Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mr Black

19 November 2020   19:16 Diperbarui: 19 November 2020   19:31 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cewekbanget.grid.id

Malam semakin larut, sementara tugas justru semakin menumpuk, membuat kesal dan bersungut Gia.  Secangkir teh manis dan beberapa camilan entah sudah berapa ronde disantapnya demi menghibur diri.  Belum lagi dingin yang semakin menusuk di teras belakang tempat Gia menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya.  Biar ada angin sih maksudnya, tetapi namanya malam yah semakin dinginlah.  Aaahhh....katanya melenguh mirip sapi.

"Ssstt...sstt...," terdengar sayup suara berbisik dari garasi gelap itu.   Menoleh Gia penasaran ke arah asal suara itu mencari tahu.  Apa itu, tanya Gia sendiri.

Yup, Gia memang bukan cewek penakut, kebetulan kata orang Gia ini memiliki indra ke 6.  Nggak heran, jika ada yang aneh-aneh bukannya bikin takut, tapi penasaran.

Ehhhmm... tidak dilihatnya apapun saat itu.  Lalu Gia memilih kembali melanjutkan tugasnya, sementara waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi.

Mendadak Gia merasa ada yang berbeda, hati kecilnya memberitahunya.  Gia merasa ada sosok berdiri tepat di belakangnya.  Sosok yang sempat mengusiknya tadi.  Suara hatinya berkata untuk tidak menoleh.  "Acuhkan saja," itu bisik hatinya.

Kejadian itu berlalu dan nyaris terlupa, hingga suatu sore sekelebat Gia melihat bayang hitam melintas.

"Ma, aku melihat bayang hitam di garasi itu.  Bayang itu selalu memandang aku, dan mencoba menarik perhatianku," cerita Gia memberitahu mamanya.  "Bayang itu bukan setan, ma.  Dia itu amarah," begitu Gia mencoba menjelaskan saat percakapan terputus oleh teriakan papa.

"Gia...jangan lupa periksa gembok gerbang kita.  Nggak yakin papa tadi sudah dikunci.  Lakukan sekarang, dan jangan menunda.  Nanti lupa, bahaya motor kita diambil orang!" teriak papa seperti Jendral memberi perintah maju perang pasukannya.

Sejak pandemi memang suasana rumah menjadi basi.  Papa jadi temperamental melampiaskan kekesalan dan kejenuhannya kepada seisi rumah.  Kocak sebenarnya, karena yang jenuh bukan hanya papa.  Dikurung berbulan-bulan di rumah sudah pasti bikin stress.  Nggak mesti juga stress itu dilimpahkan ke semua orang.  Tetapi namanya anak, bisa apa, batin Gia.

"Iya pa, nanti aku periksa," sahutnya segera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun