Mohon tunggu...
Devi P. Wihardjo
Devi P. Wihardjo Mohon Tunggu... Editor - Hidup Yang Menghidupkan

Pemerhati Pemerintahan, Politik, Sastra, Filsafat, Ekonomi Indonesia, Pendidikan dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Meresapi Swadeshi Gandhi untuk Kebebasan Ekonomi Indonesia

26 Agustus 2019   18:36 Diperbarui: 28 Agustus 2019   16:10 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Mahatma Gandhi di Parliament Square, London, Inggris. (Wicak Hidayat/KompasTekno)

"Berprilaku jujur memang sulit, Namun bukan tidak mungkin dilakukan"- Mahatma Gandhi. 

Kemandirian agaknya menjadi ironi saat ini, pada negara yang merasa diri yang sudah merdeka selama 74 tahun ini ternyata masih dipertanyakan jiwa mandirinya, saya jadi membayangkan kakek tua yang berusia 74 tahun yang sudah mulai renta dan butuh bantuan orang untuk melakukan segala sesuatu. 

Kemandirian dalam fase kehidupan manusia ada beberapa proses yang umumnya di lewati. Intinya kemandirian itu sendiri adalah sikap otonom atau tidak mudah untuk dipengaruhi orang lain dan berani mengambil keputusan juga tak bergantung kepada orang lain. 

Indonesia butuh tokoh semisal Mahatma Gandhi yang rela hidup dengan kepapaan dengan semangat cinta tanah air yang besar. Sedikit melantur ,masihkah ada manusia baik layaknya tokoh Raden Mas Tirto Adi Suryo dalam film Bumi Manusia yang diilhami dari Novel karya Proedya Ananta tour yang baru saja saya saksikan di Bioskop?

Ada dialog yang paling saya suka yang diucapkan oleh Tirto yang dimainkan dengan apik oleh Iqbal Ramadhan. "Saya ingin menjadi orang bebas, tidak diperintah DAN tidak memerintah". 

Akankah kemandirian ekonomi kita akan berbuah kebebasan ekonomi?

Ketika merenungi makna kemandirian, maka bangsa kita tak akan pernah melupakan jasa Mahatma Gandhi yang berhasil mengilhami kaum nasionalis Indonesia untuk juga memiliki kemandirian ekonomi, sebut saja Mohammad Hatta yang terinsiprasi dari Gandhi kemudian membuat konsep Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia pasca kolonialisme Belanda yang mencengkeram Nusantara selama lebih dari 350 tahun.

Hatta tergerak ketika melihat dan merasakan penderitaan rakyat pribumi jelata, yang kemudian mendorongnya untuk memelopori gerakan koperasi yang pada prinsipnya bertujuan memperbaiki nasib rakyat kecil miskin dan kelompok ekonomi lemah. Koperasi dipandang oleh kaum nasionalis sebagai kunci bagi bangsa Indonesia dalam meraih kembali kendali kehidupan ekonomi, membebaskan diri dari kapitalisme asing dan para lintah darat.

Bagi Hatta, koperasi adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Hingga hari ini, Indonesia masih dihadapkan pada masalah kemiskinan, tingginya tingkat pengangguran, dan membanjirnya produk-produk impor yang memukul industri nasional. Gerakan koperasi yang dahulu diusung oleh kaum pergerakan tampak masih sangat relevan untuk membangun kemandirian ekonomi Indonesia.

Mohandas Karamchand Gandhi atau lebih dikenal dengan nama Mahatma Gandhi pernah memopulerkan sebuah gerakan perlawanan yang dikenal dengan nama Swadeshi. Gagasan Swadeshi ini masuk ke dalam kosakata wacana politik Indonesia sejak pertengahan tahun 1920-an.

Visi sosial Gandhi adalah melepaskan puluhan juta rakyat India dari jerat kemiskinan dengan melakukan gerakan produksi dalam negeri oleh massa (padat karya), sekaligus melepaskan ketergantungan pada produk impor.

 Produksi dalam negeri dikemas sederhana, sehingga masyarakat bisa membelinya. Tetapi dengan meningkatnya daya beli, maka kemasan produksi dalam negeri pun semakin dikemas dengan lebih baik. Ajaran Mahatma Gandhi tentang swadesi merupakan ajaran untuk cinta tanah air. 

Menurutnya, konsep swadesi memiliki hubungan yang erat dengan semangat swaraj sebagai cita-cita bersama seluruh warga India, bahkan seluruh manusia. Dalam bahasa sederhana diartikan sebagai menggunakan apa yang dihasilkan oleh negeri sendiri. Konsep ini mengarah pada swaraj dalam arti pemerintah oleh negeri sendiri (self rule) yang senjatanya bertumpu pada kekuatan sendiri (self rellance).

Swadeshi berasal dari kata --swa- yang berarti mandiri atau sendiri dan --desh- yang berarti negara. Berdasarkan asal katanya, Swadeshi dapat diartikan sebagai negara mandiri. Keberhasilan gerakan Swadeshi di India disampaikan dengan baik kepada orang-orang Indonesia yang berpendidikan Barat. Mereka menjadi peka terhadap pentingnya sikap mandiri dalam ideologi yang dipegang oleh gerakan kaum nasionalis India.

Padahal ajaran yang dibawanya sangatlah sederhana. Dimana ajarannya banyak bersumber pada kepercayaan Hindu Tradisional: kebenaran (satya) dan non-kekerasan (ahimsa). 

Sementara itu Swadeshi itu sendiri adalah mengajak rakyat India menghargai kerja tangan dan desentralisasi produksi. Jika produksi massal memuja individualisme, ekonomi yang berbasis pada masyarakat desa memupuk semangat gotong-royong menuju kesejahteraan bersama.

Kejujuran dan Kekeluargaan dalam Ekonomi yang Mandiri

Kerja tangan Gandhi yang tampak sederhana itu punya akar pemikiran mendalam. Yakni tentang swadeshi, atau kemandirian ekonomi lokal, dimulai dari kemandirian di tingkat desa. 

Merenungi ajaran 'Swadeshi' Gandhi, tentu akan menjadi cermin bagi munculnya kepemimpinan yang jujur dan kerap menghendaki kebaikan bagi rakyatnya. Konon, gagalnya sisitem koperasi di Indonesia sebab tak mampunya para pemimpin kita untuk mengendalikan investasi asing dan tak mampu membangun membangun Indonesia dari Desa atau pinggiran.

Desa sudah seharusnya mandiri, bukan hidup dari subsidi seperti yang dilakukan pemerintah melalui Dana Desa. Keberdayaan ekonomi desa muncul dari jalur distribusi ekonomi yang tak punya banyak hambatan baik itu dari tingkatan swasta atau birokrasi. 

Jika melihat langka Gandhi yang menjungkir balikkan konsep produksi colonial Inggris semasa itu yang cederung tersentral, padat modal, terindustrialisasi, dan mekanis. 

Dia menentang "produksi massal" (mass production) yang merendahkan martabat dan cenderung hanya mengambil keuntungan dari warga desa, Gandhi justru menyarankan rakyat untuk membuat sebuah produk ( production by mass). Lalu jika anak muda kita lebih bangga memakai GUCCI, LV, Supreme, ZARA atau produk asing lain, kapan Indonesia bisa punya kemandirian ekonomi?.

Jika kita sudah memulainya dengan menjalankan Nawacita dengan baik, maka sebenernya secara jujur kita juga tak akan merendahkan produk dalam negeri kita, cinta produk dalam negeri memang harus di galakkan, bukan hanya slogan semata tapi juga mental pemimpin kita yang jangan mau dilemahkan oleh asing. 

Bung Hatta yang juga terinspirasi oleh Swadeshi pernah mengatakan. "Indonesia tidak akan terang karena obor di Jakarta, tapi Indonesia akan bercahaya karena lilin-lilin di desa".

Menurut kaidah swadeshi, apa saja yang dibuat dan diproduksi di desa pertama-tama harus digunakan dan dibeli oleh penduduk desa itu sendiri. Pertukaran niaga antara desa atau kota untuk barang kebutuhan pokok harus sesedikit mungkin. 

Desa menjadi lebih kokoh, terbebas dari gejolak ekonomi dari luar. Desa adalah miniatur negeri. Swadeshi tak hanya merupakan cetak biru ekonomi kerakyatan tapi juga kedaulatan (politik) rakyat.

Gandhi kental mengilhami pemikiran proklamator kita, pada konsep berdikari Bung Karno dan pada kedaulatan desa ala Bung Hatta. Bagi Gandhi dan Hatta, kedaulatan desa adalah bentuk kedaulatan paling hakiki. 

Sistem ekonomi dan politik desa tak hanya peduli pada capaian materi, tapi juga capaian budaya, seni, harmoni sosial, dan spiritual. 

Tak hanya swadeshi membebaskan rakyat dari kolonialisme asing, tapi juga oleh kolonialisme bangsa sendiri lewat sistem ekonomi-politik yang merendahkan martabat manusia dan merusak lingkungan alam.

Sementara itu dalam koperasi, beberapa problem struktural yang dihadapi pemerintah, petani maupun konsumen bisa sekaligus dipecahkan. Koperasi memperkuat modal sosial, berupa peningkatan kemampuan manajerial dan kemampuan menyerap pengetahuan serta ketrampilan baru tak hanya dalam budidaya, tapi juga pada pengolahan pangan. 

Bagi Gandhi dan Hatta, kedaulatan desa adalah bentuk kedaulatan paling hakiki. Sistem ekonomi dan politik desa tak hanya peduli pada capaian materi, tapi juga capaian budaya, seni, harmoni sosial, dan spiritual.

Asas Kekeluargaan dalam koperasi begitu pekat dalam mengilhami demokrasi , lahir dari dasar negara kita Pancasila, khususnya sila keempat. Ini artinya setiap persoalan, setiap keputusan dan tata kelola koperasi dibicarakan dalam sebuah musyawarah untuk mufakat. 

Semangat ini sungguh luntur dan hilang karena dikikis oleh pragmatisme.  Budaya musyawarah hilang, berganti budaya voting yang adalah warisan dari budaya liberal. 

Hal itu menghilangkan sifat-sifat luhur dari kekeluargaan itu sendiri yaitu, mengutamakan kepentingan bersama untuk kesejahteraan bersama, kejujuran, semangat solidaritas dan bela rasa, mengutamakan persatuan demi kepentigan bersama.

Swadeshi yang merupakan salah satu dari empat prinsip (Ahimsa, Hartal, Swadeshi, Satyagraha)  Mahatma Gandhi dalam memperjuangkan kemerdekaan India dari penjajahan Kolonialisme Inggris menjadi pokok ajaran besar arah kemerdekaan Indonesia yang Ingin hidup mandiri tak terjajah dari Kolonialis Belanda dan semua kolonialis yang sangat tergiur dengan kekayaan alam dan kekayaan budaya bangsa.

Tak aka nada yang sempurna dari sebuah ajaran, prinsip atau buah piker seseorang, semua itu tak lepas dari segala kekurangan dan kelebihan nya masing-masing. Akan tetapi Indonesia patut membuat sebuah gebrakan besar untuk kemajuan peradaban dimasa datang, walaupun praktiknya sejarah akan selalu mengulang Try and Error.

Keberdayaan masyarakat yang ditandai adanya kemandiriannya dapat dicapai melalui proses pemberdayaan masyarakat. Keberdayaan masyarakat dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat yang difasilitasi dengan adanya pelaku pemberdayaan. 

Lalu buah dari kemandirian ekonomi adalah Kebebasan ekonomi, kebebasan untuk memasuki pasar dan bersaing di pasar serta perlindungan hak kepemilikan. 

Ini adalah resep terbaik untuk memerangi kemiskinan dan meraih kesejahteraan. Globalisasi menyediakan lebih banyak kesempatan daripada tantangan. Perekonomian yang berbasis pasar mendorong terjadinya pertumbuhan.

Saya yakin jika Indonesia serius memperjuangkan kemandirian ekonomi, bukan tidak mungkin kita akan siap menjadi negara super power, sebab prasayarat untuk menjadi negara super power adalah kejujuran dari para pemimpin bangsa juga keihlasan untuk membuat masyarakat Indonesia sejahtera. 

Dimulai dengan kemajuan desa, pemerataan kesejahteraan, menipiskan jurang sosial, dan membuat alur birokrasi antara daerah kepusat lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun