Mohon tunggu...
Desy Anindya
Desy Anindya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Tak bisa dilihat, tapi sangat terasa...

Selanjutnya

Tutup

Money

Menakar Kinerja Indonesian Trade Promotion Center/ ITPC

22 Juni 2019   19:26 Diperbarui: 22 Juni 2019   19:29 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Kementerian Perdagangan

Kawasan/ Negara sebaran ITPC :

Tahun 2016:

  1. Barcelona, Spanyol
  2. Los Angeles, AS
  3. Busan, Korea Selatan
  4. Lyon, Prancis
  5. Budapest, Hungaria
  6. Mexico City, Meksiko
  7. Chennai, India
  8. Milan, Italia
  9. Chicago, AS
  10. Osaka, Jepang
  11. Dubai, United Arab Emirates (UAE)
  12. Santiago, Chili
  13. Hamburg, Jerman
  14. Sao Paulo, Jerman
  15. Jeddah, arab Saudi
  16. Sydney, Australia
  17. Johannesburg, Afrika Selatan
  18. Vancouver, Kanada
  19. Lagos, Nigeria

(Sumber: Kemdag)

Partner sejenis ITPC:

  1. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN), Kementerian Perdagangan (Kemdag)
  2. Atase Perdagangan (di bawah DJPEN)

Kekurangan ITPC:

  1. Karena staf terdiri dari orang Pemerintahan, maka konsep insentif dan konsep reward tidak dikenal.
  2. Aktifitasnya masih dinilai besifat rutinitas dan belum bersifat terobosan

Ada catatan khusus dimana Presiden Jokowi pernah menyatarakan rasa tidak puas beliau terhadap kinerja ITPC ini.

Berikut kutipannya, di awal tahun 2016:

"Jangan raker, raker, raker (saja) tapi tidak memunculkan sesuatu yang baru, tidak memunculkan TINDAKAN baru, tidak memunculkan IDE-IDE baru. Kita butuh GAGASAN baru supaya bisa bersaing dengan negara-negara lain."

Di sini, bisa disimpulkan bahwa ketidakefektifan ITPC ditandai oleh:

  1. Nilai kinerja ekspor barang non migas yang tidak meningkat secara signifikan di negara-negara representatif ITPC
  2. Perbandingan posisi ekspor Indonesia yang masih berada di bawah negara-negara tetangga lainnya, khususnya ASEAN (masih kalah bersaing)

Solusi untuk ITPC :

  1. Revitalisasi kelembagaan
  2. Sistem 'reward' 
    Artinya, staff (perorangan) atau kantor perwakilan (institusional) diizinkan menerima fee setiap kali ia berhasil menjaring satu (klien) calon investor ataupun calon pembeli/ pengimpor (konsep ini diusulkan oleh Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia/ GAPMMI).
  3. Swasta boleh ikut berkontribusi
  4. Sebagian biaya operasionalnya didorong untuk diupayakan sendiri (otonom) berdasarkan fee atau persentase, dengan tujuan agar lebih efisien dan termotivasi mencari klien (tidak 100% nirlaba)
  5. Perluasan pangsa pasar dengan menambah perwakilan di berbagai negara, terutama yang memiliki pangsa pasar jumbo, semisal China, Rusia, Pakistan, dan Bangladesh
  6. Pengembangan produk-produk untuk ekspor distandarkan secara internasional - atau lebih spesifik lagi, disesuaikan dengan permintaan importir - dengan bantuan informasi yang diperoleh dari ITPC
  7. Sistem 'punishment'.       Konsep ini dapat diberlakukan dengan cara menutup dan merelokasi ITPC yang wanprestasi. Ini misalnya pernah terjadi pada ITPC Copenhagen (Denmark) yang direlokasi ke Hanoi (Vietnam). Juga, pada ITPC Lyon (Prancis ) yang direlokasi ke Istanbul (Turki).

Peran ITPC sebagai ujung tombak eksportir, masih dirasa kurang greget-nya?

Secara keseluruhan, menurut pihak Kamar Dagang dan Industri Indonesia/ KADIN, kinerja institusi ini memang cenderung akan dikatakan tak bagus, saat ITPC belum optimal dalam memfasilitasi pengusaha nasional untuk mengakses pasar-pasar tujuan ekspor.

    _____________________________________________________

(Diolah dari berbagai sumber)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun