Emosi Berpengaruh Pada Kecerdasan
PengelolaanDalam pembahasan tentang perkembangan kognitif anak usia sekolah, masalah kecerdasan mendapat perhatian di kalangan psikolog. Dikarenakan kecerdasan  menentukan perkembangan kemampuan anak. Kecerdasan anak pun berbeda-beda. Psikolog Howard Gadner (1983) mendukung gagasan bahwa kita tidak mempunyai satu kecerdasan(intelegensi), tetapi malah mempunyai banyak intelegensi (multiple intellegence), yang berbeda antara satu sama lain. Masing-masing intelegensi ini meliputi keterampilan-keterampilan yang unik. Gardner juga mencatat bahwa kerusakan otak mungkin mengurangi  satu jenis kemampuan, tetapi tidak pada kemampuan lain.
Pandangan lama percaya bahwa tingkat IQ atau kecerdasan intelektual merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kecerdasan anak. Akan tetapi, menurut pandangan konteporer, kesuksesan hidup seseorang tidak hanya ditentukan dari tingkat IQ nya tetapi dipengaruhi juga oleh kecerdasan emosi. Seorang anak yang emosinya terganggu dan tidak terkontrol akan berpengaruh besar terhadap perilakunya dan akan membahayakan kecerdasan anak.  Anak yang memiliki emosi yang tidak teratur bisa dipengaruhi bagaimana keadaan lingkungannya terhadapnya, bagaimana lingkungan menguasainya dan bagaimana dia bisa mengendalikannya, tergantung bagaimana orang terdekatnya bisa menjadi pagar untuknya. Seperti halnya orang tua yang sering bertengkar dihadapan anak, itu bisa membuat mental sang anak down, sang anak akan berfikir bahwa bertengkar adalah hal yang diperbolehkan. Dan pertengkaran itu akan membuat anak sukar menerima lingkungan luar dan akan menjadikan anak lebih introvert. Apabila orang tua juga melakukan hal yang seharusnya tidak dilihat oleh anak seperti membentak, memukul, itu yang membuat anak akan menirunya dikemudian hari, dan akan merubah perilaku  anak.
Cara agar anak memiliki kecerdasan emosi yang baik yaitu dengan mengganti pertengkaran dengan diskusi berbahasa baik, lebih sering mengajak anak untuk mengenal lingkungannya, seperti tumbuhan, hewan serta  ajarkan anak berkomunikasi dengan masyarakat luar agar anak terbiasa mengungkapkan pendapat, nasehati anak dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari agar anak lebih paham. Biarkan anak menangis sampai reda baru anda tanyakan masalahnya dan nasehai pelan-pelan. Batasi anak dalam bermain gadget karena gadget lebih berpengaruh untuk kepribadiannya.