Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku Si Iseng

17 Mei 2021   17:18 Diperbarui: 17 Mei 2021   17:24 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.audible.co.uk/

Selamat sore diary, melepas rindu tentang masa kecilku.  Cerita diriku yang bertumbuh dengan berbagai buku cerita.

Bermulanya dari setiap kali kenaikan kelas.  Ketika itu mama selalu mengajak kami mencari keperluan sekolah ke Toko Gunung Agung.  Di zamanku, toko ini terkenal loh diary.  Lalu, mama membiarkan kami seharian diantara rak-rak buku.  Alhasil, tanpa disadari kami jatuh hati pada buku cerita.

Heheh.... seingatku, aku selalu kalap memborong buku-buku karya Hans Christian Andersen, misalnya Thumbelina, Putri Duyung, Itik Buruk Rupa, dll.  Lalu buku karya Enid Blyton, misalnya Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, Malory Towers, St. Clare's, dll.  Kemudian karya Herge, serial Tintin yang melegenda.  Bahkan khusus untuk Tintin, aku punya kaos-kaosnya loh!  Hahahah...

Bisa dibilang koleksi buku ceritaku lengkaplah!  Padahal ini belum termasuk karya Disney, Majalah Bobo yang berlangganan di sekolah, dan beberapa buku cerita lainnya seperti Candi-Candi ataupun komik lucu menggelitik Lucky Luke.  Wow...mantap!

Kocaknya, aku ikutan terpengaruh cerita Malory Towers dan St. Clare's karya Enid Blyton.  Gara-gara, kedua buku ini bercerita tentang kehidupan sekolah berasrama.  Lalu, berkhayallah aku seperti mereka.

Yup, kebetulan ketika SMP aku dititipkan di Jakarta saja bersama Ompung.  Sedangkan kedua orang tuaku bertugas di Kalimantan.  Kebetulan juga aku diterima di sekolah favorit Katholik khusus putri di daerah Lapangan Banteng Jakarta, bersebelahan dengan Gereja Kathedral.

Wuihhh....jangan ditanya killernya para guru dan suster (biarawati) di sekolahku itu.  Kebangetan disiplin, karena urusan pakaian dan rambutpun super ketat!  Siswi berambut panjang harus diklabang dua ala jadul, dengan pita merah mirip pita kado.  Lanjut dengan lorong-lorong di sekolah yang bergema karena memang bangunan lama.

Ehhhmmm...jadilah aku ketika membaca Malory Towers ataupun St. Clare's berkhayal akut.  Aku larut dalam cerita kedua buku ini.  Suka banget dengan keisengan si kembar Pat dan Isabel O'Sullivan dalam St. Clare's yang benar-benar seru.  Bahkan tokoh-tokoh seperti Gwendoline dan Darrell Rivers di Malory Towers menurutku juga ramai. 

Aku tahu banget serunya belajar di sekolah yang muridnya putri semua.  Meskipun sekolahku tidak berasrama, tetapi kami sering iseng karena kesal dengan peraturan yang membosankan.  Serius, aku merasa seperti robot ketika bersekolah di SMP ku dulu.  Hikss...hiks.....

Ada satu bagian yang selalu menjadi favoritku ketika membaca, yaitu bagian pesta tengah malam.  Hahah...di kedua buku ini selalu menceritakan keseruan pesta tengah malam, atau kejutan mencuri kesempatan ngemil kiriman orang tua.

Ehhhmmm....ini persis dengan yang aku dan teman-teman lakukan di kelas.  Menyelipkan keripik pedas atau jajanan manisan mangga di kantong rok, lalu mengunyah di saat jam pelajaran yang membosankan.  Lha...iyalah, daripada ketiduran benaran di kelas, mending mengunyah pelan-pelan.  Hahahahah...

Sangking senangnya dengan bagian ini, maka sebelum membaca, aku sudah menyiapkan camilan.  Oiya, jangan salah karena aku memberikan hadiah pada diriku sendiri hanya boleh membaca buku cerita di setiap weekend.  Maka di setiap weekend juga sebelum pulang sekolah, aku borong camilan di kantin.  Kebetulan, Ompung juga mengijinkan jajan di setiap weekend.  Sedang di hari lain aku selalu dibawakannya bekal, dan itu berbentuk rantang 3 susun!  Heheh..tentang ini ada ceritanya tersendiri.  Tidak jauh-jauh karena Ompung ingin mengajarkanku disiplin dan sederhana.

Kembali kepada ritual membaca di setiap weekend, maka segala bentuk camilan ramai tersedia di kamar.  Mulailah aku tenggelam di dalam alur cerita.  Kemudian, ketika dibagian yang menceritakan makan atau pesta tengah malam, aku pun membuka camilanku satu per satu.

Berkhayal habis aku, seakan-akan ikutan di dalam cerita.  Seru, asyik dan sangat menghiburku setelah sumpek dengan segala ketegangan di sekolah.  Serius, kedua buku tersebut benar-benar mengingatkanku dengan disiplin di SMP tempatku belajar.  Disiplin yang bikin kepala dan hatiku panas mendidih.  Uuuppss...

Bayangkan, kami yang semuanya putri dilarang lari-lari di lorong kelas.  Kami juga dilarang untuk memberikan pendapat, yang menurut mereka itu kategori membantah.  Padahal menurutku namanya anak sekolah yah apa salahnya lari-larian di jam istirahat.  Apakah karena semuanya cewek jadi tidak boleh lari?  Terus tidak benar bangetlah jika membela diri diartikan membantah.  Apa salahnya seorang anak berpendapat dan berpegang dengan prinsipnya.

Cerita pengalamanku, terlambat karena ban kempes.  Harusnya itu bukan salahku, karena mana aku tahu kalau ban mobil yang mengantarku kena paku di jalan raya.  Tetapi suster tidak terima alasan, dan aku yang mencoba menjelaskan justru diartikan membantah. 

Di lain waktu, aku membubarkan ekstrakuler Bali dikarenakan sudah 30 menit guru tidak datang.  Lalu santai aku mengunci ruang aula dan mengajak teman-teman makan mie Gang Kelinci di seberang sekolah.  Selesai makan, kami pun kembali ke sekolah untuk mengambil tas.  Apa daya, sang guru sudah duduk manis di depan pintu aula.  Hahahah...besok paginya selesailah nasibku di tangan suster.  Menurutnya aku sebagai ketua tidak bertanggungjawab dan bolos.  Padahal salah siapa, karena kenyataannya guru ekskul tersebut yang terlambat 30 menit!  Sedang kami murid terlambat 1 menit saja tidak boleh.  Itu tidak adil suster kataku membela diri, dan berakhir Ompung dipanggil.  Hahahha...

Ini seperti salah satu alur cerita yang aku baca.  Terpaksa mengendap-endap merayakan ultah tengah malam karena tidak bisa mereka lakukan siang hari, sebab melanggar aturan asrama.  Padahal, apa salahnya dengan seru-seruan merayakan ulang tahun teman.  Kok jadi nyebelin kena hukuman karena peraturan yang kurang fleksibel sih menurutku.

Terus terang ketika kanak-kanak aku kesal dengan semua disiplin tersebut.  Tetapi, seiring bertambah dewasa dan terlebih sekarang, aku jadi mengerti.  Aku mengerti dan bersyukur karena dididik di sekolah seperti SMP ku dulu.

Sekarang aku paham kenapa sekolahku dulu, ataupun sekolah asrama seperti Malory Towers dan St. Clare's menerapkan disiplin tinggi.  Itu bukan untuk mengekang, tetapi mengajarkan kepatuhan dan ketaatan.  Di setiap kepatuhan dan ketaatan itu pun ada tanggungjawab.  Itulah sebabnya setiap pelanggaran ada resiko hukuman.  Jika tidak mau terkena hukuman, maka berhati-hatilah dalam bersikap atau bertindak.

Mengenai diriku, akhirnya aku paham kenapa disiplin begitu keras di sekolahku dulu.  Bukan tidak mau mendengarkan pembelaanku.  Tetapi nilai yang ingin ditanamkan adalah mengakui kesalahan, dan bukan teriak mencari pembenaran.

Seperti aku ketika terlambat, mungkin lebih baik jika aku langsung mengaku salah terlebih dahulu. Ketimbang ngotot membela diri.  Demikian juga ketika membubarkan ekskul, padahal aku ketua.  Faktanya aku memang telat dan gegabah.  Jika pun ada penyebab dari sebuah kondisi maka katakan kemudian.  Tetapi pertama akui dulu kesalahan, karena inilah hal tersulit.  Jangan biasakan melempar kesalahan, dan lari dari tanggungjawab!

Fix, nilai inilah yang jadi bekalku membesarkan kedua anak remajaku.  Tidak perlu takut berpendapat, dan tidak salah menjadi iseng karena itulah keseruan masa bersekolah.  Tetapi, jadilah orang yang bertanggungjawab!

Nah begitu deh diary, cerita rinduku.  Lebih tepatnya, rahasia kecilku karena ternyata dulu termasuk bocah yang iseng.  Cerita karya Enid Blyton, Malory Towers dan St. Clare's itu aku banget!  Tetapi dulu, sekarang sih rasanya sudah tidak.  Hahah....trust me!

Titip rahasia kecilku padamu diary, kertasku tak bergaris.

Jakarta, 17 Mei 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun