Punya anak itu mahal, begitu dikatakan guru anakku ketika anak-anak masih di usia TK. Â Ungkapan yang sama juga banyak diucapkan teman-teman sekitarku. Â Kalimat ini nyelekit dan nusuk banget. Â Kesannya anak diartikan dalam rupiah? Â Tapi sebenarnya nggak juga, artinya bukan begitu ternyata.
Lumrah selagi menjadi sepasang kekasih, dan sebelum dipersatukan dalam ikatan perkawinan, semua terlihat indah. Â Mimpi disulam dalam berbagai corak dan warna. Â Berandai-andai memiliki anak dua atau lebih. Â Bahkan kisruh, lebih baik anak cewek atau cowok duluan.
"Kalau anak cewek duluan, bisa bantuin kamu masak di dapur. Â Lalu nemenin kamu kalau aku jauh. Â Sedangkan kalau cowok, mana mau nemenin mamanya." Â Duuhh...so sweet euy. Â Padahal anak cowok dan cewek sih sama sajalah. Â Namanya juga sedang kasmaran, semua berbumbu berlebih, manis gurih! Â Heheh..
Tetapi, begitu memasuki mahligai perkawinan, taraaa.....selamat datang kenyataan! Â Tidak sedikit pasangan muda yang langsung puyeng dengan bayi pertama mereka. Â Baru di tahap begadang menjaga si kecil saja, tensi diantara keduanya mulai naik dan turun. Â Heheh...namanya bayi, mana peduli kalau haus atau pampersnya penuh, yah langsung saja teriak, "Oee....oe....oe....." Â Beruntung kalau ada mertua atau mama tercinta, yang siap membantu dua pasangan muda ini. Â Nah kalau tidak? Â Hahhah...kalau tidak yah, bisa jadi drama tiga babak!
Cerita makin seru ketika kepala mulai pening memikirkan pampers, susu, dan berbagai keperluan bayi. Â Seiring waktu berlanjut dengan biaya sekolah, ditambah biaya les bocah ini dan itu. Â Kemudian biaya ekstra si bocah mengikuti zaman kekinian, "Mama...papa...temen aku punya ini dan itu, aku juga mau dong!" Â Makin seru, meriah, ngilu dan puyeng kalau sang anak sakit.
Dubrakkk...telentang deh! Â Dua sejoli yang dulu memadu kasih tidak sedikit mulai banting stir. Â Hiks...hiks...diantara tangis dan galau. Â Enakan masa pacaran karena tidak "kaget", ternyata punya bocah mahal!
Inilah mengapa banyak pasangan di sekitarku memilih cukup satu anak saja! Â Pendapat mereka, mending satu tetapi mendapatkan perhatian penuh. Â Daripada dua atau lebih, tetapi tidak mendapatkan yang terbaik.
Paham, apalagi jika bicara usia sekolah, ngeri memikirkan uang sekolah zaman sekarang. Â Terlebih sekolah swasta dengan berbagai fasilitasnya. Â Sebagai orang tua, sekalipun puyeng tetap saja ingin memberi yang terbaik untuk si anak. Â Begitu umumnya mimpi orang tua untuk buah hatinya.
Menurutku yang kebetulan memiliki 2 anak yang sekarang sudah remaja, mahal itu relatif. Â Kita tidak bisa menakar anak secara rupiah, karena anak bukan benda mati. Â Tetapi cinta, menjadi patokan orang tua rela berbuat yang terbaik untuk sang anak.
Benar kalau secara matematika, biaya yang dibutuhkan tinggi. Â Tetapi, rasanya kita sepakat jika untuk anak, setiap orang tua akan melakukan apapun yang terbaik. Â Satu pertanyaan sederhana saja, waktu. Â Waktu itu gratis, tetapi mau dan bersediakah kita memberikannya untuk si anak?