Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Camberwell Sunday Market, Melbourne Ajariku Jurus Hemat

28 November 2020   20:25 Diperbarui: 8 Desember 2020   10:00 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Camberwell Sunday Market (Sumber: economicstudents.com)

"I got something for you, young girl," katanya kemudian sambil tersenyum, dan seorang temannya membawa lemari tua ukuran kecil terbuat dari kayu, 5 laci.

"Don't you need this to put your television? You can also keep your clothes here," katanya memberi contoh menarik laci pada lemari kecil itu.  "Give me smile, no need to worry, as this is my gift for you, free! You only have to promise to study hard, just it!" katanya kemudian karena mungkin melihat mukaku datar.

Thank God, seperti kataku laki-laki itu malaikat!  Tetapi, inilah pengalamanku yang lanjut kemudian memilih mencari seluruh keperluanku di sana di secondhand market. Kalau bagus, dan murah kenapa tidak? Bukan harga yang dilihat, tetapi fungsinya!

Itulah yang aku lakukan, termasuk juga baju. Ngapain malu, siapa peduli daripada kedinginan. Tul nggak?

Mana mungkin aku selamanya hanya punya 1 sweater dan 1 overcoat, harus ada cadangan untuk ganti-ganti. Lagi pula, aku bisa membantu orangtuaku dengan berhemat! Daripada aku foya-foya membelanjakan barang bermerek di toko terkenal Myers atau Daimaru ketika itu tapi menggunakan uang orangtua.  Malu!

Nilai ini berlanjut ketika aku kembali ke Indonesia. Mulai bekerja di salah satu perusahaan asing, dan tetap aku tidak malu untuk membeli baju bekas, baik rok, ataupun blouse untuk tampil modis sebagai private secretary. Ehhhmmm...

Seingatku ketika itu pertokoan di Melawai Blok M juga sempat ada wabah baju second, dan aku ikutan hunting loh!  Bukan karena murah saja, tetapi modelnya keren, dan bahannya juga berkualitas. Ingat kata temanku dulu, "Gengsi nggak kenyang dimakan."

Nilai ini juga yang aku wariskan kepada anakku. Kalau ada barang yang masih bisa digunakan si adek, kenapa harus beli baru?

Sebagai contoh, kaos rumah putriku, bisa lanjut dipakai adeknya.  Toh, warna dan gambarnya netral bisa dipakai cowok dan cewek.  Puji Tuhan, kedua anakku juga tidak cerewet. Justru si bungsu bangga kalau bisa memakai warisan kakaknya.

Intinya, kita belajar untuk menghargai segalanya. Menghargai uang yang kita miliki, bahkan barang-barang yang kita miliki. Jika kita menjaga barang dengan baik, maka bisa kita wariskan kepada saudara ataupun teman.

Ingat juga, ada banyak orang di luar sana yang kondisinya memprihatinkan. Kenapa tidak mencoba berempati dengan belajar injak rem tidak berfoya. Kalau perlu berikan barang layak yang kita miliki supaya berguna untuk orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun