Mohon tunggu...
Devfrass88
Devfrass88 Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang blogger

Halo saya devi, baru belajar di dunia blogging..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Itu Bakcang? Lalu Kenapa Harus Disantap saat Hari Raya Peh Cun?

19 Mei 2022   18:24 Diperbarui: 19 Mei 2022   18:28 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengingat sebentar lagi sudah mau hari Bakcang atau hari Peh Cun, mari bahas sedikit yuk tentang Bakcang dan asal mulanya Peh Cun.

Duanwu Jie () atau yang dikenal oleh masyarakat Tionghoa dengan sebutan festival Peh Cun adalah salah satu festival penting dalam kebudayaan dan sejarah Cina.

Peh Cun sendiri diambil dari bahasa Hokkian dari kata pachuan () yang dalam bahasa Indonesia artinya mendayung perahu. Meskipun perlombaan perahu naga sudah jarang ditemui dikalangan Tionghoa masyarakat Indonesia, namun untuk kata Peh Cun tetap digunakan untuk menyebut hari raya ini.

Hari raya ini dirayakan setiap tahun pada tanggal 5 bulan 5 kalender Imlek Tionghoa dan jika dihitung dari jaman Dinasti Zhou sudah berumur lebih dari 2.300 tahun.

Ada berbagai istilah yang digunakan untuk sebutan hari Peh Cun ini dari berbagai belahan dunia, Hari Bakcang, Festival Perahu Naga, Festival Dumpling dan ada juga yang menyebutnya sebagai Double Kelima Festival karena diadakan pada hari 5 dan bulan 5 kalender imlek.

Hari Peh Cun ini berhubungan dengan sejarah seorang yang bernama Yu Quan. Ia merupakan seorang sastrawan dan menteri di negara Chu. Ia sangat pandai dalam menjalin hubungan baik dengan kerajaan lain demi membangun aliansi untuk melawan negara Qin. Hal ini membuatnya sangat disukai oleh semua masyarakatnya.

Namun, ia difitnah oleh salah seorang dari keluarga kerajaan yang iri padanya hingga berujung pada pengusiran beliau dari ibu kota negara Chu. Ia yang sedih karena fitnahan tersebut, kemudian mengambil jalan pintas dengan menenggelamkan diri ke sungai Miluo.

Menurut cerita turun temurun, ia melompat ke sungai pada tanggal 5 bulan 5. Rakyat yang sedih kemudian mencari jenazah sang menteri di sungai tersebut.

Mereka lalu melemparkan nasi, makanan lain ke dalam sungai  sambil menabuh drum dengan maksud agar ikan, hewan lain serta roh jahat dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah sang menteri.

Mereka juga membungkus makanan tesebut dengan dedaunan untuk menghindari makanan tersebut dari naga dalam sungai, itulah yang kita kenal sebagai bakcang sekarang.

Para nelayan yang mencari jenazah sang menteri dengan perahu akhirnya menjadi asal muasal perlombaan perahu naga setiap tahunnya.

Sebenarnya, tradisi makan bakcang ini sendiri sudah ada dari jaman Qun Chiu. Bakcang melambangkan nasi atau beras bungkus yang dilempar kesungai. Bakcang dibungkus dengan daun membentuk runcing yang seperti tanduk sapi. Keempat sisinya melambangkan arti dan harapan baik.

Bakcang sekarang sudah menjadi santapan umam. Padahal dulu sekali bakcang hanya bisa dijumpai di  hari sekitar peh cun, yaitu saat akan sembahyang (sajian untuk sembahyang).

Bakcang terdiri dari 2 macam

Bakcang Beras, cuma orang Jakarta (Jawa Barat juga banyak ditemui) yang biasa memakannya. Sementara di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, dan Kalimantan bakcang terbuat dari ketan. 

Di beberapa daerah tertentu, bentuk bakcang berbeda dari bakcang yang biasanya kita lihat sekarang ini. Untuk isiannya, umumnya menggunakan daging babi. Tetapi karena bakcang sudah menjadi makanan yang terkenal di berbagai kalangan, isiannya tidak hanya berisi daging babi saja. Masih cocok diganti dengan daging ayam, dan bisa juga dengan daging sapi.

Untuk isian seafood, tidak cocok yah.. Karena bakcang sendiri biasanya disimpan untuk waktu yang cukup lama.

Apa itu Kwee Cang?

Nah ada lagi nih, mirip dengan bakcang, tapi kecil. Itu kwee cang namanya. Bacang ketan, tapi tanpa isi. Ini merupakan bakcang untuk vegetarian. Di makan dengan cara dicocol kinca atau sirup, terkadang juga ada yang dicocol dengan gula (bisa dengan gula pasir ataupun dengan gula merah).

Pembuatannya cukup mudah, tanpa ditumis. Hanya ketan direndam air abu selama beberapa jam hingga warnanya kekuningan. Hasil akhirnya mirip lupis, tetapi berwarna kuning dan kenyal karena pengaruh dari rendaman air abu.

Karena proses memasaknya yang cukup panjang, kwee cang ini bisa tahan beberapa minggu tanpa harus masuk ke dalam kulkas. Kwee cang juga banyak dijadikan sebagai sajian untuk sembahyang kepada para Bodhisatva pada hari raya Peh Cun, karena tidak berisi daging, bagi yang vegetarian bisa menikmati hari Peh Cun dengan memakan Kwee Cang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun