Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masalah untuk Diselesaikan, Bukan Dipublikasikan

9 Maret 2021   01:49 Diperbarui: 9 Maret 2021   02:14 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cantik.tempo.co/

Kehadiran media sosial belakang ini makin kebablasan. Media sosial sejatinya menjadi ajang bersosialisasi atau bersilahturahmi.  

Judulnya saja media sosial, di mana arti sosial itu sendiri berkomunikasi. Kehadiran media sosial akan memungkinkan kita tetap berkomunikasi tanpa jarak menjadi persoalan.

Kita ketahui, komunikasi bisa secara tertulis dan tak tertulis.  Sebagai contohnya karya-karya literasi dikategorikan cara berkomunikasi lewat media tertulis atau non-verbal.  

Sedangkan komunikasi atau bercakap adalah komunikasi tak tertulis atau verbal.  Tetapi, persoalannya makin hari media sosial digunakan untuk menyerang, terutama di dunia politik.  Lalu diperburuk situasinya ketika marak media sosial digunakan sebagai tempat curhat dan membongkar aib.

Inilah yang bikin kisruh.  Bukan sekali atau dua kali, di kalangan artis yang "berperang" lebih memilih curhat ke media sosial, ketimbang menyelesaikan persoalannya.  

Termasuk juga saat ini yang sedang ramai isu "Ghosting Kaesang" yang dengan vulgarnya mantan calon mertua membawa persoalan pribadi menjadi konsumsi publik.

Mungkin, inilah yang dimaksud dengan kedewasaan mengontrol diri.  Paham, tidak mudah menahan gejolak marah, kecewa dan keputusasaan.  Tetapi, jangan karena bermaksud ingin menyelesaikan persoalan, justru yang terjadi menambah persoalan.  

Satu hal lagi yang pasti, media sosial bukanlah tempat curhat, karena bukan tidak mungkin yang terjadi adalah kita menelanjangi diri sendiri akhirnya.

Sebagai pertimbangan, inilah alasan penting tidak curhat di media sosial:

  1. Orang Lain Tidak Peduli
    Mengekspos atau curhat ke media sosial tidak akan menyelesaikan persoalan, karena hanya diri kita sendirilah yang bisa menyelesaikan masalah kita.  Ingat, kita bukan satu-satunya orang mengalami, atau pernah mengalami.  Banyak orang lain di luar sana juga pernah mengalami kekecewaan atau kesedihan yang sama.  Tetapi membuka aib ke dunia maya dan menjadikannya konsumsi umum adalah kesalahan fatal.

  2. Terlihat Tidak Profesional
    Sangatlah tidak profesional mengumbar sesuatu yang sifatnya privasi ke media sosial.  Bayangkan bagaimana tanggapan koneksi, teman sejawat atau rekan bisnis memandang kita.  Privasi kita saja tidak bisa dijaga, bagaimana bisa dipercaya untuk menjaga rahasia?

  3. Impresi yang Kurang Baik
    Mengumbar hal pribadi menjadi konsumsi umum akan membuat orang berpikir bahwa kita bukan seseorang dengan pribadi yang baik karena begitu mudah membuka konflik pribadi di ranah publik.

  4. Memancing Tindakan Cyber Bullying dan Dibicarakan Banyak Orang
    Semakin banyak orang tahu masalah pribadi kita, maka semakin besar juga kemungkinan menjadi bahan perbincangan publik. Kemungkinan yang terjadi akan ada 2, yaitu mendapatkan dukungan atau dipermalukan.

Perlu diketahui, ada pendapat orang yang lebih memilih atau lebih suka curhat di media sosial mengenai masalahnya, umumnya karena ingin mencari dukungan untuk dirinya sendiri.  Bisa jadi mereka masuk kelompok orang yang susah bersosialisasi dan interaksi.  Tetapi, bisa juga cari perhatian alias caper. 

Sekedar mengingatkan, apapun yang menjadi alasan seseorang curhat atau posting persoalan pribadi menjadi konsumsi publik tidak dapat dibenarkan.

Manusia adalah makhluk sosial, yang memiliki akal dan budi.  Keduanya sangat penting berjalan parallel.  Maksud menggunakan akal, apa iya jika aib dibongkar akan mendapatkan jawaban?  

Apakah dunia maya menjadi solusi satu-satunya, sementara jauh sebelumnya manusia terbiasa untuk berkomunikasi langsung.  Bertemu, duduk dan membicarakan permasalahan yang ada untuk mencari solusi.

Menggunakan budi, maksudnya kita gunakan hati nurani dengan juga mempertimbangkan perasaan.  Bahkan dianjur sekali, untuk menahan emosi dan gejolak karena sikap yang menggebu-gebu tanpa mendengarkan hati sering berujung penyesalan.  

Jangan karena satu persoalan, justru menjadi melukai banyak hati.

Tidak ada manusia bebas persoalan.  Tetapi tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan.  Semua berpulang ke masing-masing pribadi. 

Sangat penting mengendalikan diri.  Boleh marah atau kecewa sesaat karena itu manusiawi sekali.  Tetapi, janganlah lonjakan emosi mengundang persoalan yang baru.  Masalah ada untuk diselesaikan, bukan dipublikasikan.  Tunjukkan nilai atau diri kita lewat sikap ketika menghadapi persoalan.

Jakarta, 9 Maret 2021

Sumber: fimela.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun