribu kali, menarik nafas dalam-dalam untuk jujur. Bahkan masih perlu mikir panjang dan diskusi dengan batin sendiri secara lama. 

“Gimana kalau dia sedih, gimana kalau dia insecure.” Begitulah isi kepala saya, yang sering sekali pada akhirnya saya melontarkan kalimat penenang, bagus kok make-upnya, kamun cantik.

Pada dasarnya saya paham, hal ini menjadi habits yang bodoh bagi saya. Dengan pembiasaan sejak kecil untuk menghibur orang lain, atau jangan sampai menyakiti perasaan orang lain dengan dalih jujur, saya jadi memang benar tidak jujur. Hal buruknya, saya susah menegur, dan mungkin teman saya yang tidak sempat tertegur jadi berpenampilan kurang baik. Terkena imbas ketidakjujuran saya.

Bertemu kawanan baru saat magang kuliah, teman main, bahkan sasaran mitra KKN  mempertemukan saya dengan berbagai macam hasil pola didik atau parenting. 

Ada yang sikapnya sopan saat dihadapan orang lebih tua, ada yang omong dibelakang, ada yang blak blakan. Jika dibenturkan secara teoritisnya, kejadian ini bukan karena “memang itu sikapnya, attitudenya” tapi juga pola asuh dan bawaan dari orang tua. 

Seperti yang disampaikan Analisa dalam konten youtubenya “Menganalisa” adanya Inner child, atau kebiasaan, kecamasan, sampai trauma masa kecil yang tetap terbawa hingga dewasa. 

Teman saya yang hobi blak-blakan komentar ini itu, ya bisa saja hasil dari inner child mereka. Begitupun yang tipenya sangat sopan dan pemalu jika berbincang dengan orang yang lebih sepuh atau tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun