Yogyakarta --- Perjuangan mendapatkan lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga tahun ini bukan sekadar soal klik cepat, tapi juga soal kesabaran, strategi, dan keberuntungan. Hal itu dirasakan langsung oleh dua mahasiswa asal Yogyakarta, berinisial N dan L, yang mengikuti war KKN selama tiga hari berturut-turut menggunakan tiga link berbeda yang disediakan oleh pihak kampus.
N dan L sudah jauh-jauh hari menyiapkan diri untuk mendaftar KKN, dengan harapan mendapatkan lokasi di luar Yogyakarta agar bisa merasakan suasana dan tantangan baru. Pilihan utama mereka adalah Wonosobo atau Temanggung, dua daerah sejuk di Jawa Tengah yang terkenal dengan alam dan masyarakatnya yang ramah.
Pada hari pertama war, mereka datang lebih awal ke perpustakaan kampus, lokasi yang dianggap strategis karena paling dekat dengan gedung LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat), tempat teknis KKN dikoordinasikan. Namun, harapan tinggal harapan. Begitu jam 10.00 pagi tiba dan link dibuka, server langsung down. Seluruh mahasiswa yang ikut war di perpustakaan, yang jumlahnya membludak, hanya bisa menatap layar dengan status loading tak kunjung selesai.
"Kami pikir di perpus lebih aman, sinyal bagus, dekat LPPM pula. Tapi ternyata malah ngelag parah. Kayaknya semua mikir begitu juga," ujar N.
Gagal di hari pertama, N dan L tidak putus asa. Di hari kedua, mereka mengganti strategi: war dari kos masing-masing menggunakan link baru yang dibagikan oleh panitia KKN. Target mereka pun berubah, kali ini memilih lokasi di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Mereka juga tak hanya mengandalkan koneksi internet. Malam sebelumnya, keduanya melakukan sholat malam dan berdoa khusus agar diberi kelancaran. Saat hari kedua tiba, keduanya sudah siap sejak pukul 09.30 WIB, memantau laptop dan handphone secara bergantian.
Dan benar saja, perjuangan mereka membuahkan hasil. Saat link dibuka pukul 10.50 WIB, N berhasil submit pilihan Ponorogo tepat pukul 10.50, diikuti oleh L yang submit pukul 10.53. Nama mereka pun langsung muncul berdampingan di daftar wilayah, urutan atas-bawah.
"Saking senengnya, langsung nangis bareng di grup. Usaha, doa, dan timing akhirnya berhasil juga," kata L sambil tertawa.
Meski sudah mendapat lokasi, N dan L tetap penasaran dengan jalannya war di hari ketiga. Mereka memantau perkembangan dari grup dan media sosial. Hasilnya? Server kembali down, bahkan lebih parah dari hari pertama. Banyak mahasiswa mengeluhkan error meski sudah menggunakan aplikasi resmi KKN yang dirancang khusus untuk pendaftaran.
Situasi ini menimbulkan beragam reaksi. Beberapa mahasiswa kecewa karena gagal dapat lokasi idaman, sementara yang lain pasrah harus ditempatkan di wilayah sisa. Namun bagi N dan L, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya kesiapan, ketekunan, dan ikhtiar spiritual dalam menghadapi tantangan kampus.
"War KKN itu bukan cuma soal cepat-cepatan klik. Tapi juga soal sabar dan yakin. Alhamdulillah kami akhirnya bisa KKN bareng di luar Jogja," ujar N.